Friday, August 31, 2012

Drive (2011) Review.


Beberapa bulan yang lalu gw barter film ama temen gw,dia nanya film apa yang akhir2 ini bagus,gw jawab Drive,dia nonton,begitu selesai dia bilang filmnya biasa aja,agak aneh,absurd malah,dia ga suka ama performa Ryan Gosling sendiri yang mukanya kelewat datar,dalam hati gw “wah baru kali ini gw ketemu manusia yang ga suka Drive”,i know-i know,masalah selera,cuman ya,gw bingung aja,dimana sih letak jeleknya film Drive ini,karena saat gw nonton,film ini terlalu sempurna buat gw,ga ada jelek2nya,dan setelah gw nonton untuk kedua kalinya (depan laptop,yang pertama di bioskop),finnaly i know kenapa ga semua orang bisa menyukai film Drive yang bergenre Art-House namun judul dan posternya bergenre balapam,dan sampai sekarang gw juga masih bingung,art-house itu artinya apaan sih?   


Drive yang notabene besutan sutradara antah berantah bernama Nicolas Winding Refn merupakan sebuah film yang disebut2 sebagai best arthouse dan one of the best movie in 2011,menceritakan seseorang supir tukang kabur penjahat,at the same time,dia adalah seorang mekanik di sebuah bengkel dan seorang stuntman film Hollywood,1 orang dengan 3 pekerjaan,hari2 itu terus berlangsung sampai satu kali waktu dia bertemu dengan tetangga apartemennya yang bernama Irene,jatuh cinta dari mata turun kehati,sang Driver pun mabuk kepayang dilanda asmara karena muka unyu Irene,sampai satu kali waktu,semua berubah ketika suami Irene,yang bernama Standart (standart banget ya namanya),keluar dari Penjara.




Drive adalah sebuah film yang didesain sebagai sebuah film pengaduk emosi dan jiwa lewat alunan musik khas retro tahun 70 dan 80,nya.dimana sejak opening scene dimulai,Drive sudah menunjukan sisi jadulnya lewat iringan shoot2 kota beserta Ryan Gosling yang muter2 naik mobil,hal itu diperkuat dengan tone suram dari Kachinsky yang berjudul “Nightcall” yang sukses bikin bulu kuduk gw merinding (suara penyanyinya suram,persis kayak suara pengamen di warung ayam panggang ma Haji,jangan-jangan?),sejak awal,Drive mencoba memberi tahu penontonnya bahwa Drive bukanlah sebuah film Car-Heist dengan adegan kejar-kejaran yang sampai 50 mobil meledak (gila,gw aja belum pernah ngeliat film yang sampai kejar-kejaran 50 mobil meledak,kalau ada ntar PM gw ya,gw demen tuh nonton begituan),sang sutradara antah berantah sejak dimulainya film ini mencoba menampilkan yang namanya Low-Risk getaway alias mengemudi mobil dengan se-efektif dan se-efisien mungkin,tanpa akan terjadinya baku hantam macam Van Diesel dan Dwayne Johnson di Fast Five,lah ini kenapa malah ngomong ke Fast Five,haduh haduh.

Seiring berkembangnya cerita,penonton dihadapkan dengan sebuah film terlelet macam siput yang pernah ada,bayangin aja gerakan kameranya yang kelewat lambat luar biasa itu,namun 1 hal yang pasti,apa yang coba Drive tawarkan bukanlah sebuah genre film Romansa yang itu-itu saja,bukan juga sebuah film action semacamnya,bukan juga film Thriller dengan seorang psikopat,Drive mencoba memeberikan sesuatu yang sederhana,menceritakan seseorang yang kesepian,seseorang tanpa nama yang memang terlihat jelas dari ekspreasi raut mukanya,wajah pria itu tidak menampakan suatu suka cita apapun,sampai satu kali waktu ia bertemu dengan seorang ibu dan seorang anak ,yang merubah hidupnya,Drive itu sederhana,namun entah kenapa,kesederhanaannya itu membuatnya istimewa.


Drive tidak sepenuhnya lamban,Drive kadangkala menunjukan sisi kekerasannya yang ditata dengan Sinematografi dan pergerakan kamera yang menawan,cukup membuat gw neguk aer coca-cola sampe 4 teguk perdetik,mengingat adegan itu jarang sekali ada di film akhir-akhir ini yang bisa begitu level adegan kekerasannya,yaa,sadisme yang artistik lah kalo boleh dibilang,ditemani dengan iringan lagu yang sering diputer mtv di global tv pas tahun 2005 kebawah,Drive berhasil merubah apa itu yang disebut mimpi buruk menjadi mimpi absurd,Drive itu disturbing,gak cuman Disturbing,Drive di satu sisi merupakan sebuah film yang Annoying namun disisi lain,Drive adalah sesuatu yang Amazing,menyenangkan,sekaligus menegangkan,sebuah pengalaman menonton film paling menegangkan yang pernah gw alami pas gw masih umur 14 tahun.


Selesai nonton Drive,gw keluar dari gedung bioskop Blitz Megaplex Grand Indonesia yang berada disekitaran Jakarta,sambil menunggu taksi,kepala gw masih berisi dengan setiap adegan yang ada di Drive,setiap iringan musik yang tercipta dan masuk dalam telinga gw,setiap ucapan Ryan Gosling yang kadang membikin gw goosebumps dengan sendirinya,hingga ending filmnya sendiri yang nyaris membikin gw semaput dan membuat gw kena penyakit vertigo sekaligus memotivasi gw supaya pas gede gw jadi tukang mekanik mobil biar bisa ketemu wanita secantik Carrey Mulligan,Drive menurut gw adalah sebuah inspirasi,sebuah Taxi Drivernya Martin Scorsese untuk jaman sekarang,sebuah neo-noir bagi anak muda yang dilanda kegalauan khas Black Berry Messenger,dan saat masuk kedalam taksi blue-bird,gw melihat nama supirnya Mujianto,namun entah kenapa wajah Mujianto yang duduk disebelah kanan gw itu seakan-akan berganti menjadi wajah seorang Ryan Gosling,wajah sang Driver,wajah seorang hero-human-being,dan dalam perjalanan pulang menuju arah tebet jakarta selatan,gw menyadari,barusan gw menonton film yang menginspirasi dan merubah hidup gw,sebuah pengalaman di bulan Desember 2011 yang gak akan pernah gw lupakan,sebuah Liburan hari natal yang menyenangkan,dan lagu College-A Real Heropun berdenging dan berbunyi dikepala gw,menemani kesendirian gw di kursi penumpang dalam perjalanan pulang.





2 comments:

  1. I Gusti Ngurah Putra ArimbawaNovember 2, 2014 at 8:00 AM

    keren bgt nie film sayang ndak semua dapat ngerasain feelnya film ini,,

    ReplyDelete