Friday, October 31, 2014

John Wick (2014) Review


Film action Hollywood akhir2 ini entah kenapa menjadi membosankan dan bikin gw miris ngeliatnya. Nengok2 ke belakang, kita bisa melihat Taken, Jack Ryan, dan film2 action Hollywood lainnya tampil begitu sopan dan ga ada taringnya. Maret kemarin, Lewat The Raid 2: Berandal yang tampil dengan begitu brutal dan menawan, Gareth Evans, beserta kru2 filmnya seolah2 mengatakan:

"FUCK YOU HOLLYWOOD, OGUT BISA BIKIN PILEM EKSYEN EPIK DENGAN BUDGET 50 M DOANG, YU ORANG HOLLYWOOD BISA BIKIN APE DENGAN DUIT SEGITU? PILEM PENDEK?". 

Dengan budget 50 M, mereka bisa bikin orang2 Hollywood menangis dan bikin audiens Internasional tercengang karena Evans bisa bikin sebuah dunia heightened reality yang sukar dipercaya but believable, plus, karakter2 ajaib yang saling tukar nyawa di dalamnya, dengan budget 'seadanya'. Buat yang ngerasa budget 50 M itu mahal, mahal ya kalau untuk ukuran pilem Indo. Buat Hollywood, 50 M mah seiprit, Taken 2 aja yang sebegitu doang abis 450 M, 9 x lipat dari budget The Raid 2, nah lo. But ripiu ini ga bakal ngebahas budget The Raid 2, ato Jack Ryan tai kemaren, but ripiu ini akan ngebahas John Wick, sebuah film yang menandai bangkitnya film action Hollywood yang brutal, epic, dan bikin gw terkesima.

Saturday, October 25, 2014

Pengabdi Setan (1980) Review


“SYETDAAAAAH AH barusan gue nonton film kea begini amat sih ya Allah
 *langsung komat-kamit baca istighfar*.”

Begitulah reaksi gue ketika lagi nonton film Pengabdi Setan untuk pertama kalinya. Buat orang-orang yang besar di era 80-an, rata-rata mungkin udah pada tau film bergenre horor ini. Nah bagi yang belum mafhum, film Pengabdi Setan arahan sutradara Sisworo Gautama Putra yang dirilis tahun 1980 ini, duduk setara dengan film-film Indonesia lain dengan cita rasa cult seperti Sundel Bolong nya Sisworo juga, Lady Terminator dan Leak nya Tjut Djalil, dan Perawan di Sarang Sindikat nya Ackyl Anwari. Karena menyandang predikat film cult dan bisa dibilang udah go international pada masanya, film ini banyak diincar oleh kolektor film dari dalam maupun luar negeri. Gue pribadi pun sebenernya udah kepengen nonton film ini dari tahun lalu, sampai akhirnya mz Joko Anwar di Twitternya bilang kalo film ini adalah film horor Indonesia favoritnya. Akhirnya gue pun jadi menyegerakan diri untuk nonton film ini, saking penasarannya.

Tuesday, October 21, 2014

Left Behind (2014) Review


Gw kira cuma film2 kacrut Indonesia doang yang bisa bikin gw nausea di bioskop, ternyata gw salah, film dari negeri Barat sono ternyata bisa juga bikin gw mau teler. Geblek bener, seandainya aja gw ga dibayarin sama bokap buat nonton nih film, mungkin gw udah ngamuk2 ke kasir 21 minta duit gw dibalikin. 40.000 itu bisa buat beli 2 komik elex lho, ato 4 porsi nasi + ikan patin + teh es, ato tambahin 400.000, bisa bawa pulang 1 blu-ray criterion, tambahin 200.000, bisa beli buku impor di toko buku impor, ato beli pepsi kaleng 7 botol, ato pulsa internet buat 1 bulan, ah tai ah.

Tuesday, October 7, 2014

Annabelle (2014) Review


Buat yang udah pernah nonton film The Conjuring, pasti udah gak ngerasa asing lagi dengan boneka cewek bermuka keplek dengan kekuatan mistis bernama Annabelle. Setelah film The Conjuring kurang lebih sukses jadi film horor yang ada di dalam kategori ‘lumayan’ buat gue, dibuatlah prekuel sekaligus spin-off dari The Conjuring. Yup, apalagi kalo bukan ngebahas si boneka Annabelle di film ini.

Wednesday, October 1, 2014

Tabula Rasa (2014) Review


Dari luar, Tabula Rasa terlihat seperti film drama kuliner tentang persaingan masak-memasak, tipikal film-film kuliner yang bertebaran di mana-mana. Tapi ketika penonton disuguhi adegan Hans (Jimmy Kobogau) yang menjadi gembel dan berlari-lari mengejar truk, penonton dibuat sadar kalau Tabula Rasa tidak melulu bercerita tentang masak-memasak: Tabula Rasa bercerita tentang seorang pemuda yang kehilangan mimpi serta arah hidupnya, dan berjuang untuk lepas dari keterpurukannya.