tag:blogger.com,1999:blog-44488628071471924572024-03-15T01:49:51.219+07:00Kritikus Film GadunganTimothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.comBlogger239125tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-91273514596152634612020-06-02T10:37:00.004+07:002020-06-02T10:37:58.403+07:00Fedora (1978) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7J4rYwQd1ZHCyRJhL5DqfTak_NHLnj5EfDgrY8o_hop5HVoIOB6wHK1gpiI1gyaIWRYEaPTiLwlk_-h3EokdxkxmIQmK1Gd4f_RL6EE9vIcIITCQOlwIBCy-cJvAsHaYvvo7VT3Mn6-Yg/s1600/1Dc8ymiT19Xfrfeu4uIWzreHxwI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="758" data-original-width="500" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7J4rYwQd1ZHCyRJhL5DqfTak_NHLnj5EfDgrY8o_hop5HVoIOB6wHK1gpiI1gyaIWRYEaPTiLwlk_-h3EokdxkxmIQmK1Gd4f_RL6EE9vIcIITCQOlwIBCy-cJvAsHaYvvo7VT3Mn6-Yg/s1600/1Dc8ymiT19Xfrfeu4uIWzreHxwI.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOaHfwNR0__lFtvUp9S2VrZk2Mpdlg-oJp-5TxtpCQuz7Wpo2cBWRJUExUUAa-uD-KZdzyrMy8pzJ1gQaPa-zVs0SCydbDEID_0qsuGxiHTdoovu3BM5w5JlauR6JyWEvA8sRom6o2m7Q3/s1600/fedora1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1477" data-original-width="1108" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOaHfwNR0__lFtvUp9S2VrZk2Mpdlg-oJp-5TxtpCQuz7Wpo2cBWRJUExUUAa-uD-KZdzyrMy8pzJ1gQaPa-zVs0SCydbDEID_0qsuGxiHTdoovu3BM5w5JlauR6JyWEvA8sRom6o2m7Q3/s640/fedora1.jpg" width="480" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJK2okcZpyka7udfwVCNdtvOcjfDfOSYtmLC7QKxhuxSmPg7whe7fO139-Q1X8pENKZhA9dkBFyu1O4S5uSsOa6GLFlyzvv-503_wzCY1LoUKqWxCpoYXjUrKmGWEkU1qWYAMSBpjjXom/s1600/fedora2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1477" data-original-width="1108" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJK2okcZpyka7udfwVCNdtvOcjfDfOSYtmLC7QKxhuxSmPg7whe7fO139-Q1X8pENKZhA9dkBFyu1O4S5uSsOa6GLFlyzvv-503_wzCY1LoUKqWxCpoYXjUrKmGWEkU1qWYAMSBpjjXom/s640/fedora2.jpg" width="480" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL4kV3PPVVwf75cRoW1JAmprsPrGM9BOTkLlgaNDdnLljiUhke_03FUH8QrVbJHUDCY_0GL_9HWAnMJcVXkxrKELc-vtqGD75Wi1M57NWWUW_9dG5OHlI-ckv3KhOEWRGmwtToxXso3nfd/s1600/fedora3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1477" data-original-width="1108" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL4kV3PPVVwf75cRoW1JAmprsPrGM9BOTkLlgaNDdnLljiUhke_03FUH8QrVbJHUDCY_0GL_9HWAnMJcVXkxrKELc-vtqGD75Wi1M57NWWUW_9dG5OHlI-ckv3KhOEWRGmwtToxXso3nfd/s640/fedora3.jpg" width="480" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-76926253812150003622019-11-19T22:55:00.000+07:002019-11-20T08:36:49.580+07:00Legend of the Galactic Heroes (1988-1997) Review<br />
<img alt="Tags: Anime, Yoshiki Tanaka, Ginga Eiyuu Densetsu, John Robert Lap, Reinhard von Lohengramm, Annerose von Grünewald, Yang Wen-li, Siegfried Kircheis, Jessica Edwards, Spaceship, Scan, Official Art, Legend Of The Galactic Heroes " src="https://s1.zerochan.net/Ginga.Eiyuu.Densetsu.600.450330.jpg" /><br />
<div style="text-align: center;">
Serial anime merupakan media yang membuat saya tumbuh berkembang saat masih berada dalam tahap pencarian jati diri. Saya menghabiskan masa-masa kanak-kanak menuju remaja menonton Code Geass, Tengen Toppa Gurren Laggan, Angel Beats,<span style="background-color: white; color: #545454; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; text-align: left;"> </span>ANO HI MITA HANA NO NAMAE O BOKUTACHI WA MADA SHIRANAI (HAYO-HAYO SIAPA YANG TIDAK NANGIS MELIHAT ENDINGNYA YANG BEGITU MEMBUNCAH?????), Cowboy Bebop, Steins Gate, dan hmmmm, Seikon no Qwaser dan Highschool DxD? h3h3. Sedih adalah perasaan yang saya rasakan ketika melihat anime-anime di era sekarang malah lebih banyak menawarkan fanservice ketimbang cerita yang esensial dan bermakna. Beberapa waktu yang lalu saya mencoba menonton Darling in the Franxx, belum sampai 10 menit saya langsung menutup media player saya dan lebih memilih untuk melanjutkan skripsi saya tentang narapidana yang menjalankan vonis hukuman mati di Nusa Kambangan. There's something off tentang anime di jaman sekarang dan malah there's somethin on di anime jaman dulu. Kita bisa berargumen kalau narasi yang saya bawa barusan adalah narasi golden age ala baby boomer yang bilang "APA-APA DI JAMAN SAYA LEBIH BAGUS DARI (isi sendiri hal2 di jaman sekarang)". But hey, saya lahir di tahun 1997 dan merasa kalau anime jaman baheula malah lebih berkwalitet daripada jaman sekarang. Ketika menyarankan serial anime yang bisa saya rekomen kepada teman2 non-wibu, saya hanya terpikir serial anime yang luar biasa digdaya dalam bercerita: Legend of the Galactic Heroes, anime sebanyak 110 episode yang membuat saya sering begadang hingga jatuh sakit di semester 5.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Legend of the Galactic Heroes bercerita tentang perseturuan dua kubu di luang angkasa sana: Free Planet Aliance dan pihak Reich, untuk lebih jelasnya, silahkan lihat gambar di bawah ini<br />
<br />
<img height="640" src="https://i.kym-cdn.com/photos/images/original/000/997/559/8bd.png" width="444" /><br />
Nah ini kubu Free Planets<br />
<br />
<img alt="Related image" height="640" src="https://i.kym-cdn.com/photos/images/original/000/997/558/c37.png" width="450" /><br />
Kalau ini kubu Reich<br />
<br />
<br />
Dan serial ini berfokus pada dua karakter utama: Yang Wen-li dari pihak Free Planets, dan Reinhard Von Longerham dari kubu Reich<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="Related image" height="389" src="https://static.zerochan.net/Ginga.Eiyuu.Densetsu.full.447546.jpg" width="400" /></div>
<br />
<br />
Bakal ribet kalau saya ceritain gimana detilnya, cut to the short: di masa depan (seperti di masa sekarang) terdapat dua kubu sistem pemerintahan yang bersebrangan secara ekstrim, free planets dengan sistem demokrasinya, dan reich dengan sistem totalitarian. Keduanya sudah berperang selama 150 tahun. Yang-Wen Li (kiri) adalah seorang Sejarahwan yang terpaksa ikut militer buat nge-cover biaya pendidikannya. Karena kemampuan jeniusnya dalam taktir bertempur, dia diangkat jadi orang penting dalam Free Planets MESKIPUN dia ga punya ambisi apa2 dalam militer. Reinhard Von Longerhram (kanan) adalah seorang anak yang mempunyai darah kerajaan meskipun dia adalah semacam anak....selir? Reinhard memiliki visi untuk menyatukan seluruh alam semesta dibawah pemerintahan tunggal yang menciptakan kesejahteraan, kemakmuran, dan perdamaian. Keduanya memiliki motivasi yang berbeda dan benar2 menarik bagi penonton untuk melihat bagaimana konklusi dari pertempuran mereka berdua.<br />
<br />
<br />
<img height="640" src="https://i.warosu.org/data/lit/img/0050/01/1402555525148.jpg" width="381" /><br />
Dialog-dialog yang akan sering kita temui di LotGH<br />
<br />
Yang membuat saya tetap bertahan untuk menonton LotGH ini adalah bagaimana penulisnya melakukan eksplorasi terhadap ideologi demokrasi dan otoriter dalam dunia fiksi yang begitu menarik dan rupawan. Pernah ga sih terpikir sama kalian gimana kalau pemerintahan totalitarian itu dipimpin sama pemimpin yang wise di mana ga ada korupsi sama sekali dalam sistem itu? Apakah sistem seperti itu malah lebih baik daripada demokrasi? Atau pernah ga sih terpikir sama kalian kalau negara tuh perlu masyarakat tapi masyarakat tuh sebenarnya ga perlu negara?? Sepanjang 110 episode kita diekspos sama ragam pemikiran filosofis, baik yang pragmatis maupun idealis, di mana para karakternya saling memperjuangkan ideologi mereka masing-masing lewat beragam pertempuran dan manuver politik.<br />
<br />
<img alt="Image" height="295" src="https://pbs.twimg.com/media/C2k0RmXXcAAlb69?format=jpg&name=small" width="400" /><br />
<img alt="Image" height="299" src="https://pbs.twimg.com/media/C2k0RmsXcAAzZdr?format=jpg&name=small" width="400" /><br />
ARGHHHH DEMOKRASI ARGHHHH<br />
<br />
Hal lain yang membuat LotGH begitu menarik untuk disimak ada worldbuildingnya yang begitu membumi, mengapa? Karena LotGH bercerita tentang keinginan para karakter2nya untuk menciptakan kebaikan bagi banyak umat manusia lewat ideologi yang dipegang masing2 dari mereka. Aspek inilah yang membuat serial tv seperti Game of Thrones gampang diterima masyarakat umum. Strip away semua magic, naga, white walkers di Game of Thrones dan kita akan mendapatkan cerita intrik politik yang dekat dengan realitas. Dalam LotGH, kita ga akan menemui kemampuan teleport dan alien seperti di star trek atau light saber dan kemampuan the force seperti di Star Wars. Secara substansial LotGH terlihat seperti sci-fi yang membuat kita kagum dengan peperangan di luar angkasa, tapi secara esensi, LotGH menceritakan perjuangan orang2 yang berjuang di dalam sistem dan melawan sistem yang lain.<br />
<br />
<img alt="Image result for legend of the galactic heroes meme" height="640" src="https://i.kym-cdn.com/photos/images/facebook/001/199/693/aca.jpg" width="283" /><br />
LAKI-LAKI MANA YANG TIDAK LULUH MENDENGAR KEKASIH HATINYA MENGATAKAN HAL SEPERTI INI HAH???<br />
<br />
Lebih lanjut, selain konflik skala makro yang terjadi di antara Free Planets Aliance dan Reich, terdapat juga konflik skala mikro dari tiap kubu. Di Free Planets Aliance kita bakal ngeliat skenario2 dari dampak kebebasan dalam sistem yang menganut demokrasi: korupsi, fitnah, terorisme dari masyarakat. Di pihak Reich? KUDETA, perebutan tahta, siapa yang pantas mendapat gelar raja, dilema mesti setia dengan siapa. Konflik2 tersebut membuat cerita di dalam LotGH lebih kaya dan kita dibuat peduli dengan kedua kubu dalam cerita ini. Sudah cukup sering kita melihat cerita di mana karakter hero dan antagonist digambarkan secara hitam putih. LotGH sampai di satu titik di mana tidak ada hero atau antagonist dan membuat saya sampai berpikir: "fuck, saya ga mau salah satu dari pihak ini mati!" Dan sayang sekali, harapan tersebut sama saja dengan harapan saya bisa mendapatkan perempuan yang saya impikan: pupus. Banyak karakter yang saya kagumi tewas dengan naas dalam serial ini. Suatu waktu saya pernah berteriak histeris di kelas 204 saat kelas sedang istirahat ketika melihat salah satu karakter mati dengan cara yang sama sekali saya tidak bisa duga. Satu kelas menoleh dan saya tidak peduli atau bahkan malu karena saya baru saja menyaksikan keberanian seorang storyteller untuk bercerita dengan mengorbankan karakter2 penting di serial ini untuk satu tujuan dan satu tujuan itu saja: membuat cerita yang berkesan dan bermakna.<br />
<br />
<br />
<img alt="You but might have killed millions of people, very/least, youlmademehappy at the hair face facial expression human hair color cartoon hairstyle head emotion forehead fictional character girl human anime" height="300" src="https://i.kym-cdn.com/photos/images/newsfeed/001/040/474/da7.jpg" width="400" /><br />
Gombal ala Legend of the Galactic Heroes<br />
<br />
Apakah saya sangat merekomendasikan LotGH? Sangat. Apakah LotGH memiliki banyak kekurangan? Mungkin ada. Bayangkan rapat persiapan untuk perang bisa2 sampai 6 episode sedangkan perangnya hanya berlangsung selama 2 episode? Penonton yang sering dimanjakan dengan bagaimana tiap episode serial tv/anime memberikan payoff dalam waktu singkat mungkin akan frustrasi ketika harus mengikuti pacing dalam LotGH (ukuk2, Attack on Titan uhuk2). Tapi cobalah untuk memberikan effort berupa atensi dan melihat bagaimana para karakternya berbicara, saling banter argumen, memaparkan visi misi (lah kok kayak ketua bem???) Niscaya kalian akan larut dalam serial ini meskipun RAPAT PERSIAPAN PERANGNYA YA GA JUGA HARUS SAMPAI MAKAN 6 EPISODE WEYYYYYYYYY<br />
<br />
<br />
<br />
<img alt="Image result for yang wen li quotes" src="https://i.imgur.com/Irem1lK.png" /><br />
Yang Wen-li panutanku...<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVpJbm3WEPz9kNNlRpGHOvMAumIyJBqEA1E0wFktyLbp0oUBeZLS9srXHnxagqpkEfzq5NWTIr7_7IlRx28LmmOIXhdBwZ-BBFG0AfZownUUQFt9kj0rwc_oVaKvgTRZjiWAuWRssYLWtc/s1600/nature+war.jpg" imageanchor="1"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVpJbm3WEPz9kNNlRpGHOvMAumIyJBqEA1E0wFktyLbp0oUBeZLS9srXHnxagqpkEfzq5NWTIr7_7IlRx28LmmOIXhdBwZ-BBFG0AfZownUUQFt9kj0rwc_oVaKvgTRZjiWAuWRssYLWtc/s320/nature+war.jpg" width="320" /></a><br />
Yang Wen-li tetap panutanku....<br />
<br />
<br />
Dan sepertinya saya lupa bilang kalau total karakter di LotGH itu saking banyaknya sampai2 tiap karakternya nongol ada nama dan jabatannya sebagai reminder biar penontonnya inget...<br />
<br />
<img src="https://pbs.twimg.com/media/Bxk_wAiCEAAUPmN.png" /><br />
MAMAM<br />
<br />
Saya bukan expert dalam anime, tapi menurut saya pribadi sub-kultur Jepang yang satu itu sudah dipenuhi oleh terlalu banyak anime yang lebih suka memperlihatkan substansi yang menyenangkan untuk dilihat ketimbang menanamkan esensi yang membuat kita dapat berkembang. Argumen saya mungkin terlihat seperti orang2 moralis, tapi apakah memang lebih baik bila kita hanya terekspos pada eskapisme yang membuat kita nyaman tanpa terpancing untuk kembali mempertanyakan lagi nilai2 yang sudah terpatri dalam pikiran kita? Selesai menonton LotGH, saya kembali mempertimbangkan sudut pandang yang saya pegang serta tempat saya berdiri sekarang, hal yang juga saya dapatkan ketika menyelesaikan Evangelion dan Ghost in the Shell. Besar sekali harapan saya agar lebih banyak dari kita untuk dapat memberikan kesempatan bagi LotGH, atau anime2 seperti LotGH, untuk masuk dan membuat pikiran kita menjadi lebih terbuka terhadap ragam perspektif lain atau praktisnya: membuat kita menjadi orang yang lebih baik.<br />
<br />
<br />
<i>'There are few wars between good and evil: most are between one good and another good."</i><br />
<i> - </i>Yang Wenli<br />
<br />
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-38183508781261493282019-06-06T03:38:00.001+07:002019-06-06T03:38:19.365+07:005 Film Jadul untuk Orang-orang yang Takut Nonton Film Jadul<div style="text-align: justify;">
Di tengah kesibukan kuliah yang kampret (makalah sempro, laporan asesmen intervensi klinis, tugas-tugas akhr, naskah film untuk lomba, dan masalah asmara??), saya menyempatkan diri untuk kembali ke blog film ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya saya sudah lama tidak apdet karena beragam alasan klasik. Alasan paling bener ya mungkin semangat menonton film saya tidak menggebu-gebu seperti dulu lagi yang sehari bisa nonton 4 film.....Tarkovsky..haha. Sekarang nonton film seminggu sekali saja sudah alhamdulillah, apalagi film-film Tarkovsky wadududu. Mohon maaf, udah makin tua jadi semakin malas mikir. Anyway, saya menyempatkan diri kembali blog ini dikarenakan banyak sekali anak-anak di sekitaran kampus saya yang ternyata melek film bagus tapi ternyata enggan menonton film jadul. Saya pernah bertemu rekan bajingan yang enggan menonton Magnolia karya Paul Thomas Anderson dengan alasan filmnya tahun 1999, whatthefuck????! Orang itu baru saja melewatkan pengalaman sinematis ajaib yang melibatkan ribuan kodok jatuh dari langit. Ups spoiler, siapa suruh belom nonton Magnolia. Nah, untuk film jadul, kenapa harus nonton film jadul? Alasan yang paling jelas ya film klasik, apalagi yang staple, adalah film-film yang meng-influence film-film modern sekarang dan juga masih orisinil, dalam arti ide-ide film jaman dulu sebenarnya masih lebih segar dibandingkan film sekarang yang mencampuradukan elemen dari beragam film yang pernah ada. Mengapa begitu?? Karena jelas, film sudah 100 tahun lebih, sulit sekali mengatakan ada ide film yang benar-benar fresh dan original kecuali ada orang super jenius yang bisa membuat film bengong selama dua setengah jam dan membuat tiap menitnya menarik yang sayangnya sampai sekarang belum ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, berikut ini adalah 5 film pilihan saya untuk orang yang takut nonton film jadul. Besar kemungkinan kalian akan menyukai film ini ketika selesai menontonnya. Saya juga menyertakan film-fim yang bisa kalian eksplor setelah menonton satu film di list ini hmm. Oke, without further ado, kita langsung saja...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
5. 2001: A Space Odyssey (1968)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG6tx-7z7SyHcxvQwIRLabWk-icHy_nUfgMY2e2oBcUCID3MdSsqjY9Tc-eURzYLeZFRTWrsEVB8hPz9uM2Ka_ZRb3Il-yZS0ar3yFdBHN7ZGStd-jRKPy0McL8cFPWuPAEPaVsV6G5rjM/s1600/2001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="698" data-original-width="1240" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG6tx-7z7SyHcxvQwIRLabWk-icHy_nUfgMY2e2oBcUCID3MdSsqjY9Tc-eURzYLeZFRTWrsEVB8hPz9uM2Ka_ZRb3Il-yZS0ar3yFdBHN7ZGStd-jRKPy0McL8cFPWuPAEPaVsV6G5rjM/s640/2001.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /><div style="text-align: justify;">
Ada video call dan ipad di film ini, di tahun 1967!? Ya mungkin gimmick, tapi film ini terlalu kelewat visioner. Review film pertama di blog ini adalah review film ini, dan saya masih ingat betul pada tahun 2012, saya yang berusia 15 tahun waktu itu menganga karena terpana, "INI FILM APA SEBENARNYA???!" Ketika menyentuh paruh akhir saya masih heran bagaimana bisa ada film sci-fi yang awal-awalnya koheren tiba-tiba ditututup dengan klimaks yang laknat? Bangsat memang Stanley Kubrick. Saya sangat merekomendasikan kalian untuk menonton film ini sebagai basis untuk bisa mengikuti filmografi Stanley Kubrick atau juga mengikuti gerakan sinema sci-fi. Beberapa orang mungkin tidak menyukai film ini karena terlalu mengandalkan visual yang abstrak dan terbuka pada interpretasi. Ya masalah selera sih, bila tidak suka, alternatif film ini adalah Solaris karya Tarkovsky yang tidak mengandalkan visual dan lebih mengutaman dialog filosofis yang sarat dengan makna. Bila kalian malah suka dua-duanya dan kebetulan kalian perempuan, alhamdulillah, ayo pacaran dengan saya.</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
Rekomendasi lanjutan<br />Solaris (1972), Blade Runner (1981), Metropolis (1927), Alien (1978)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
4. It's a Wonderful Life (1946) </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiemgJ17qIt2nZAIy7ZgwBfZa94In0Gx67acqcMhajF3HOS3XgwiL-cGSqp2I-iGalZhfGcIbyOWubTf-ai9wx6NnwBurP4-TRLLVsGGo4cBCqU_yDkVchv0dSo8y4ujdT6OsOBKJC2zNjp/s1600/its-a-wonderful-life.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="563" data-original-width="1000" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiemgJ17qIt2nZAIy7ZgwBfZa94In0Gx67acqcMhajF3HOS3XgwiL-cGSqp2I-iGalZhfGcIbyOWubTf-ai9wx6NnwBurP4-TRLLVsGGo4cBCqU_yDkVchv0dSo8y4ujdT6OsOBKJC2zNjp/s640/its-a-wonderful-life.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Huhuhuhu, siapa yang meletakan bawang di dekat laptop saya?? Huhuhu. Tangis haru terasa sekali ketika menonton film ini. Script-nya memang tidak realistis dan klise, tapi emosi yang begitu kuat dapat terasa berkat akting James Stewart dan segudang masalah yang ia hadapi. Mencoba menjadi orang baik diantara dunia yang tidak terlalu menawarkan kebaikan, wah, suram memang. Memang sih film ini masih hitam putih, tapi percayalah, kesulitan hidup anda sehari bisa dapat terlupakan ketika menyentuh bagian akhir di film ini. Judul "It's a Wonderful Life" pada film ini memang bohong sekali karena hidup ini isinya penderitaan yang kita alami maupun penderitaan karena melihat orang lain menderita, tapi ya tidak bisa dimungkiri bahwa film ini memang wonderful. Film yang menurut saya paling cocok ditonton bersama keluarga dan menangis bersama juga. Bila suka dengan It's A Wonderful Life, bisa dilanjutkan menonton The Bicycle Thieves karya Vitorio De Sica yang merupakan anti-tesis film ini, mengapa anti-tesis? Karena ending yang hhe....hhe....he</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Rekomendasi lanjutan<br />The Bicycle Thieves (1948), Citizen Kane (1941), Casablanca (1942)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
3. Rashomon (1950)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidXovI1trHKjy2ii9NsueL2mZVpUw3B4o8MqCZJOxX50Mc5WZF_nzJ8CK4oGBwfUDbTUZ6V8V2Wm8kH3tFYOgNcpXL0xUYS_PW5kKWzX8LNa2-SiFMShCqoEZV3zMhbyQ-tgPyfPJMa1c6/s1600/hero_Rashomon-image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="1200" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidXovI1trHKjy2ii9NsueL2mZVpUw3B4o8MqCZJOxX50Mc5WZF_nzJ8CK4oGBwfUDbTUZ6V8V2Wm8kH3tFYOgNcpXL0xUYS_PW5kKWzX8LNa2-SiFMShCqoEZV3zMhbyQ-tgPyfPJMa1c6/s640/hero_Rashomon-image.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa bukan Seven Samurai atau Yojimbo?? Karena ini list saya huahua. Rashomon bagi saya adalah getaway-nya film Akira Kurosawa dikarenakan pertanyaan filosofisnya yang dalam. Saya juga merekomendasikan Yojimbo sebenarnya, malah bagi saya Yojimbo adalah karya terbaiknya. Akan tetapi, permasalahan filosofis yang tergambar di film ini dapat penonton relate dengan cepat. FYI, saking influential-nya film ini, permasalahan filosofis ini disebut sebagai <i>rashomon effect</i> dan dikaji dari berbagai bidang, baik dari bidang sinema, literatur, hukum, psikologi, sosiologi, dan sejarah. Nah, kenapa sih film ini se-influental itu? Cerita di film ini tuh simpel sebenarnya, terjadi pembunuhan dan hakim di pengadilan itu nanyain 4 orang saksi mata di film ini. Masalahnya adalah saksi mata itu testimoninya beda-beda semua. Yang bener yang mana, yang salah yang mana? Tonton deh dan selama berpusing-pusing ria. Btw, salah satu saksi mata di film ini adalah makhluk halus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
Rekomendasi lanjutan<br />Semua film Akira Kuroswa, Harakiri (1962), Tokyo Story (1953), Sansho the Bailif (1954)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
2. Vertigo (1958)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTU3ln0Sz2ntEY7OKiZIGs4DRlgd6Rs4g9_rWaysz6SVPJc5kT94YGGM1LymNA0TVzs_pNaxqRkgepHB04J2zI1OGJMNxVeXJvlXxkHobVC0SXrpgOvLN6fi5Z4WZMd2C8SdFHV2HwMTC4/s1600/Vertigo-Featured.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="350" data-original-width="700" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTU3ln0Sz2ntEY7OKiZIGs4DRlgd6Rs4g9_rWaysz6SVPJc5kT94YGGM1LymNA0TVzs_pNaxqRkgepHB04J2zI1OGJMNxVeXJvlXxkHobVC0SXrpgOvLN6fi5Z4WZMd2C8SdFHV2HwMTC4/s640/Vertigo-Featured.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Film dengan plot-twist terbaik di abad 20 tiada tanding tanpa banding</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Rekomendasi lanjutan<br />Semua film Alfred Hitchcock</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
1. Twelve Angry Men (1957)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKZ01Inbt27CrHe5ccL5JcAK2S7yX22TdLZlZTY6h7xEA6E2UUWTfee_c-C3ZTTzD1zi44WoO50MFnwOdM4WqQ-WMfJKq7DmeLj8QWZp8_dWuk2CD0O8RgGFJN9NtiEcV3QCehquD49z6Z/s1600/12angrymen+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1094" data-original-width="1600" height="436" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKZ01Inbt27CrHe5ccL5JcAK2S7yX22TdLZlZTY6h7xEA6E2UUWTfee_c-C3ZTTzD1zi44WoO50MFnwOdM4WqQ-WMfJKq7DmeLj8QWZp8_dWuk2CD0O8RgGFJN9NtiEcV3QCehquD49z6Z/s640/12angrymen+%25282%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
Film ini ranking 5 di imdb top 250 dengan rating rata-rata 8.9 wowwwwwwwwww. Perlu alasan lain untuk menonton film ini? Bila perlu maka saya tegaskan: dialog. Dialog di film ini begitu intens. Kita tidak diperlihatkan flashback adegan pembuhan, atau masa lalu para karakternya. Semuanya terjadi here and now, nasib seorang terdakwa yang belum jelas bersalah atau tidak ditentukan dari keputusan 12 orang juri ini. Kita diajak mendengarkan dan membayangkan argumen dari tiap juri yang membuat kita merasa berada di dalam ruang penjurian itu. Pengalaman sinematis seperti ini sulit untuk dilupakan. Bagaimana seorang juri berusaha menyakinkan 11 juri lainnya bahwa terdakwa itu belum tentu bersalah. Sial, mengapa sampai sekarang sulit menemuan courtroom drama setajam film ini?</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Rekomendasi lanjutan</div>
<div style="text-align: center;">
Anatomy of a Murder (1959), Witness for the Prosecution (1957), Inherit the Wind (1960)<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-3078507444576184672017-02-14T18:44:00.000+07:002017-02-14T18:57:34.215+07:00Beberapa film cinta-cintaan yang mungkin perlu ditonton di hari Valentine<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4lTJvLdvgTb8B62xuOQ2bqZMljfXImwMlfZi_dj2w93vCaS5T3IPKkPZpxFyjykV_Q07iQf6Pf1CJnqKapHfVDz3nQy8rGCt_cz28wT7vY6aShosXMnav1DCfsGOHgEH_1uoXDl4cnxa/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4lTJvLdvgTb8B62xuOQ2bqZMljfXImwMlfZi_dj2w93vCaS5T3IPKkPZpxFyjykV_Q07iQf6Pf1CJnqKapHfVDz3nQy8rGCt_cz28wT7vY6aShosXMnav1DCfsGOHgEH_1uoXDl4cnxa/s640/1.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Bagi yang merasa bingung ingin menonton film apa di hari valentine, ini ada beberapa masukan dari saya untuk mengisi hari valentine kalian. Bagi yang jomblo, tonton film-film ini, mungkin hati kalian akan ter-enyeuh, dan setelah terenyeuh, semoga bisa dapat pacar. Bagi yang sudah punya pacar, semoga film-film di sini bisa menghindarkan kalian dari tindakan zina saat berduaan di kamar kos (?). <i>Anyway</i>, itu yang biasa ribut valentine haram pada ke mana ya? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic9cxzhRiHBMZcyJI3zl_zB5hWZxgFvmjpnHuFR7F6LTmMOqj7j8orIvmiM-2q4IgSiFFiiRNGBdapjGmdh2s1cbXdDIuMCWFQMpEVTwmtbYSErw1Urf_y2SkbKCuQ9quQMOC5GAIYfKR9/s1600/12715358_10204080658735153_1462255702216228264_n-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic9cxzhRiHBMZcyJI3zl_zB5hWZxgFvmjpnHuFR7F6LTmMOqj7j8orIvmiM-2q4IgSiFFiiRNGBdapjGmdh2s1cbXdDIuMCWFQMpEVTwmtbYSErw1Urf_y2SkbKCuQ9quQMOC5GAIYfKR9/s640/12715358_10204080658735153_1462255702216228264_n-2.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Badai Pasti Berlalu </i>(Teguh Karya, 1973)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sampai sekarang masih menjadi film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton. Gaya direksi Teguh Karya yang begitu melankolis beserta suara Berlian Hutauruk yang ‘ndalem’ berhasil membuat lupa dunia ketika menonton film ini. Konflik yang dihadirkan di film ini mungkin klise jika ditonton di abad 21, hanya saja klise tidak selamanya mesti jelek kok, klise itu ada karena klise ada. Setidaknya selain konflik nurani sepanjang durasinya yang membuat perasaan saya mrembes, ada satu pelajaran yang saya berhasil petik dari film ini: Jangan sampai terkena diabetes.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuUH3OCjREituRuOjDr0aEKhU9QTe0FcGVINc8FLVVS7tNUxTOU8HpJhHpJWGKkHPJuzTvgNUPjllsNhANpvFUo3WDJBR2JimRmSQndo8haIEP_G8_NzsxGCF9NjIJQE1ArLKzpYzu9-LN/s1600/12710902_10204080663415270_3186241461575108483_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="496" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuUH3OCjREituRuOjDr0aEKhU9QTe0FcGVINc8FLVVS7tNUxTOU8HpJhHpJWGKkHPJuzTvgNUPjllsNhANpvFUo3WDJBR2JimRmSQndo8haIEP_G8_NzsxGCF9NjIJQE1ArLKzpYzu9-LN/s640/12710902_10204080663415270_3186241461575108483_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>City Lights </i>(Charlie Chaplin, 1931)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Kalau suatu saat nanti kalian bertemu dengan orang yang mengaku dirinya fans Charlie Chaplin, tapi tidak pernah menonton <i>City Lights</i>, dekatkan mulut kalian ke telinga orang itu dan bisikan kata ini ke telinganya: Anjing.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4SY2vReEbhhbncxy8_yEX5QFGqfcCvndzNUqB2Z6ofR9ksgmFam-iR3ZOGjcCKXhlmciAafwbJARgB8O5KQkbjDOTNKSKvAMZV6stkBk5Ug1DYft-ace-vU9JFt6WN-6YJm0FCZV6lmAY/s1600/12715668_10204080675295567_6171784702377073179_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4SY2vReEbhhbncxy8_yEX5QFGqfcCvndzNUqB2Z6ofR9ksgmFam-iR3ZOGjcCKXhlmciAafwbJARgB8O5KQkbjDOTNKSKvAMZV6stkBk5Ug1DYft-ace-vU9JFt6WN-6YJm0FCZV6lmAY/s640/12715668_10204080675295567_6171784702377073179_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Blue Valentine (Derek Cianfrence, 2010)</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Teman saya yang bernama Susi (ia laki-laki, nama panjangnya Rizki Susilo Utomo) curhat ke saya setelah menonton film ini. Biasanya teman-teman saya itu curhat ke saya masalah asmara, keluarga, nilai try out yang tak kunjung naik, lah ini curhat soal fim. "Anjing tim, filmnya bikin gw sampai pusing." Hebat kan film bisa sampai membuat seseorang seperti Susi sampai pusing? Film ini menceritakan pasangan yang sudah sekitar enam tahun menikah, lalu kehidupan mereka terasa hampa, hampir belok ke arah kehancuran. Lalu di saat yang sama, film ini juga memberi bagian kilas balik di saat mereka masih belum menikah, yang memperlihatkan momen-momen bersama yang indah dan manis. Dua cerita itu berjalan beriringan menuju ke sebuah konklusi yang membuat hati saya ringsek saat selesai menontonnya. Saya selalu memiliki asumsi keji (karena saya waktu kecil pernah mengalami) bahwa saya yakin hampir dari semua anak-anak pernah ditanyai orang tuanya begini, “Kalau mamah papah cerai nanti kamu mau ikut siapa?” Pertanyaan memilukan itu kembali muncul ketika saya menonton film ini. Ya, sesakit itu rasanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlP6diGqoKkhcWS2PofVQPFImOhUt60o6TzWvf1ZHYAGVe7NJRG5VzaS4bg7lRWASyehDInzqc6xNuW2bkeSdLDKMCMSD0jR3lr78qx6SnaN5rNWuzeuvJLoFIQZ1BipopdvR6xK3MIMXu/s1600/12631538_10204080696456096_7546786785664693184_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlP6diGqoKkhcWS2PofVQPFImOhUt60o6TzWvf1ZHYAGVe7NJRG5VzaS4bg7lRWASyehDInzqc6xNuW2bkeSdLDKMCMSD0jR3lr78qx6SnaN5rNWuzeuvJLoFIQZ1BipopdvR6xK3MIMXu/s640/12631538_10204080696456096_7546786785664693184_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Eternal Sunshine of the Spotless Mind </i>(Michael Gondry, 2004)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Tolong segera tonton film ini. Bagi saya, sudah <i>Fardhu Ain</i> hukumnya untuk menonton film ini minimal sekali sepanjang hidup, sama seperti setidaknya orang-orang harus merasakan main <i>GTA: San Andreas</i> sekali seumur hidup. <i>Anyway, </i>saya kasihan dengan anak-anak yang akan lahir 20-30 tahun lagi, mereka sepertinya tidak akan mengerti di mana keindahan game dewa persembahan <i>Rockstar</i> itu. "Papah kok suka <i>San Andreas </i>sih? Bagusan <i>GTA X</i>, pah." Aduh. (ini kenapa malah ngomongin <i>GTA</i>?).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBjjofHs1VucmhOksuM90-ZO0w1xMZcUK3KGayyRhhYztXPj-9fHGziEoQhE7O8I9YzAXjOXHg2Ki5koSb-Yi0-kdnykUzLYL4qNvQOUmMCK7PRyXhi3n3eK8jhZOQ9mzzsqZqmlp0oEsd/s1600/12715889_10204080730896957_4330858986107797681_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBjjofHs1VucmhOksuM90-ZO0w1xMZcUK3KGayyRhhYztXPj-9fHGziEoQhE7O8I9YzAXjOXHg2Ki5koSb-Yi0-kdnykUzLYL4qNvQOUmMCK7PRyXhi3n3eK8jhZOQ9mzzsqZqmlp0oEsd/s640/12715889_10204080730896957_4330858986107797681_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>The Graduate </i>(Mike Nichols, 1967)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Film ini bisa saya samakan dengan <i>Seven Samurai </i>dan <i>2001: A Space Odyssey, </i>yakni film yang melampaui jamannya karena ceritanya terlalu modern. Nichols, dengan hebatnya, bisa meramu cerita pop yang kalau didengar terkesan remeh, menjadi sebuah mahakarya yang polos namun berani. Jika kalian merasa, "yah, klise dong mas filmnya? sama romcom tahun-tahun 2000-an ke atas bedanya apa?" Wah, penghinaan! Penistaan! Bajingan! Biadab! (lah kok saya ngomongnya mendadak seperti habib?) Tonton saja sampai selesai. <i>Shot</i> terakhirnya, bung! <i>shot </i>terakhirnya! Lalu diiringi dengan <i>The Sounds of Silence </i>Simon and Garfunkel pula, wah, saya menyerah, ampun!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrY8WXWsNTmR_8mWs5kVN4ohWmohpvunw0RqYy0fwhiYQS_CJADc_AKFyDIy81ZCtGYvr2gtQlZUJeK-e_a_s551Hibnb5Yn2JSTurc20jPXvtLZ3b-OHviTMkPRopXevf4EEkpgeOOoH1/s1600/12698385_10204080759257666_2724299015851890510_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrY8WXWsNTmR_8mWs5kVN4ohWmohpvunw0RqYy0fwhiYQS_CJADc_AKFyDIy81ZCtGYvr2gtQlZUJeK-e_a_s551Hibnb5Yn2JSTurc20jPXvtLZ3b-OHviTMkPRopXevf4EEkpgeOOoH1/s640/12698385_10204080759257666_2724299015851890510_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Casablanca </i>(Michael Curtiz, 1942)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Saya bisa masuk neraka film kalau tidak memasukan film ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr_lvjYdSufjiC3TrdcXtRTlF6FOwJFbodHwsvsh8xL-bCQHqCh93JJzDJRoXHx67VAiiiEYoJtjtreOzLLN_Q2YQA2tq65d7yilpxFsyX2wgGBx36ivPZ9zPQOeZtPXv8gWVX6YLJC5mD/s1600/12657942_10204080761217715_5660086480613543727_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="452" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr_lvjYdSufjiC3TrdcXtRTlF6FOwJFbodHwsvsh8xL-bCQHqCh93JJzDJRoXHx67VAiiiEYoJtjtreOzLLN_Q2YQA2tq65d7yilpxFsyX2wgGBx36ivPZ9zPQOeZtPXv8gWVX6YLJC5mD/s640/12657942_10204080761217715_5660086480613543727_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Before Midnight </i>(Richard Linklater, 2013)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Kulminasi dan konklusi (tidak bisa disebut konklusi sih jika nanti Richard Linklater dapat pewahyuan kalau dia harus membuat <i>installment</i> ke-4) dari pahit-manis hubungan Jesse dan Celine sejak tahun 1995. Kekuatan film ini murni terletak pada dialog-dialognya yang jujur dan berani. Sejak kapan menonontoni pembicaraan dua orang yang saling mencinta bisa terlihat menarik dan menyentuh? Bila anda <i>purist, </i>tonton trilogi film ini 9 tahun sekali. <i>Before Sunrise</i> ditonton di tahun 2017, <i>Before Sunset </i>di tahun 2026, dan <i>Before Midnight </i>di tahun 2035. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbuA9TgrN9xNg4KjnTmdhTZ-qfvVFKVO3XKY4mJw9GErfswuQT_jNV8w0q9qkGA62SR-k0SykmvWBZxOZqDEarhWi1UI-iQD-wRmSNYTo38Rtjg7Co9MMm-KGwTh9SlpGv-2suQAoKyGe/s1600/12657203_10204080702256241_8054272629235699267_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbuA9TgrN9xNg4KjnTmdhTZ-qfvVFKVO3XKY4mJw9GErfswuQT_jNV8w0q9qkGA62SR-k0SykmvWBZxOZqDEarhWi1UI-iQD-wRmSNYTo38Rtjg7Co9MMm-KGwTh9SlpGv-2suQAoKyGe/s640/12657203_10204080702256241_8054272629235699267_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Amour </i>(Michael Haneke, 2012)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Belum pernah, dalam sepanjang hidup saya, saya menonton film <i>romance</i> se-destruktif ini. Pengalaman menonton Amour mungkin bisa disamakan dengan pengalaman membaca <i>1984</i> atau mendengar <i>Kid A</i> untuk pertama kali. Haneke mengeksplor tema cinta lewat pasangan yang sudah lanjut usia. Jika cinta sering digambarkan secara berapi-api yang disertai pengorbanan saat berjiwa muda, lalu apa yang terjadi ketika semuanya sudah mulai rapuh? Hal yang paling menyakitkan menurut saya adalah ketika kita melihat orang yang kita kasihi menderita di depan kita, dan kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mencoba meringankan penderitaannya, meskipun kita tahu, usaha kita tidak akan berpengaruh banyak. Murakami pernah menulis kalimat ini dalam <i>Sputnik Sweetheart, </i>"<i>Wonderful things always come to an end."</i> Dan lewat <i>Amour, </i>Haneke menggambarkan apa yang terjadi setelah masa-masa indah itu berakhir. Hal-hal yang terasa indah dan menyenangkan akan selalu berakhir dengan cara yang menyakitkan, dan hidup sepertinya memang akan selalu seperti itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDEXyF2sHSA92IZ32jtbE5ma4mXkG4HXojVdcU82kVYkn94vZvC6INyrUq7J5dZmZZCmB9rzXM4ZIO-MVNMxi5IrYFcjQ6y9me39p6YR44xDQxP2LAGYWUGBN8SJV8KrR7AeHp4xCXbQsJ/s1600/12710840_10204080768817905_4931324295248984099_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDEXyF2sHSA92IZ32jtbE5ma4mXkG4HXojVdcU82kVYkn94vZvC6INyrUq7J5dZmZZCmB9rzXM4ZIO-MVNMxi5IrYFcjQ6y9me39p6YR44xDQxP2LAGYWUGBN8SJV8KrR7AeHp4xCXbQsJ/s640/12710840_10204080768817905_4931324295248984099_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Chungking Express </i>(Wong-Kar Wai, 1994)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Ada dua macam orang di dunia ini, mereka yang lebih suka <i>In the Mood for Love,</i> dan mereka yang lebih suka <i>Chungking Express. </i>Saya berada di kubu <i>Chungking Express. </i>Semua hal yang ada di film ini terlihat begitu menawan dan indah. Kamera yang bergerak kesana-kemari, lampu-lampu neon yang menampilkan nuansa <i>vibrant, </i>hingga karakter-karakternya yang berada di antara keramaian namun sebenarnya kesepian. Jika ada mesin penghilang ingatan, saya ingin sekali menghilangkan ingatan saya pernah menonton film ini agar bisa kembali merasakan pengalaman pertama menontonnya. Ya, semagis itu film ini bagi saya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd4fx0TJqsImEUrGtSdEuAkMS9iYnvcMfUXeR71N2fLJzxpYj-sgY5u5-CRisN27u2goK_q0ikoxht8623c5bt2UCw5jgRNl0mXPJv5rZSt0ilf7uUw94sL9Wiz2jpvfknOxsxUz8vaEuG/s1600/12715839_10204080774098037_3216775686608376365_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd4fx0TJqsImEUrGtSdEuAkMS9iYnvcMfUXeR71N2fLJzxpYj-sgY5u5-CRisN27u2goK_q0ikoxht8623c5bt2UCw5jgRNl0mXPJv5rZSt0ilf7uUw94sL9Wiz2jpvfknOxsxUz8vaEuG/s640/12715839_10204080774098037_3216775686608376365_o.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Punch-Drunk Love (Paul Thomas Anderson, 2002)</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Ketika Adam Sandler mengucapkan kalimat, <i>"I have a love in my life, it makes me stronger than anything you can imagine."</i> di depan muka Philip Seymour Hoffman, film ini langsung menjadi film <i>romance</i> terbaik yang pernah saya tonton. Sekian.</div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-85123056816850650212017-02-06T23:28:00.000+07:002017-02-06T23:34:17.180+07:00Arrival (2016) Review<div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFfeI7YNujgED9pVDb0jIo0IzXjMIBYuVcBW1OX5hMzSFjJII6AxMCQvhPdLAHKFA6xUxPSMbzuA1mTYphi8nhCTb1yvRVyaIeWnBwY7j-y0Q0A4auZlL-lFvGGFBh_iudZTIvgBCQu37R/s1600/20161020171048%2521Arrival%252C_Movie_Poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFfeI7YNujgED9pVDb0jIo0IzXjMIBYuVcBW1OX5hMzSFjJII6AxMCQvhPdLAHKFA6xUxPSMbzuA1mTYphi8nhCTb1yvRVyaIeWnBwY7j-y0Q0A4auZlL-lFvGGFBh_iudZTIvgBCQu37R/s1600/20161020171048%2521Arrival%252C_Movie_Poster.jpg" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Whew. </i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<a name='more'></a>
<br />
<div style="text-align: justify;">
The movie starts with a huge, compressed flashback of our protagonist, Louise Banks. This reminds me the opening of the movie Up (2009) where emotional nostalgia of the past are squeezed tightly in a montage. We are introduced to a linguistic professor who lives alone, in a reasonable assumption that she was fighting back her memories of her marriage due to the death of her young daughter, packed together in such short time.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
In the next part, our protagonist deals with her real problem which were the point of the whole story-the aliens. As she began to lecturing the class as usual, news announces that something unidentified are appearing in parts of the world. These objects, the UFO, looks totally unique. It reminds me of the black square-shaped objects in 2001: A Space Odyssey (1968) but much more bigger. And then, some upper government officials interrupts her silent evening with an invitation, with a purpose that she can at least try to communicate with aliens.</div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
At first in my expectation, the movie is about linguistic kind of thing. And yes, my guess until here is still relevant. Exploring the philosophy of communication, the following parts of the movie shows the fragile parts of human and their activity of communicating. We see our protagonist speaks with her co-worker, Ian, in a disrupting situation. The audience cannot hear what they're talking about as the sound of buzzing helicopter are all over the scene. Next, we see armed forces in a stance that they're ready to attack at anytime, forging the problem of communication again, with the audience hoping something bad will not happen as a matter of commando of their authority. Lastly, we see riots and vandalism of human all over the world are shown. We could see these scenes as a critic to human, with their inability to grasp the same real meaning of another.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
One thing from the movie production that stand out is the use of music. The score is amazing. Example of use is when the opening scene, when the slow, neoclassical violin captures the melancholic side of Louise Banks in such a short time without being too annoying. Its breathtaking, emotionally potent sound harmonizes with loneliness the protagonist had, and it is too ignorant, unless they're sleeping throughout the scene, for audience to not to grasp the same feeling. And it is just the first part of the movie. Next we can see how Villeneuve, with Johannsson as the orchestrator the whole score, to do tension in many scenes. They do impressive job on how they make a movie as eerie as possible. Sometimes, Villeneuve was caught again doing with his style of making movies to make the people who watches drown in anxiety. The distinctive use of silence, for example, has alot to do with his works. On Sicario (2015), Villeneuve use silence to capture the moral dilemma the character had during whole movie. The same technique, as not surprisingly, found in his earlier movie, like Incendies, Enemy, or Prisoner. It is repeated again on Arrival when he uses it as a buildup to something going to happen, or when the protagonist encounter some weird moments e.g when she enters the alien ship for the first time. </div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Second, the cinematography is jaw-dropping. The film looks so crisp and cold. With the minimal use of special effects, the movie adds some legitimacy to alien scenes for example. I don't know if it budget cut or not, but the movie are not so depended on the camera movement or some practical effects. Even if it is true, unexpectedly, it still makes the contact between human and alien as a sacred encounter. That is because the camera works is so pristine at its best, that it'd add new level of authenticity without being too pretentious.</div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lastly, the performance of the actors/actress is really really good. Amy Adams, as the main character, delivers a nice execution. She really puts her pain, fear, suffering, and confusion in the scenario that she's being put through very excellent. Forest Whittaker and Jeremy Renner is also. As a supporter of the main character, they really good at being companion to her.</div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
To deliver an emotional sci-fi movie is not easy. Interstellar (2014), for example, is trying too hard for being one. Instead of presenting a hard-hitting emotional picture, Interstellar falls into a deep abyss of vivid vagueness. While using the same technique, Arrival succeeded to manage the whole picture full of strong feeling, while keep maintaining its intellectual interpretation to left to audience. The message of being sci-fi movie, as audience has to know the basic level of certain knowledge to understand, is still there, whilst at the same time is not being far in state of confusion and blandness. </div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Overall, Denis Villeneuve still continues his streak of excellent filmmaking with Arrival. Denis no need to doubt his talent while making another masterpiece. In Arrival, he's already doing a great job. The movie is rich in storytelling, nearly accomplishes in all aspect, a stand-out in a generation that is in need of good sci-fi movie, and clearly one of the best film of 2016. </div>
<div>
</div>
<br />
<br />
<div>
</div>
<div>
9/10.</div>Aditya Fathurrahmanhttp://www.blogger.com/profile/13194530266272553017noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-62432798238583471472016-08-14T00:44:00.004+07:002016-08-18T07:35:39.159+07:00The Wire (2002-2008) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYDnfPmYSLz1Mx6XcutAk2mqAQbHQ-gkIl4hDRm2R7L8foJAq8FYdJFxzzMD5T48hLURclpsLBagKk7-rGOlaZlDQKYnB9j7pxPQaOBlgpfW8n9RvdDKPhG8KAm1TdpNNgBKmYTXfYZ2KO/s1600/The-Wire-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYDnfPmYSLz1Mx6XcutAk2mqAQbHQ-gkIl4hDRm2R7L8foJAq8FYdJFxzzMD5T48hLURclpsLBagKk7-rGOlaZlDQKYnB9j7pxPQaOBlgpfW8n9RvdDKPhG8KAm1TdpNNgBKmYTXfYZ2KO/s640/The-Wire-2.jpg" width="434" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
What's so genius about The Wire? Hmmmm, let's see.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Institutional dysfunction? Check. Institutional determination? Check. The failure of the drug war? Check. The Failure of capitalist system? Check. The tragic fate of the blue collar workers? Check. Idealism vs pragmatism? Check. Optimism vs cynicalism? Check. Lot's of sociological stuff (Cultural capital, social stratification, class consciousness, crime and rational choice theory, social conflict)? Check, check, check.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
I've seen Twin Peaks (My favorite tv series until I watched The Wire), Breaking Bad, Game of Thrones, True Detective, and a lot of great (or good and even bad) tv series, but all of them, in my opinion, are not at the same level with The Wire. You see, we live in a really cruel world, a reallyreallyreally cruel world. Only people with privilege can have a better life, and people who do not have privilege? A lot of them can only have a bitter life. The Wire season one deals with The Police vs Drugs Organisation, season two expands its scope by showing us the blue collar workers who struggle against cruel capitalist system, season three shows us some twist and turn in political system, season four examines the compromising school system, and season five, who has a lot of jaw-dropping moment in the whole series, reveals a brutal truth in media institution. Each season has different things to say, but they have one thing in common: All of the characters, who are affected by institution above them, just want to have a better life.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
While most tv series are made for entertainment and escapism, The Wire portrays an atmosphere of almost and utmost reality, and it is not compromising anything. If you watch a horror film, sure you will be scared, but the scary effect is just momentary because they're not real, they're just some fictional monster/psycopath/killer at the screen, they will not harm you in any way, they just scare you. The Wire will make you scared as fuck because the story will make you think that any event in this series will harm you in real life as soon as you join any institution. After each episode, The Wire will make you contemplate for a moment and make you think disturbing things. Some thoughts that I had after each episode are: "What The Fuck? How in the blue hell people like THAT can do THAT? Why life sucks? Why political things are so dark and gritty and confusing? HOW SAD THAT CHARACTER FATE IS! Fuck, why your life is so sad and there's no any way to help you from that dark place?" And the most pop-up thought that I had while watching The Wire is: "Are there any solutions?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
This social sci-fi does not offer any solutions, it is only offer some disturbing questions. The good thing is, while The Wire will make you more cynical toward any institutions than before, The Wire will also make you more affectionate about people, and that's the thing I love from The Wire. It is fucking underated and needs to get more attention because there are only two people I know in my life who watched The Wire, and that's pretty sad considering The Wire got #5 spot in that IMDB TOP 250 tv series.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Anyway, The Wire is Obama favorite show and I'm glad that Mr. President has a good taste.</div>
<br />Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-45961740797632421312016-04-02T16:45:00.000+07:002016-05-10T07:11:27.110+07:00Di Balik Kelambu (1983) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPxhpwfjFHmKfJ3GNZp_nYslKE2_QfRhAM4L9c42Mo8L4MCHSGDr0ZfKfD2N7VfB5h3K4JEerMUNzFb5kXklHaBYUyExENHvZanygqUB3SihVmFkP8XJnkSF7719G7VMQIP23kmQoqvTe/s1600/gggg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPxhpwfjFHmKfJ3GNZp_nYslKE2_QfRhAM4L9c42Mo8L4MCHSGDr0ZfKfD2N7VfB5h3K4JEerMUNzFb5kXklHaBYUyExENHvZanygqUB3SihVmFkP8XJnkSF7719G7VMQIP23kmQoqvTe/s1600/gggg.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Film ini dibuka dengan adegan yang memperlihatkan aktivitas suami-istri Hasan (Slamet Rahardjo) dan Nurlela (Christine Hakim) di pagi hari. Hasan bersiap-siap untuk bekerja, sementara Nurlela mengurus anak-anak mereka. Apa yang membuat aktivitas Hasan dan Nurlela beserta anak-anaknya menarik untuk disimak adalah karena mereka masih tinggal bersama keluarga Nurlela. Tekanan dari ayah Nurlela yang mengharapkan sosok menantu ideal dari Hasan beserta campur tangan keluarga Nurlela terhadap bagaimana cara Nurlela mengurus anak membuat kedua pasangan ini tertekan setiap hari. Ketika film menampilkan adegan Hasan yang mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menjadi supir taksi, dari sini cerita di film ini mulai bertambah rumit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Apakah adalah suatu hal yang buruk apabila seorang anak terus tinggal di rumah orang tuanya? Di Balik Kelambu menampilkan realitas sosial yang hampir terjadi di mana-mana, yakni pasangan suami-istri yang terpaksa tinggal di rumah mertua karena masalah finansial. Gambaran tentang tinggal serumah dengan mertua mungkin masih dianggap aib karena secara tidak langsung, asumsi-asumsi bahwa sang kepala keluarga secara finansial tidak mampu membiayai kebutuhan papan bagi anak dan istri mulai muncul dalam pikiran banyak orang. Tekanan yang diakibatkan oleh gambaran negatif terhadap tindakan tinggal serumah dengan orang tua kian menjadi dengan ditambahnya intervensi oleh keluarga sang istri terhadap cara mengurus anak dengan baik dan benar. Ketika mertua selalu membandingkan Hasan dengan menantunya yang secara pekerjaan lebih <i>bonafide </i>dan selalu membandingkan cara mereka mengurus Nurlela kecil dengan cara Nurlela dewasa mengurus anak-anak membuat Hasan dan Nurlela memiliki impian yang sama, yakni ingin bebas dari tekanan yang ada dengan memiliki rumah sendiri. Bila Hasan dan Nurlela merepresentasikan pasangan suami-istri yang mengalami kondisi yang serupa, dan ingin memiliki rumah sendiri agar bisa terbebas dari segala macam tekanan dan intervensi yang ada, lalu tujuan untuk memiliki rumah sendiri sebenarnya apa? Jika tujuannya adalah agar bisa bebas dan independen, secara tidak langsung itu sama saja dengan melarikan dari tekanan, intervensi, dan konflik yang ada. Jika tekanan, intervensi, dan konflik itu terus terjadi, yang salah sebenarnya siapa? Mertua yang menuntut terlalu banyak? Atau menantu yang terlalu <i>under-achiever </i>dalam berkarir? Pertanyaan itu terus bergulir sepanjang durasi film ini berjalan, bahkan hingga ketika film ini berakhir.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZu__G7kf4dK2nkq9jaeBgNmq2hhy3smmdRaRdCyky_9mF6gc4o6yl6VQ1i29Fby_qMJRIKA94sLJwpvFm3AUpXTGJKyoHqO_uTsjgjNS0QqrqPXFswpcr1sUSMTfXLloCz6fkGVhlXI_4/s1600/di-balik-kelambu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZu__G7kf4dK2nkq9jaeBgNmq2hhy3smmdRaRdCyky_9mF6gc4o6yl6VQ1i29Fby_qMJRIKA94sLJwpvFm3AUpXTGJKyoHqO_uTsjgjNS0QqrqPXFswpcr1sUSMTfXLloCz6fkGVhlXI_4/s400/di-balik-kelambu.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Hal yang menarik dari film Teguh Karya adalah film-film beliau selalu menonjolkan kemampuan akting para pemainnya yang begitu membumi dan tidak artifisial sama sekali. Tengoklah akting Hasan yang meledak-ledak mendekati akhir cerita dengan seluruh keputusan yang telah ia pilih, atau raut wajah Nurlela yang menggambarkan perasaannya yang berkecamuk dengan segenap kegundahan yang ia miliki, atau tatapan mata seluruh keluarga Nurlela yang menatap Nurlela dengan tatapan kosong di salah satu adegan yang membuat teman saya, Fathur, berkata "ANJING! TAKUT GW TIMMMMMMMMMM" menjadikan Di Balik Kelambu sebagai sebuah karya sinema yang sama sekali tidak menghakimi para pemainnya. Segala macam tindakan beserta keputusan yang terjadi di film ini, seburuk-buruknya dan sebaik-baiknya, terasa nyata karena tiap manusia punya kelemahan. Hitam dan putih tidak dapat dirasakan lagi ketika semuanya digambarkan secara abu-abu, secara manusiawi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghyVdJA6hTZDBaTiDTbNS3kCgp-TDIHZrUv9b45jHwbpi1kiIkt8WT6iOwzh9xPrKao3KtJFq_Nvr8EyxEABUlU6JG9TH5jehKfVSxvLbJvyWwBCQ7H5frN_ctrgJSAjEW2AcU2g3LxqD0/s1600/gallery_kelambu1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghyVdJA6hTZDBaTiDTbNS3kCgp-TDIHZrUv9b45jHwbpi1kiIkt8WT6iOwzh9xPrKao3KtJFq_Nvr8EyxEABUlU6JG9TH5jehKfVSxvLbJvyWwBCQ7H5frN_ctrgJSAjEW2AcU2g3LxqD0/s1600/gallery_kelambu1.jpg" /></a></div>
<br />
Jika tiga tahun yang lalu saya sadar kalau masturbasi adalah aktivitas yang selama ini saya butuhkan, ketika film ini berakhir dan lampu bioskop kineforum dinyalakan, saya sadar kalau sinema seperti inilah yang saya butuhkan dari sinema Indonesia. Sebuah sinema di mana tidak ada sama sekali pretensi untuk menggurui penontonnya, sebuah sinema di mana tidak ada sama sekali usaha untuk mengotak-ngotakkan mana baik mana buruk, sebuah sinema di mana sinema itu tidak memberikan jawaban, melainkan mempertanyakan sebuah realitas sosial sambil memacu penonton untuk menemukan sendiri jawabannya. Jawaban yang hanya bisa didapat di luar gedung bioskop, di kehidupan tiap individu penontonnya, <b><i>the personal truth</i>.</b></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-44152235335602275542016-03-30T11:51:00.000+07:002016-03-30T11:58:38.871+07:00Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdeVowtsJNQGVO6qhDAduzsuvjX3lQpT3Lu5-eSzov3oETf7wT91jtjZ5Wx-lOqT6aora3BBGYNOqBsGM6ysGJA95xwLFwsV-Dunat9UYuWNLM5FIHBULcDOkfTDRJ14jLno65ePwuEL5-/s1600/batman+v+superman+poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdeVowtsJNQGVO6qhDAduzsuvjX3lQpT3Lu5-eSzov3oETf7wT91jtjZ5Wx-lOqT6aora3BBGYNOqBsGM6ysGJA95xwLFwsV-Dunat9UYuWNLM5FIHBULcDOkfTDRJ14jLno65ePwuEL5-/s640/batman+v+superman+poster.jpg" width="444" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah lelah dua tahun lebih menunggu (mungkin kalian yang ngikutin blog ini juga lelah nunggu ampe mau setahun nih blog kaga di apdet2), akhirnya Batman v Superman nongol di bioskop. Jika Man of Steel (saya pernah menulis review-nya di <a href="http://kritikusfilmgadungan.blogspot.co.id/2013/06/man-of-steel-2013-review.html" target="_blank">sini</a> bersama sepupu saya yang sudah pensiun sebagai kritikus film dan sepertinya sudah jadi filmaker lahir batin di Bandung) berhasil membuat saya tercengang tiga tahun yang lalu, Batman v Superman memberikan perasaan yang serupa dengan level yang sedikit berbeda. Kalau mau diibaratkan, Man of Steel membuat saya terkejut seperti ketika saya dapat kabar kalau saya lulus UN dengan nilai pas-pasan, sementara Batman v Superman membuat saya terkejut seperti perasaan tekejutnya seorang bapak2 PNS gaji-7,5-termasuk-tunjangan yang mendapat hadiah sebuah motor Harley Davidson dari MLM. "Lho, kok bisa ya saya dapat motor Harley? Padahal kan cuma MLM?", ucap bapak2 PNS gaji-7,5-termasuk-tunjangan itu bisa dikatakan mirip seperti apa yang saya ucapkan ketika film ini menyentuh credit title, "Loh, kok bisa ya saya menyukai Batman v Superman? Padahal kan dibenci banyak kritikus?". Ya, di awal tulisan ini saya menegaskan kalau saya sangat menyukai BvS, dan saya sempat berpikir kalau film ini (mungkin) mengungguli Batman versi Nolan malah, untung setelah saya berpikir secara rasional di Indomaret Kelapa Gading, saya diberi pencerahan bahwa Nolan itu memang (mungkin) tidak tertandingi. Berikut adalah alasan kenapa saya benar-benar menikmati BvS.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
1. Dunia yang Snyder hadirkan lebih ke arah comic-reality. Bagi saya, ini adalah keputusan yang tepat. Di trilogi Batman sebelumnya, Nolan sudah membuat Gotham beserta kejadian-kejadian di kota itu terasa sangat mendekati-kenyataan, maka Snyder membuat Gotham dan Metropolis beserta kejadian di dalamnya lebih ke arah yekaliadakejadiankayakgitudikehidupannyata agar memberi nuansa berbeda dan fresh. Lewat visual yang begitu bombastis penuh ledakan di mana-mana, Snyder seakan2 membuat statement kalau sudah saatnya bagi para penonton untuk move on dari TDK trilogy dan pelan2 berkenalan dengan Justice League Extended Universe.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
2. Gelap, depressing, dan SAD. Poin plus bagi DC yang sejak dari Man of Steel kemarin sudah mulai menunjukan gejala-gejala film superhero minim humor tapi cerita gelap-tragis okepunya. Jika banyak kritikus mengkritik BvS karena terlalu suram, pertanyaan yang ingin saya tanyakan adalah: kenapa film superhero tidak boleh terlalu suram dan harus diselingi dengan jokes-jokes yang menyenangkan? Apakah film superhero yang sepenuhnya gelap adalah suatu hal yang buruk? Keputusan Snyder untuk sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi penontonnya untuk keluar dari gelapnya cerita BvS bisa saya anggap sebagai sebuah kelebihan ketimbang kekurangan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sedikit intermezzo</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/h3CWym0eSr8/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/h3CWym0eSr8?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Roboto, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; text-align: start;" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sayang aku masih kecil</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Tapi kejantananmu</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Membuat diriku</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Ingin cepat dewasa.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Roboto, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; text-align: start;" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Aku ingin giat belajar</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Nanti setelah aku...</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Lulus sekolah...</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Roboto, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; text-align: start;" /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Kuingin jadi</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Batman...</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Batman...</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Batman...</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Batman...</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "roboto" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Batman...</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
THE FUCKING BATMAN</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
3. Yep, BEN AFFLECK TOTALLY NAILED IT. I love Nolan's TDK, Christian Bale mantep banget jadi Bruce Wayne/Batman, tapi imo Ben Affleck lebih mantep aktingnya dibandingin Bale. Gila, itu sadness dan despair-nya si Bruce Wayne terasa sekali sepanjang film, kayak ga ada happy2nya tuh manusia. Tuh anak yang nyanyi lagu di atas mungkin bakal pengen giat belajar then lulus sekolah then jadi Batman KALAU dia nonton Batman versi Joel Schumacher, tapi kalau dia nonton BvS, buset deh amit2 kalau dia beneran pengen jadi Batman. Bayangin Bruce Wayne 20 tahun fighting crime terus partner mati sebiji terus pelan2 dia kehilangan faith in humanity-nya dan jadi Batman yang kelam kayak sekarang, yang almost ga punya moral code killing kek dulu, manusawi banget sih imo. Sorot mata Ben Affleck pas dia ngomong ke Alfred kalau Superman adalah ancaman adalah sebuah kemantaban.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
4. Fight scene menjelang klimaks, tidak perlu dibahas ya, silahkan ditonton sendiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
5. Setiap adegan yang diiringi dengan musik ini adalah sebuah kemantaban (2):</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/S176AKQhcCk/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/S176AKQhcCk?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
6. Kemunculan cameo-cameo asik yang akan menjadi kunci menuju Justice League. Nikmat Tuhan Pop Culture mana yang bisa kamu dustakan? (dan saya belum ngomongin adegan ngimpinya).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
7. Gal Gadot as Wonder Woman! Walaupun screen time blio tidak sampai 20 menit, namun blio sejatinya adalah scene-stealer sejati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJN5CIlqJSunUjp_JqpqtAj9h0FaHP9wki-krte2lMiyzdJPh-W8AvkPiVQgiINt7e2k2kT8t1CEJQhcElg5b1fOHzS5cooC33TU_mWuZRU8BCIQYsyRPxKPxcxxhh4g1ONF_54HxXWul1/s1600/ragecomic.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="472" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJN5CIlqJSunUjp_JqpqtAj9h0FaHP9wki-krte2lMiyzdJPh-W8AvkPiVQgiINt7e2k2kT8t1CEJQhcElg5b1fOHzS5cooC33TU_mWuZRU8BCIQYsyRPxKPxcxxhh4g1ONF_54HxXWul1/s640/ragecomic.png" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya percaya subjektivitas dan saya sangat mengimani "beauty is in the eye of the beholder.", hanya saja jika anda lebih memilih yang kiri ketimbang yang kanan, entahlah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Permasalahan saya terhadap BvS adalah: Film ini terlalu segmented. Ketika Nolan bisa menyenangkan hampir semua critics maupun pembaca komik dengan mengobrak-abrik source material aslinya, Snyder lebih ke arah menjadi comic-purist yang condong menyenangkan para pembaca komik setia DC dan membuat mereka yang tidak membaca komik menganggap beberapa adegan yang seharusnya tidak ada adalah plothole. Saya menikmati BvS MUNGKIN karena saya tahu sedikit tentang universe DC (sedikit loh ya, komik DC yang saya baca hanya Batman The New 52 dan Killing Joke, TDKReturns sama Year One nonton versi animasinya), tapi bagi mereka yang tidak tahu siapa itu Dick Grayson/Jason Todd, atau bahkan bagi mereka yang tidak mengetahui origin Batman sebelumnya itu kayak gimana, atau yang lebih parah, belum nonton Man of Steel, mungkin akan menganggap BvS sebagai sesuatu yang incoherent, ceritanya terlalu maksa, terlalu comic-purist, terlalu kelam, penuh plot hole without logic, banyak bacot, durasi kelamaan, etc etc. But shit, I really enjoyed the hell of it even though majority thinks the otherwise.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh iya, ada info penting, Neil DeGrasse Tyson nongol di film ini. 9/10.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-18777125402229179212015-05-21T19:29:00.001+07:002015-05-21T20:58:26.355+07:00Benny's Video (1992) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDzXFrzGnoC6MIQJPs6Xcu8CBQo_mjVjTNbnzM-jF6OVRUg3doAoZSthTxrwvRutDAXrwp9l0bbkTmvz0b4BKRPT-5S9PUVksD6LxeUKL4nOqjommeD3GIKi7L1fjDmDAoFHZpH9oHV7UQ/s1600/Benny%2527s-Video.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDzXFrzGnoC6MIQJPs6Xcu8CBQo_mjVjTNbnzM-jF6OVRUg3doAoZSthTxrwvRutDAXrwp9l0bbkTmvz0b4BKRPT-5S9PUVksD6LxeUKL4nOqjommeD3GIKi7L1fjDmDAoFHZpH9oHV7UQ/s640/Benny%2527s-Video.jpg" width="466" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memiliki teman bernama kak Benny. Kak Benny berasal dari Medan dan merantau ke Banjarbaru karena ingin kuliah di tempat terpencil. Dalam tulisan ini saya akan bercerita sedikit tentang kak Benny.<br />
<br />
<a name='more'></a><span style="background-color: white;"><span style="color: white;">Gw ini adalah orang yang annoying kalau lagi nonton film. Gw teriak2 kenceng banget sambil meluk guling pas nonton Misery, terus gw nyumpah2 sambil teriak; "MAAAASSSSS, JANGAN MAAAASSSSSS" pas nonton the Seventh Continent, dan pas nonton Interstellar kemarin, gw sampe sujud di lantai bioskop pas filmnya kelar saking senengnya. Makanya gw demen nonton sendirian di kamar karena gw bisa ngelampiasin perasaan gw, seabsurd apapun tanpa takut kepala gw ditabok orang lain. Film2 Michael Haneke adalah film yang biasanya bakal bikin lu terguncang (ato nyumpah in case kayak gw) lewat adegan violence-nya yang begitu classy. Funny Games dan The Seventh Continent adalah 2 film bangsat yang mampu bikin gw bergidik ngeri pas filmnya nyentuh credit title, padahal filmnya kagak sadis macam film2nya Eli Roth. Akankah Benny's Video ngasih feel kampret yang mirip-mirip dengan film haneke yang lainnya?</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpy9CPWcvoXZhjCTNxiH_Seg3OOM4XgJdg_9dpw2vhXR3pn_eZL8zGPcy9gimlT5WV0XORsrwSeOyMB0IHYa9ib4PrmNl2sB0bc7Vmowdo4Lbs0dyaUcKm4Ttk-qrAP0rQpuTpaKdwMYQp/s1600/benny+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpy9CPWcvoXZhjCTNxiH_Seg3OOM4XgJdg_9dpw2vhXR3pn_eZL8zGPcy9gimlT5WV0XORsrwSeOyMB0IHYa9ib4PrmNl2sB0bc7Vmowdo4Lbs0dyaUcKm4Ttk-qrAP0rQpuTpaKdwMYQp/s1600/benny+1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Benny saat masih di Medan</td></tr>
</tbody></table>
Kak Benny lahir dalam keluarga kelas menengah-menengah. Ayahnya adalah seorang pekerja sederhana dan ibunya adalah IRT. Ia bersama adiknya menghabiskan masa kecil sampai masa remajanya di Medan. Hubungan kak Benny dengan ibunya seperti hubungan ibu-anak kebanyakan, tapi tidak seperti dengan ayahnya. Hubungan kak Benny dengan ayahnya terbilang hampa. Ia mengaku kalau ia dan ayahnya menghabiskan hari-harinya dengan kekosongan semata. Jarak antara kak Benny dan ayahnya begitu dekat, tapi ada lubang besar yang memisahkan mereka. Di saat itulah kak Benny memutuskan untuk pergi merantau ke kota asing, pergi jauh dari siapapun yang pernah mengenalnya.<br />
<br />
<span style="background-color: white;"><span style="color: white;">Benny (Arno Frisch) adalah anak orang kaya yang demen dengan kekerasan. Ketertarikan Benny sama kekerasan tuh mirip sama ketertarikan gw sama bokep lokal. Suatu ketika si Benny ini ngajak perempuan ke apartemen dia terus si Benny ngasih liat video babi dibunuh sama tuh perempuan. Well, selanjutnya mending lu tonton sendiri dah, karena filmnya ga bakal menarik kalau ceritanya gw jelasin lebih detail lagi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHCkvDFdaYvuKBS3iESsSBJhSCpTlo4-EblBPMqXOmVtD-CJEjq9usShQdj4eYRjWmfKX5FM6LcsBzGZvFGux605RSHYG378FoVHIORWf5jj_4-UbyYjsgvkZCj2nFR37F1-QnKUmFifVp/s1600/24666_110294692318417_3721854_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHCkvDFdaYvuKBS3iESsSBJhSCpTlo4-EblBPMqXOmVtD-CJEjq9usShQdj4eYRjWmfKX5FM6LcsBzGZvFGux605RSHYG378FoVHIORWf5jj_4-UbyYjsgvkZCj2nFR37F1-QnKUmFifVp/s1600/24666_110294692318417_3721854_n.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Benny sedang bermain gitar.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Saya bertemu kak Benny tahun 2011 saat salah satu anggota gereja saya mengajak kak Benny untuk membantu ibadah tiap minggu. Demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya kuliah, kak Benny mengantar para siswa salah satu sekolah swasta di Banjarbaru dan membersihkan AC di kampusnya. Setiap hari sabtu kak Benny pergi ke Banjarmasin untuk mempersiapkan ibadah minggu dan pulang pada siang harinya. Pada awalnya saya memandang rendah kak Benny karena gaya bicara serta tingkah lakunya yang kadang membuat saya kasihan (karena kalah judi bola, kak Benny pernah terpaksa mengakali sebungkus Indomie untuk 8 kali makan demi membayar hutang judi), tapi semakin saya mengenal kak Benny, saya semakin menghargai dan menghormati kak Benny. Pola pikirnya mungkin primitif bagi sebagian orang, tapi selalu saja ada sisi baik dari segala sesuatu.<br />
<br />
<span style="color: white;">Funny Games itu keji banget, apalagi akting si Arno Frisch, beuh. Kalo mau dijelasin dengan gampang, akting antagonis itu ada 2, yang saking hebatnya tuh akting bikin kita demen sama karakternya, sama yang saking hebatnya sampe bikin kita mau masukin tai tikus ke mulut tuh karakter saking bencinya, dan akting Arno Frisch di Funny Games masuk di kategori kedua. Di Benny's Video, akting Arno udah berasa kayak akting Alex Delarge versi junior. Gw demen sama dia but tetep merinding jijik di saat yang bersamaan. Ngebikin penonton simpati sekaligus antipati sama seorang karakter dalam karya fiksi itu udah suatu prestasi, dan Haneke berhasil bikin perasaan gw campur aduk sekaligus ngebikin gw bingung, yang salah itu sebenarnya siapa, yang sakit sebenarnya siapa, dan yang gila sebenarnya siapa?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8xbZaDKA-MJqma__JHIkD0Ay4xWThgaNrUEaLJMUXQA2Gh7ZOCAan5PnlQoSS5t0Ip7lTAh9oaUW-h1nFoziVVtJRu9h3CbR-6RCdx04L4BG7aQbcUpuVx444w24B7cTKM8ajbiqh97vm/s1600/29952_127046513976568_753866_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8xbZaDKA-MJqma__JHIkD0Ay4xWThgaNrUEaLJMUXQA2Gh7ZOCAan5PnlQoSS5t0Ip7lTAh9oaUW-h1nFoziVVtJRu9h3CbR-6RCdx04L4BG7aQbcUpuVx444w24B7cTKM8ajbiqh97vm/s1600/29952_127046513976568_753866_n.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Benny yang menatap kamera</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Setiap malam minggu saya dan kak Benny selalu berbincang-bincang sambil mempersiapkan keperluan ibadah gereja esok harinya. Suatu hari saya memberitahu kak Benny kalau saya memiliki mimpi untuk menjadi orang yang berkecimpung di dunia film. Begitu saya tanya kak Benny ingin menjadi apa, kak Benny membalas kalau ia iri dengan saya yang memiliki mimpi yang sudah di <i>plan out</i>, sementara ia masih bingung dengan mimpinya sendiri. Sebaliknya, saya malah iri dengan kak Benny. Saya yang memiliki mimpi malah terfokus dengan mimpi saya sendiri sehingga saya tidak bisa kemana-mana lagi. Sementara kak Benny yang tidak memiliki mimpi malah fleksibel karena kak Benny bisa menjadi apapun yang ia mau. Masa depannya begitu luas dan tak terbatas. Beberapa minggu setelah kami membicarakan tentang mimpi, kak Benny memberitahu saya kalau suatu saat nanti ia ingin membeli sebuah rumah di Bekasi.<br />
<br />
<span style="color: white;">Gerakan kamera yang kebanyakan statis di film ini ngeberi kesan yang dingin ke penontonnya. Approach yang Haneke lakuin di Benny's Video sama kayak Funny Games dan The Seventh Continent. Bedanya kalau Funny dan Seventh makin lama filmnya makin gila, Benny's Video awal-awalnya doang yang gila, tensi ceritanya malah kian menurun karena ga ada lagi adegan kampret yang bikin mata gw mau copot. Progress cerita Benny's Video menurun karena Haneke ga ngasih lagi adegan kampret dan ngisi tiap adegan dengan dialog para karakternya yang memicu pertanyaan moral untuk para penonton. Padahal The Seventh Continent bisa mempertanyakan realita dunia kapitalis yang pointless sambil tetep mengikat penontonnnya dengan adegan yang bakal bikin penonton teriak2 (uhmm adegan vinyl uhmmm), Funny Games bisa tetep mempertanyakan <i>"violence as an enterainment"</i> sepanjang durasinya sambil secara konsisten menjaga ketegangan cerita dengan ngasih adegan2 yang sadis nan rupawan (bahkan mindfuck dan diluar nalar, REMOTE TV KAMPRET), tapi Benny's Video? Meskipun gw pengen banget naming Benny's Video as one of my favorite film of all time, tapi tetep aja ga bisa. Ekspektasi gw ketinggian kali yak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqCHOwpdDETQelK4w4Jk4xvJE49QYdyhMAPQk9rmpOIF364WbLvL_JiCiK7isE_ikDRuH3k4quMPOBkrX-apcNPh8tmHHe5MrWBU3aytdFBt2OuD70fxHjdve0KfP0J9JkozuHx9JRQXbT/s1600/25697_109252365755983_6805032_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqCHOwpdDETQelK4w4Jk4xvJE49QYdyhMAPQk9rmpOIF364WbLvL_JiCiK7isE_ikDRuH3k4quMPOBkrX-apcNPh8tmHHe5MrWBU3aytdFBt2OuD70fxHjdve0KfP0J9JkozuHx9JRQXbT/s640/25697_109252365755983_6805032_n.jpg" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak benny dan temannya.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Tahun ini kak Benny akan lulus dan pergi ke Papua untuk mencari pengalaman baru lagi, dan saya pun sepertinya akan pergi dari Banjarmasin untuk melanjutkan pendidikan ke luar kota. Kesempatan kami untuk bertemu kembali mungkin sangat kecil. Setelah ini saya dan kak Benny hanya akan saling berhubungan lewat situs jaringan sosial, lama-kelamaan malah mungkin akan saling melupakan karena waktu yang terus berjalan dan lingkungan yang selalu berubah. Orang-orang datang dan pergi di kehidupan kita karena sepertinya hidup ini memang seperti itu, tidak ada yang abadi. Yang bisa kita lakukan pada akhirnya hanyalah merangkul setiap orang yang telah mampir di kehidupan kita, menikmati tiap momen yang dialami bersama, kemudian mengenang kalau orang itu pernah ada di hidup kita, dan kita pernah ada di hidup orang itu. Selamat jalan kak Benny, semoga kak Benny menemukan kebahagian, di mana pun kak Benny berada.<br />
<br />
<span style="color: white;">Jadi kesimpulannya Benny's Video jelek? Ga juga, bagus kok. Sebagai sebuah film dengan tema yang deket dengan realitas, Benny's Video is pretty damn good. Kita bisa relate film ini dengan kasus anak musisi yang nabrak orang, kita bisa relate film ini dengan kasus anak polisi yang ditangkep karena ga punya SIM, kita bisa relate film ini dengan kasus siapapun yang tidak mengindahkan keadilan hanya karena alasan kedekatan personal semata. Konklusi film ini mungkin terlalu sederhana, ga masuk akal malah. But gw rasa, seandainya aja apa yang terjadi di konklusi film ini terjadi sama seluruh orang di dunia, mungkin dunia akan jadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Apa yang Michael Haneke coba katakan di film ini begitu mengena, tapi ga lebih dari itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas menulis untuk remedial Bahasa Indonesia Ibu Guru Beth berhadiah majalah Bobo</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama: Tarnoto Sumantini</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelas: XIII B</div>
<div style="text-align: justify;">
Umur: 18 Tahun</div>
<div style="text-align: justify;">
Alamat: Jl. Susu tumpah No.14, Rt.16, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
No HP: HP saya hilang di angkot, belum beli baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PS: Ibu Beth, ini ada beberapa kolesi foto kak Benny, siapa tau Ibu Beth naksir. Silahkan dinikmati:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPPyYZ-of_W0Tt2vk20NA-hiOQCPgiDMwJLnz-g444bLGwxHG5rNZM1wtFgZLgkPlAiwD0qCi75z-UFk1piUIWu45fdJ5aTh3SVEBmiSj8tLiC6DhNJsLBYlxvKgV0ReNXR_fIqAysDJh_/s1600/563085_607102079304340_873365621_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPPyYZ-of_W0Tt2vk20NA-hiOQCPgiDMwJLnz-g444bLGwxHG5rNZM1wtFgZLgkPlAiwD0qCi75z-UFk1piUIWu45fdJ5aTh3SVEBmiSj8tLiC6DhNJsLBYlxvKgV0ReNXR_fIqAysDJh_/s640/563085_607102079304340_873365621_n.jpg" width="480" /></a></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHtHzwt6fBU1k1xSDMIkNYmgA3ZVqrp0AGw4HHZLdBMEBlnQ6pxAhIOlN1l6hwc-vEODtT3z0vQSeaQYe-H1iiSoztg56hyphenhyphenJK2_LJootEAICpMwAGgeMRe5WWzAsein9miELycw0Miuzw/s1600/saya+dan+benny.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHtHzwt6fBU1k1xSDMIkNYmgA3ZVqrp0AGw4HHZLdBMEBlnQ6pxAhIOlN1l6hwc-vEODtT3z0vQSeaQYe-H1iiSoztg56hyphenhyphenJK2_LJootEAICpMwAGgeMRe5WWzAsein9miELycw0Miuzw/s640/saya+dan+benny.jpeg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya dan kak Benny</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrlIvpW3qYhpO79q7fvr3VCvWQwxszcoN-zVsQnnetZTzq8Wg-JX8sTf6bsqNHByS3oFhRdhKZdnYXoQmfH1fqrp-JOl6gRiVbm3me56UwBRUTCaFrnEYQy7MRJg8k3yWuXCVyhboenW97/s1600/1454896_749250635089483_1658187138_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrlIvpW3qYhpO79q7fvr3VCvWQwxszcoN-zVsQnnetZTzq8Wg-JX8sTf6bsqNHByS3oFhRdhKZdnYXoQmfH1fqrp-JOl6gRiVbm3me56UwBRUTCaFrnEYQy7MRJg8k3yWuXCVyhboenW97/s640/1454896_749250635089483_1658187138_n.jpg" width="480" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqbjPGpN1wb6k7YLcv-XVlgsf2HpT3O3jtyCG57SIERONoKQobn_-86KYNjak6RR5IwFjq40nUeA4nXK2ABjmKjf1i5BTMZg31w6-qtRC44Ay-srt93SiKwzfpypFc2a5bOyD_3zqmHU7C/s1600/10659156_943024085712136_1125423408159995739_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqbjPGpN1wb6k7YLcv-XVlgsf2HpT3O3jtyCG57SIERONoKQobn_-86KYNjak6RR5IwFjq40nUeA4nXK2ABjmKjf1i5BTMZg31w6-qtRC44Ay-srt93SiKwzfpypFc2a5bOyD_3zqmHU7C/s640/10659156_943024085712136_1125423408159995739_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvJefFwKfhDJ6Czi7y_oEJxU8N8BybTyheOsNG1tEN0qw4NVztTyAocaJva6fs7wa1QMe-ru9IzaQB4kSAE5fbMeAxFHLT9EjbDBd9zB1JPRe7BmtGTIMydMHmKZGOzBOuS_639UP-4gw/s1600/10411237_943022142378997_6625800189076795706_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvJefFwKfhDJ6Czi7y_oEJxU8N8BybTyheOsNG1tEN0qw4NVztTyAocaJva6fs7wa1QMe-ru9IzaQB4kSAE5fbMeAxFHLT9EjbDBd9zB1JPRe7BmtGTIMydMHmKZGOzBOuS_639UP-4gw/s640/10411237_943022142378997_6625800189076795706_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbAnfJ8YeE6SYeqqlVPCy__QPOl2bPEDJ2tYcF5-4KYphuk1gutSUqATpKPtigDKvGSfjEd9QJgjzyOzwo8r7GYECx1YSJQ0xggqFmARHz1thxFIZxGetdgi6c-_dC_qktrzdoxuwPhMIR/s1600/10644628_943022765712268_233940584361099258_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbAnfJ8YeE6SYeqqlVPCy__QPOl2bPEDJ2tYcF5-4KYphuk1gutSUqATpKPtigDKvGSfjEd9QJgjzyOzwo8r7GYECx1YSJQ0xggqFmARHz1thxFIZxGetdgi6c-_dC_qktrzdoxuwPhMIR/s640/10644628_943022765712268_233940584361099258_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWsxOXtAFYBZ8B34o3WGBdR6LVuXE5-9eYMEIuppg8YfqvV6DoM7dPAFB0MPviv_2oZgswocVwBbs1xKa8Cuv31TWP5yFCAHx6mJiohpv3f1mHNV-yX8a7kM54h5pjeNMEzwl5CXz7fu16/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWsxOXtAFYBZ8B34o3WGBdR6LVuXE5-9eYMEIuppg8YfqvV6DoM7dPAFB0MPviv_2oZgswocVwBbs1xKa8Cuv31TWP5yFCAHx6mJiohpv3f1mHNV-yX8a7kM54h5pjeNMEzwl5CXz7fu16/s640/roflbot.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wait, what? Review-nya ga ada? Coba blok tiap space kosong yang ada di atas, ntar tulisannya nongol hhe. Selamat membaca :D</div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-14639935799410527282015-04-28T08:03:00.001+07:002015-05-02T10:27:25.866+07:00Melancholy is a Movement (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibH7HHdxDmvAeGsT1cGDZUUMKHb-V6j5tYAstVW-ZZR-Hc0sml7rusHHOM11kM3Q478mIWmej9CbqetJjQCVTSajz54hVI6eBw1oRV8QArd6nAOVwKAuF4rHqZHSK1KxZ_mBKoOCU-fIfE/s1600/maxresdefault.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibH7HHdxDmvAeGsT1cGDZUUMKHb-V6j5tYAstVW-ZZR-Hc0sml7rusHHOM11kM3Q478mIWmej9CbqetJjQCVTSajz54hVI6eBw1oRV8QArd6nAOVwKAuF4rHqZHSK1KxZ_mBKoOCU-fIfE/s1600/maxresdefault.jpg" height="640" width="428" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"FILM GAJE FILM GAJE FILM GAJE!!!!!!" Teriak seorang perempuan yang <i>walked out</i> bersama teman-temannya dari pemutaran <i>Melancholy is a Movement</i>. Perempuan itu tidak sepenuhnya salah karena memang benar, <i>Melancholy is a Movement</i> mungkin adalah film yang tidak jelas bagi sebagian orang. Walaupun film ini sekilas terlihat seperti film yang termasuk golongan s<i>tyle over substance, </i>tapi perasaan yang saya rasakan saat menonton film terasa familiar karena apa yang hendak disampaikan oleh Richard Oh sangatlah sederhana: ini kisah tentang filmmaker yang berusaha untuk bertahan hidup.</div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Joko Anwar (Joko Anwar) sedang berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Ia kehilangan sesuatu yang amat berarti bagi dirinya dan datangnya berbagai tagihan yang harus segera ia bayar. Joko pun ditawari untuk menyutradarai sebuah film reliji, jenis film yang berlawanan dengan karya yang telah ia ciptakan selama ini. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivcqSo45TSSsvqi1EJsVGeZ2e8bVnVc5S1fK6Jq5i8p-dz_FjFo21QQr6MubH8QRnSqU71yUjkS6ogaX8d_isAcdG8QPKuYOd1QEPu-wunBCUrXXDMd3OnqZ7TxwCZvvnC2QperOlOvyOC/s1600/22melan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivcqSo45TSSsvqi1EJsVGeZ2e8bVnVc5S1fK6Jq5i8p-dz_FjFo21QQr6MubH8QRnSqU71yUjkS6ogaX8d_isAcdG8QPKuYOd1QEPu-wunBCUrXXDMd3OnqZ7TxwCZvvnC2QperOlOvyOC/s1600/22melan.jpg" height="388" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hampa adalah kata yang menghantui benak para penontonnya saat <i>Melancholy is a Movement </i>berjalan. Hampir keseluruhan isi film ini dipenuhi oleh long take statis yang merekam aktifitas Joko yang sedang menatap kosong, atau potongan-potongan adegan yang nyaris tidak ada hubungannya dengan adegan sebelumnya, atau juga beberapa aksi reaksi para karakternya yang terlihat tidak riil. Akibatnya, <i>Melancholy is a Movement</i> terlihat sebagai karya yang pretensius bagi sebagian orang. Pengalaman unik didapatkan, tapi rasa jenuh atau kebingungan juga melebur jadi satu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>Idealisme vs realisme</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Permasalahan yang paling sering dialami tiap manusia di dunia ini adalah ketika apa yang diharapkan tidak sesuai dengan realita yang ada. Kekosongan sosok Joko Anwar di film ini rasanya seperti mewakili kekosongan para pembuat film yang penuh dengan ide-ide brilian tapi kecewa ketika realita menampar mereka dengan keras. Tema idealisme <i>vs</i> realisme pun bergulir sepanjang durasi 75 menitnya. Pertanyaan seperti apakah seorang seniman mesti mempertahankan idealnya meskipun akan merugikan diri sendiri? Apakah seorang seniman bisa juga menyerah pada idealnya agar dapat bertahan hidup? Tidak hanya rasa bingung dan bimbang yang saya dapatkan, rasa takut pun juga memenuhi diri saya ketika pertanyaan-pertanyaan seperti itu mulai menghantui pikiran.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b style="font-style: italic;">"Boredom is the root of all evil - the despairing refusal to be oneself." </b>- Soren Kierkegaard</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di film ini dikisahkan Joko Anwar membuat sebuah film yang bercerita tentang seorang pria yang tidak percaya apapun, seorang pria yang sinis, atau malah seorang <i>defeatist</i>. Suatu hari ia menemukan dirinya ada di surga tanpa ada alasan yang jelas. Melihat surga yang damai tapi membosankan membuat ia ingin merombak surga dengan memperkenalkan <i>chaos </i>ke para penghuni surga. Sayangnya, usaha ia untuk memperkenalkan c<i>haos</i> pun ambyar sehingga ia pun berakhir menjadi sama seperti penghuni surga yang lain, seorang <i>conservative conformist-seeker</i>.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pria itu juga pada akhirnya adalah refleksi dari para manusia yang memiliki sebuah ideal untuk merubah sebuah sistem yang bertentangan dengan ideal awal mereka, namun akhirnya menjadi bagian dari sistem itu. Berapa banyak pemimpin yang memberikan janji-janji manis namun akhirnya menjadi sama dengan pemimpin sebelumnya? Berapa banyak grup musik yang berjanji di awal untuk berkarya demi ekspresi semata namun terpaksa menjadi band <i>crowd-pleaser </i>demi mencukupi kebutuhan sehari-hari? Berapa banyak pembuat film yang saat masuk sekolah film ingin membuat film <i>with something to say,</i> namun akhirnya membuat film-film bioskop tak bermutu, o<i>r even worse,</i> bekerja di sinetron s<i>tripping </i>demi menghidupi keluarga? Saat mimpi-mimpi serta harapan hancur oleh realita dan membuat orang-orang mesti menjilat ludah mereka sendiri demi bertahan hidup, apa yang mesti dilakukan? Paradoks, mungkin manusia bisa saja hidup dalam sebuah paradoks tanpa mempedulikan penilaian-penilaian orang..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiULbdAgcKj9v9ZBf0mQFHiyY7KMMpQ2KGrVVVfA087eXVJu8d93zgU97MSMz8i2coE2tAryV2m50jpGyLAQrFJsQbwW5CsnjaOWssL1-Jt5djocCX5hw18Zn33UiXmPIFow8InhUm9-qW/s1600/22sharp.img_assist_custom-512x254.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiULbdAgcKj9v9ZBf0mQFHiyY7KMMpQ2KGrVVVfA087eXVJu8d93zgU97MSMz8i2coE2tAryV2m50jpGyLAQrFJsQbwW5CsnjaOWssL1-Jt5djocCX5hw18Zn33UiXmPIFow8InhUm9-qW/s1600/22sharp.img_assist_custom-512x254.jpg" height="316" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai menonton film ini saya keluar dari bioskop bersama <a href="https://twitter.com/lelakijalankaki" target="_blank">teman saya</a> sambil berpikir apakah prinsip sebegitu pentingnya sehingga kita mesti menyakiti diri sendiri demi mempertahankan sebuah prinsip? Mungkin tidak perlu. Mungkin, mungkin saja kita tidak perlu berada di A di sepanjang hidup kita, atau terus berada di B di sepanjang hidup kita. Kita suatu saat nanti akan menghadapi suatu keadaan yang memaksa kita untuk meng-<i>contradict </i>diri kita sendiri, dan kita harus mampu untuk menjilat ludah sendiri hanya demi bertahan hidup. Selama paradoks yang kita ciptakan tidak menyakiti dan merugikan orang lain, selama paradoks itu bermanfaat bagi diri kita sendiri atau bagi orang lain, label "tidak konsisten" dan "tidak memiliki prinsip" yang diberi orang lain pada akhirnya hanya akan menjadi luka kecil yang nantinya akan sembuh juga. <i>Anything that doesn't kill you will only makes you stronger.</i></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-30420575113276095482015-04-17T19:10:00.000+07:002015-04-20T11:29:41.206+07:00Filosofi Kopi (2015) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM7pKlb0vjKvMqyxk-__fM7XSVpxn07nflqjeb_eSIpSiIkHznt74qhTq6C0-rUqBZtLaYbXUhPny8Y7DIAmFx0beDPy1c_z23lVd0zzjLYa4IBX1lt5H5smHF9bqQ_1PlqsiC3F-gho/s1600/poster-terbaru-filosofi-kopi-isyaratkan-konflik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM7pKlb0vjKvMqyxk-__fM7XSVpxn07nflqjeb_eSIpSiIkHznt74qhTq6C0-rUqBZtLaYbXUhPny8Y7DIAmFx0beDPy1c_z23lVd0zzjLYa4IBX1lt5H5smHF9bqQ_1PlqsiC3F-gho/s1600/poster-terbaru-filosofi-kopi-isyaratkan-konflik.jpg" height="640" width="470" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kopi. Satu kata yang tentu sangat
akrab di telinga banyak orang, khususnya orang Indonesia yang memang suka
banget ngopi. Mulai dari kalangan tua sampai muda, berstatus sosial apapun, mau
yang ngopinya di warkop dan kopinya dituangin dikit-dikit ke piring kecil,
sampai ngopi di <i>coffee shop</i> semacam Starbucks
dan konco-konconya, atau bahkan sampai ke para siswa/mahasiswa yang malem-malem
suka nyeduh kopi hitam untuk menemani di kala nyelesain tugas-tugas
sekolah/kuliah, semua orang dibuat jatuh cinta oleh kopi. Termasuk gue pribadi.
<i>Everything that includes coffee in it
always excites me</i>. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Segelintir di antaranya adalah ketika Dewi Lestari
membuat kumpulan cerita pendek berjudul Filosofi Kopi di pertengahan tahun
2000-an, bahkan sampai salah satu cerita pendeknya diadopsi ke dalam bentuk
film dengan judul buku yang sama, yaitu Filosofi Kopi. Sebagai orang
yang ngaku suka kopi, akhirnya gue cepat-cepat pergi ke bioskop untuk nonton
film ini setelah Ujian Nasional usai beberapa hari lalu.</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di film yang disutradarai Angga
Dwimas Sasongko ini, kita diajak untuk berkenalan dengan dua orang sahabat yang
sudah bersama-sama sejak kecil, yaitu Ben (Chicco Jerikho), seorang pecinta
kopi yang <i>free-spirited</i> dan ambisius,
dan Jody (Rio Dewanto), yang sering dicap sebagai orang yang sangat perhitungan
oleh Ben. Dua sahabat ini membuat sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi,
sesaat setelah ayah dari Jody berpulang. Ben yang sudah akrab mengolah biji
kopi sejak kecil pun didapuk menjadi <i>barista</i>, sementara Jody yang mengurus keuangan
kedai kopi tersebut. Konflik pun bermulai ketika Jody baru tahu bahwa almarhum
ayahnya meninggalkan utang yang nominalnya nyaris menyentuh angka 1 milyar
rupiah, dan merupakan tanggung jawab Jody untuk melunasi utang tersebut. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semakin
hari, Ben dan Jody semakin panik karena angka pendapatan dari kedai milik
mereka mulai merosot dan mereka mulai didatangi oleh <i>debt collector</i> (Joko Anwar). Kepanikan mereka berlanjut sampai
akhirnya seorang pengusaha kaya raya (Ronny P. Tjandra) dan asistennya (Tara
Basro) menawarkan sebuah tantangan pada Ben dan Jody untuk membuat kopi <i>house blend</i> terbaik di Jakarta, bahkan
di Indonesia, yang jika mereka berhasil membuat kopi terbaik tersebut, mereka
akan diberi hadiah uang yang nominalnya bisa menutupi utang yang dimiliki ayah
Jody. Ben dan Jody pun menerima tawaran menarik tersebut, dan mereka diberi tenggat
waktu untuk membuat racikan kopi terbaik tersebut.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8XpZQvH-n8P88HYW1ev6cr-dJl6hzaO22VhJxPKIgXt26wgi8hyYzOaB-02vB5mWddpczpXMC9MIyjrllEwdioBjcSufl-2otG_v6RYSafeIKfdzvUHDbXkMsCFSCz6HoEZMkYgEDHfo/s1600/filkop1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8XpZQvH-n8P88HYW1ev6cr-dJl6hzaO22VhJxPKIgXt26wgi8hyYzOaB-02vB5mWddpczpXMC9MIyjrllEwdioBjcSufl-2otG_v6RYSafeIKfdzvUHDbXkMsCFSCz6HoEZMkYgEDHfo/s1600/filkop1.png" height="267" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ben pun berusaha sendiri untuk
membuat racikan kopi terbaik tersebut, sampai akhirnya ia menemukan racikan
kopi paling apik yang pernah ia buat. Orang-orang di Filosofi Kopi pun sontak
menamakan kopi itu sebagai Ben’s Perfecto. Ben dan Jody pun menjadi sangat
percaya diri akan kopi Ben’s Perfecto tersebut sampai akhirnya datang seorang <i>Q-grader</i> bertaraf internasional yaitu El
(Julie Estelle). El berkata pada Ben dan Jody bahwa ia pernah mencicipi kopi
yang bercita rasa lebih baik dibandingkan Ben’s Perfecto. Kopi itu bernama Kopi
Tiwus dan hanya bisa didapatkan di daerah Ijen, Jawa Timur. Ben, Jody, dan El
pun bergegas pergi ke Ijen untuk mencicipi Kopi Tiwus yang diracik oleh Pak
Seno (Slamet Rahardjo) dan Bu Seno (Jajang C. Noer). Lewat Kopi Tiwus, mereka
diajak untuk menilik kembali pahitnya masa lalu dan mengenal lebih dalam atas
apa yang dinamakan dedikasi yang berlandaskan cinta.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQihbdaQOqVmvwE31WF1TRzco6JHEgzVnv18jK4Om64WFGAOhIfBrmDFnpBv9tioEwOok81fMEKnDmSSk9_DRnQRoHB_r4J3sq-q86KuFzSthstk2B_XsBFf8UCDT0SzKB2ynw-9soh6M/s1600/filkop2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQihbdaQOqVmvwE31WF1TRzco6JHEgzVnv18jK4Om64WFGAOhIfBrmDFnpBv9tioEwOok81fMEKnDmSSk9_DRnQRoHB_r4J3sq-q86KuFzSthstk2B_XsBFf8UCDT0SzKB2ynw-9soh6M/s1600/filkop2.png" height="266" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i>Okay</i>, gue berani bilang bahwa Filosofi Kopi adalah satu-satunya
film dari adaptasi cerita yang ditulis Dewi Lestari yang gak mengecewakan.
Kerasa banget kalau film ini digarap dengan serius, lewat dialog-dialog lucu
dan menyegarkan yang sering dilontarkan Ben dan Jody, sinematografi yang ciamik,
skenario yang cerdas, dan minimnya <i>plothole</i>
udah cukup jadi bukti-buktinya. Seharusnya film-film Indonesia yang lain bisa
se-membanggakan ini, termasuk film-film yang diadaptasi dari novel dan cerpen
karya Dee yang terdahulu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDnZgJ70zo5k8KKx5gSxXEceAhyphenhyphenchaJga0Zuut_OToduQHAXBiHwDaSH2HLGFUnsrfAdQcEe7_I6wJ1j9oiELN_auEkRplS6ZTEwOliFuym22DPJT0zwUPoa5Ems-Stre8Nd9UrAUsub0/s1600/14288229761022308339.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDnZgJ70zo5k8KKx5gSxXEceAhyphenhyphenchaJga0Zuut_OToduQHAXBiHwDaSH2HLGFUnsrfAdQcEe7_I6wJ1j9oiELN_auEkRplS6ZTEwOliFuym22DPJT0zwUPoa5Ems-Stre8Nd9UrAUsub0/s1600/14288229761022308339.jpg" height="253" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Memang film ini bukan berarti tanpa cela, tapi adanya
porsi untuk iklan suatu produk yang lumayan sering terlihat berhasil ditutupi
oleh aspek-aspek positif di film ini yang membuat hal tersebut menjadi
termaafkan. Dan ada satu hal yang masih menghantui pikiran gue ketika gue
keluar dari studio bioskop, yaitu (<i>so
sorry, but this contains a spoiler</i>) penyebab kematian dari ibunya Ben.
Karena tidak dijelaskan begitu gamblang, gue pun ternyata masih harus memutar
otak lagi setelah keluar dari studio sampai akhirnya gue menemukan jawabannya.
Mungkin itu memang disengaja sebagai teka-teki, <i>I don’t really know</i>.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYicqsuX0_CSB1xRupeQ49cQTxdQOVb3al-bKaajV-UompJdjx1mLwOdiImPvGzdKuI7ULofE8FOnnbc00sd-JFu_O6XE9FJUXACZKNEpORrZlsMLxO1GumY_rr_G0Z1RM2FCO-UtV7Qk/s1600/filkop3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYicqsuX0_CSB1xRupeQ49cQTxdQOVb3al-bKaajV-UompJdjx1mLwOdiImPvGzdKuI7ULofE8FOnnbc00sd-JFu_O6XE9FJUXACZKNEpORrZlsMLxO1GumY_rr_G0Z1RM2FCO-UtV7Qk/s1600/filkop3.png" height="265" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk urusan <i>acting</i>, gue punya penilaian tersendiri sama Chicco Jerikho. Iya,
yang awalnya kita ngenal dia sebagai pemain sinetron itu, sekarang jadi aktor film
yang layak diperhitungkan. Gue gak ngerasa hal yang gue sebutin tadi itu
berlebihan sih, ya pantes aja gitu tahun lalu dia menangin Aktor Terbaik FFI,
lha wong ternyata <i>acting</i>nya sebagus
itu sekarang! Gue yakin sih, kalo Chicco dapat jam terbang lebih dan kebetulan
bisa dapat peran-peran yang menarik, doi bisa nyaing-nyaingin kang mz Reza
Rahadian. Rio Dewanto dan Julie Estelle juga gak kalah bagus mainnya, apalagi
Slamet Rahardjo dan Jajang C. Noer. <i>Scene</i>
ketika Pak Seno sama Bu Seno ngejelasin tentang Kopi Tiwus sukses bikin air
mata gue meleleh seketika.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFdz57TyuwNjup2-UTu7boC-O3xwCcuQYOpwPlo2UbBLsNO7EfI0dOirFkyY3kEwHTTCTD9Me0fjHt2ILt97Lt3ddOnuopdxUz_GqjiJxaSyoxCoy8TLqGfpYJnlCn0ik2D_34paqj5G8/s1600/Scene-Filosofi-Kopi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFdz57TyuwNjup2-UTu7boC-O3xwCcuQYOpwPlo2UbBLsNO7EfI0dOirFkyY3kEwHTTCTD9Me0fjHt2ILt97Lt3ddOnuopdxUz_GqjiJxaSyoxCoy8TLqGfpYJnlCn0ik2D_34paqj5G8/s1600/Scene-Filosofi-Kopi.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<i>Overall</i>, Filosofi Kopi ini bisa dianalogikan dengan satu cangkir
kopi hangat yang nikmat. Walau ada jejak-jejak pahit yang terasa, namun bisa
bikin hati jadi lebih ena-ena. Salut buat film ini!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>“Walau tak ada yang sempurna,<o:p></o:p></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>hidup ini indah begini adanya.”<o:p></o:p></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggJS59s70ZluNoZRyOlNQTsVrNYAgUWXlhzo2dCNdEyV4Mf5GjZvTSM36MPGEtQiAPyp_P6qZDYWb8xlwbUlV0KaOvV8vKAC8-8NgawNd7PSO9FXKuFPZHIREP6U4gzypZ-qvonYwNxQA/s1600/filkop4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggJS59s70ZluNoZRyOlNQTsVrNYAgUWXlhzo2dCNdEyV4Mf5GjZvTSM36MPGEtQiAPyp_P6qZDYWb8xlwbUlV0KaOvV8vKAC8-8NgawNd7PSO9FXKuFPZHIREP6U4gzypZ-qvonYwNxQA/s1600/filkop4.jpg" height="424" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<i>p.s.</i>: Buat kalian yang berminat ingin nonton Filosofi Kopi, perlu
diinget bahwa setelah film ini selesai, ada 2 <i>credit scenes</i> yang sayang buat dilewatin (Gue cuman nonton 1 <i>credit scene</i> karena gak tau kalo abis
itu ada satu <i>credit scene</i> lagi. Meh. Jangan<i> </i>ikutan nyesel juga ya <i>guys</i>!)</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-41340511625935345032015-04-07T20:33:00.000+07:002015-04-07T20:42:24.530+07:00Furious 7 (2015) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMEAfGAYf0XAZ0oTmSEFedre1I57efOGuSHbtT1BKcyz-avJXWMZZVQ2eVk6G6QrgFS6uVOrV17aCTfnzQWxqdXrVlHEskpRyjT18mdDwpoafS6sO0J50PaO7GxpAAI7oU5ls2u7rXkJk/s1600/furious_seven_ver3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMEAfGAYf0XAZ0oTmSEFedre1I57efOGuSHbtT1BKcyz-avJXWMZZVQ2eVk6G6QrgFS6uVOrV17aCTfnzQWxqdXrVlHEskpRyjT18mdDwpoafS6sO0J50PaO7GxpAAI7oU5ls2u7rXkJk/s1600/furious_seven_ver3.jpg" height="640" width="402" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Ibarat mobil, franchise Fast Furious ini kayaknya ga pernah keabisan bensin. Franchise yang awalnya bertemakan balapan liar lalu berubah haluan menjadi action-heist yang gila banget (bayangin aja 2 mobil nyeret brankas gede yang ngancurin banyak mobil polisi sama kota rio di fast five atau berhentiin pesawat gede pake mobil di landasan yang ga abis-abis di fast six). Dan sebelum film keenamnya keluar pun,</div>
<a name='more'></a>franchise ini udah ngerencanain film ketujuhnya buat trilogy baru (mungkin abis trilogy ini mereka jadi grup bayaran kayak expendables kali ya). Udah ah, cukup bahas produksinya sekarang mari kita bahas film ketujuhnya (dan juga film terakhir Alm. Paul Walker).<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeZwNaktSepY0Zpt9xb02YG2rksPoOiZYAnFAbbbmPtco4IMkdxVZlDUvcJymRdTwIYyPw2fc33oQMtiJsRZ_Y2mmLLFFgK3ph9yDOMPrxvPSNgODUvyZVI1_81Aa-SGi1V6CyKzBnrT4/s1600/images+(14).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeZwNaktSepY0Zpt9xb02YG2rksPoOiZYAnFAbbbmPtco4IMkdxVZlDUvcJymRdTwIYyPw2fc33oQMtiJsRZ_Y2mmLLFFgK3ph9yDOMPrxvPSNgODUvyZVI1_81Aa-SGi1V6CyKzBnrT4/s1600/images+(14).jpg" height="168" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">For you, Paul</td></tr>
</tbody></table>
Mengambil event pasca fast six dan tokyo drift, sekarang Dom dan keluarga diancam oleh sang big brother dari Owen Shaw yaitu Deckard Shaw (si pelontos Jason Statham). Deckard tidak main-main dalam ancamannya, dia membunuh han (di film tokyo drift) dan membuat Hobbs (iya, hobbs the rock) masuk rumah sakit.<br />
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENWYzj4DEx0q7f9c07t8u4g3Lz-VauyzVUSdl9iK6tlSQdQE7Mt5a8a-AalhgecwJG21Z_m-WfIReCMJL3_jbYm6csAW3lS_GrdWHt5itOgXa_-4SOgxe2oLDKjXS-eP4uPdL-plFsUw/s1600/images+(15).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENWYzj4DEx0q7f9c07t8u4g3Lz-VauyzVUSdl9iK6tlSQdQE7Mt5a8a-AalhgecwJG21Z_m-WfIReCMJL3_jbYm6csAW3lS_GrdWHt5itOgXa_-4SOgxe2oLDKjXS-eP4uPdL-plFsUw/s1600/images+(15).jpg" height="215" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Karena deckard itu susah dilacak dan tidak akan berhenti sampai Dom meninggal, akhirnya Dom mendapat bantuan dari Mr. Nobody (Jared... eh Kurt Russel) dengan syarat Dom harus menolong seorang hacker bernama Ramsey (Nathalie Emmanuel) dari tangan teroris bernama Jakande (Djimon Honsou) yang memiliki teknologi yang bisa melihat semua orang di dunia ini bernama God Eye. dengan god eye itu Mr. Nobody berkata dom dkk akan bisa menemukan di mana Deckard berada dan menangkapnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0XTyDIix61_D3VF0zkqKFO9eb5rQx2dpYwcG6PIggIwGa7tnt9OEK-I3RJXbjmn2m3hn6zxUoKbgX2SC26_NhXlCn22P2vbVt7_fKvtLTReG4tYNRqcD1BsgzLFT8O4ZoINuOV3W3V5k/s1600/images+(16).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0XTyDIix61_D3VF0zkqKFO9eb5rQx2dpYwcG6PIggIwGa7tnt9OEK-I3RJXbjmn2m3hn6zxUoKbgX2SC26_NhXlCn22P2vbVt7_fKvtLTReG4tYNRqcD1BsgzLFT8O4ZoINuOV3W3V5k/s1600/images+(16).jpg" height="189" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Jika kalian mencari film action apa yang adegan actionnya lebih gila dari die hard atau expendables, pasti yang akan terlintas di pikiran kalian adalah fast furious. Walaupun sudah seri ke-7 franchise ini ga pernah kehabisan ide cerita atau adegan action yang gila. Dimulai dari mobil terjun dari pesawat lalu mobil dalam gedung di dubai lalu puncaknya yang dijalanan los angeles (walaupun tensi klimaksnya menurun dari seri sebelumnya tapi tetep keren) film ini seperti parade adegan-adegan action paling gila di dunia perfilman.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Walaupun jauh sebelum film ini rilis, gue rada skeptis karena mundurnya sutradara Justin Lin dan digantikan oleh spesialis horror James Wan (sebelum Furious 7 dia baru bikin 1 film action) dan meninggalnya aktor kesayangan kita di franchise ini Paul Walker yang sampai membuat pengunduran setahun dari 2014 ke 2015 dan perombakan skenario untuk menghormati Alm. Paul. Tapi ternyata gue dikagetkan sama James Wan yang ternyata bisa membuat adegan action yang sekeren itu. Dia juga berhasil membuat perpisahan sebuah yang mengharukan untuk Alm. Paul. Tribute yang sangat menyentuh ditambah soundtrack "See You Again" dari Wiz Khalifa membuat film ini ditutup dengan senyum lebar.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn1NWYyLIK3vFz5JXatDAmdhLGojTtocpOQDbqozDBSCs4y-bJ2FkHB8yZ-nUdqGf5YmOrrHVCqnWv3p0oEY-iQ9Vv4gttzl4m_t_4Qs3jWQ9eE0caL4yWsTEjwKL0OEqCwxjR5zP3Waw/s1600/images+(17).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn1NWYyLIK3vFz5JXatDAmdhLGojTtocpOQDbqozDBSCs4y-bJ2FkHB8yZ-nUdqGf5YmOrrHVCqnWv3p0oEY-iQ9Vv4gttzl4m_t_4Qs3jWQ9eE0caL4yWsTEjwKL0OEqCwxjR5zP3Waw/s1600/images+(17).jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fan Madenya keren</td></tr>
</tbody></table>
Overall, Siapa sangka film dengan action yang gila-gilaan tanpa logika ini masih punya hati untuk membuat penonton terharu? dengan tema keluarga, adegan action yang gila nan keren, tribute yang sangat menyentuh film ini telah membuka film summer 2015 dengan senyum lebar...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rate: 7,8<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12044713432920965891noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-5539685163470361312015-04-06T15:30:00.001+07:002015-04-06T17:03:23.580+07:00Free To Play (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-JuHjrva7RAY/VSI5Decdd8I/AAAAAAAAEGI/j_6QeZPabkY/s1600/maxresdefault.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-JuHjrva7RAY/VSI5Decdd8I/AAAAAAAAEGI/j_6QeZPabkY/s1600/maxresdefault.jpg" height="360" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
In august 2011 a tournament featuring the popular
Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) game Dota 2 was held in Cologne,
Germany. It offered the largest prize pool to date - attracting professional
E-Sports players from around the world. This is <i>The International Dota 2 Championships.<o:p></o:p></i><br />
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ini adalah sebuah film yang didedikasikan untuk seluruh<i> </i>gamer di penjuru dunia. Sebuah film
tentang perjuangan betapa rumitnya kehidupan seorang gamer pro. Kita dapat
menyaksikan bagaimana persaingan dan kerja keras para gamer pro lewat sudut
pandang dari Clinton "FEAR" Loomis kapten dari <i>Evil Geniuses </i>(waktu itu dia masih menjabat kapten di tim <i>Online Kingdom) </i>asal Amerika Serikat,
Benedict "HYHY" Lim kapten dari tim <i>Scythe</i> asal Singapura, dan Danil "DENDI" Ishutin dari tim
<i>Natus Vincere</i> asal Ukraina.<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Because Dota is more than just a game. It's an institution.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mari kita refleksi sejenak. 20 tahun yang lalu kita semua gak
bakal bisa menyangka bahwa ada yang namanya E-Sports, atau competitive gaming
bukanlah sesuatu yang nyata. Namun lambat laun orang mulai gemar main video
game, main bareng temen-temen sekomplek buat asyik-asyikan. Tapi darisitu, yang
namanya kompetisi tercipta. Tidak lagi orang hanya berkompetisi untuk mencari
tahu siapa gamer terjago di komplek, tapi siapa gamer paling jago di kota?
siapa gamer paling jago di provinsi? siapa gamer paling jago di negeri? dan
akhirnya kita berkompetisi untuk mencari tau siapa gamer terbaik di dunia.
E-Sports pun menjadi suatu hal yang signifikan di mata dunia. Di Korea Selatan,
gamer pro Starcraft udah lebih terkenal dari boyband boyband disana, Di
Tiongkok, gamer pro Dota udah dipuja sepeti selebritis. Turnamen turnamen besar
mendunia seperti WCG, EVO, FIWC, dan The International mulai bermunculan. Di
Indonesia sendiri telah terbentuk IESpA dibawah naungan kemenpora yang mengatur
segala macam hal E-Sports di negara ini. Iya. Kita punya timnas DOTA! </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan begini sih saya berharap E-Sports akan semakin
berkembang dan jaya kedepannya. Dan mungkin suatu saat nanti bakal ada
olimpiade E-Sports dengan berbagai cabang diantaranya FPS, RTS, MOBA, Fighting,
Sport Simulation dan sebagainya. Maju terus E-Sports!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-FLXQZEz7-1M/VSI4nmVEa5I/AAAAAAAAEGA/2c2TYw3jams/s1600/ftp_poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-FLXQZEz7-1M/VSI4nmVEa5I/AAAAAAAAEGA/2c2TYw3jams/s1600/ftp_poster.jpg" height="640" width="427" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Film dokumenter ini menceritakan tentang kisah 3 manusia
gamer yang sangat kontras dari belahan dunia yang sangat jauh saat mereka mengikuti
ajang The International 2011. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertama-tama, kita diperkenalkan dengan sosok Clinton Loomis
a.k.a "FEAR" dari negara bagian Oregon, Amerika Serikat. Fear ini adalah
merupakan gamer generasi perintis yang hingga saat ini pu masih gigih
berkompetisi di dunia e-sports. Ibaratkata dia ini adalah sosok mentor pemimpin
penih pengalaman, seorang mahasiswa abadi yang masih betah ngampus, seorang
om-om suhu di toko hobi jepang yang serba tahu, seorang pemain uzur berkualitas
dan dihormati yang mengemban gelar regista seperti Totti, Xavi, Gerrard, Lahm,
dan Pirlo. Sejak kecil bermimpi pengen 'Dibayar main videogame' tumbuh dewasa
jadi gamer pro. Umurnya tidak muda lagi, semakin tua semakin banyak beban dan
tanggungan. Udah menginjak masa-masa "Cari kerja, cari istri" tapi
Fear tetep konsisten main game gapeduli apa kata orang lain. Memang Fear ini
bisa dibilang salah satu player dota paling berkemampuan di benua Amerika, tapi
jelas lah itu bukan apa-apa dibandingkan skill-skill player dari Asia timur. Apalagi
player-player ditimnya kala itu <i>Online
Kingdom, </i>isinya dari negara beda-beda semua, ada dari India, Swedia,
Denmark, dll, dan baru temu muka pas hari kompetisi. Fear tak gentar, dia
sendirian pergi dari rumahnya ke Cologne, ketemu timnya disana, dan ngadu nasib
di The International. Fear ingin membuktikan ke emaknya kalo dia bisa berkarir
di videogaming. Pas ronde awal, Online Kingdom langsung ketemu tim dari China.
Bajingan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kenapa bajingan? Ya karena tim-tim dari negara China itu
IMBA semua! Di China itu, Dota udah merupakan olahraga resmi, tiap minggu ada
battle disiarin di tv, tim-timnya lengkap sama sponsor, manajer, dan coach.
Player-playernya udah kayak selebritis, main game digaji. Dota 2 di China itu
ibarat Starcraft di Korea Selatan. Level kompetisi dota di China itu udah gila
abis, kalo gapercaya coba aja lu main public match di server China. Rasain
sendiri. James Harding aja bilang gini "The Chinese teams are litterally
scaring the shit out of the competition." </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
The International 2011 itu China vs The World.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada tim yang isinya dipenuhi player dengan skill-skill
luarbiasa, tapi ada juga tim yang isinya player normal aja kemampuannya tapi
hebat karena taktik, kerjasama, dan leadership yang mengagumkan dari si kapten.
<i>Online Kingdom</i> ini tipe yang kedua,
itu nunjukin gimana tim yang bisa dibilang minim pengalaman (newbie) di level
ini bisa nyapu bersih Virus, Nirvana.cn, & TYLOO di grup karena tangan
dingin dan leadership dari Fear.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-8Wg0FBFSnR4/VSI5dokGkmI/AAAAAAAAEGY/hkG2S86-Ua0/s1600/53401.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-8Wg0FBFSnR4/VSI5dokGkmI/AAAAAAAAEGY/hkG2S86-Ua0/s1600/53401.jpg" height="346" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fear u GG</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bisa dibilang sih kehidupan gua mirip banget sama hidupnya
si Benedict Lim a.k.a "HYHY". Kita berdua punya keluarga yang sama-sama tidak
mendukung passion kita dalam suatu hal, si Hyhy dalam E-Sports gaming, dan gua
pribadi dalam filmmaking. Tapi kita ga bicarain gua disini, kita bicarain Hyhy,
kapten dari tim <i> Scythe </i>yang isinya adalah player-player
terbaik dari Singapura. Kalo kita bicara Hyhy pasti ingat Shadowrazenya yang
selalu tepat sasaran. Cerita si Hyhy ini yang paling personal, dia cerita
tentang kegalauannya tentang keluarganya yang ga mendukung niat dia untuk
gaming, final exam dia yang jadwalnya barengan sama kompetisi, trus juga dia
gabisa move on dari kekasihnya yang juga merupakan dota player pro, sampe
gara-gara hal tersebut dia jadi merokok. Untuk level Asia tenggara, skill Hyhy sebenernya ini udah jago banget, tetapi dihadapan gamer Asia timur skillnya gak
sebanding. Daya tahan tersebut akan di uji langsung oleh EHOME, tim dari China
dan merupakan tim yang difavoritkan juara The International. Hyhy yang hidupnya
penuh dilema ini langsung berhadapan dengan para manusia IMBA dari EHOME. Hyhy u GG. Pride of Southeast Asia!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-lTs--DAcCbg/VSI5ohWYW5I/AAAAAAAAEGg/5kgszxjfY0o/s1600/24696389.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-lTs--DAcCbg/VSI5ohWYW5I/AAAAAAAAEGg/5kgszxjfY0o/s1600/24696389.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hyhy u GG</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Trus berikutnya, ada Na'Vi Dendi. Kalo bicara Dendi, pasti
kita teringat Pudge Hooknya yang bajingan. Pemuda yang bernama lengkap Danil
Ishutin namun lebih akrab disapa DENDI ini kayaknya udah gaperlu perkenalan
deh. Siapa yang gak familiar dengan Dendi? Lu pergi kemana aja di belahan dunia
ini dan apabila di belahan dunia tersebut ada yang main dota, pasti kenal
dengan yang namanya DENDI. Memang banyak gamer dota professional ngetop seperti
YaPhets, MiserY, Arteezy, Mushi, Ferrari, dll, tetapi belum ada yang setenar
Dendi. He is Arguably the best Dota player in the World. Di Free to Play dia
cerita tentang awal mula dia ngegame, keluarganya dulu serba kekurangan, trus
dia juga sekolah musik dan tari, kelihaiannya dalam bermain piano ternyata
sangat membantu dalam bermain dota. Na'Vi kala itu masih merupakan tim yang
unpredictable. Mereka selalu ngincar kemenangan di menit 12-15 dan gaada yang
bisa menghentikan mereka. Di The International 2011 karakter Dendi sebagai
player paling jago mulai terbentuk. Dia yang akan jadi Legenda di jagad gaming.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-yL2c7Mu0Ar8/VSI6cn2hjFI/AAAAAAAAEGs/_9O9hvVuhuk/s1600/dendifeaturesteel.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-yL2c7Mu0Ar8/VSI6cn2hjFI/AAAAAAAAEGs/_9O9hvVuhuk/s1600/dendifeaturesteel.png" height="360" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">nuff said.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dokumenter ini merupakan sebuah tribute untuk para gamer
lebih spesifiknya gamer dota di dunia ini. Film ini bisa menjadi inspirasi
anak-anak muda untuk berani berkompetisi di game. Saya, sebagai gamer sangat
menikmati film ini. Karena saya dapat merasakan gairah para petarung cyber ini
beraksi didepan monitor, pasang headphone, jemari siap beradu di kunci
QWERASZXC.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebetulnya KFG ini bisa jadi sebuah tim Dota professional.
Kita punya kemampuan, kita punya pengalaman, dan terlebih lagi, kita punya motivasi
untuk mengikuti kompetisi demi grand prizenya. Monty kepingin ngebikin sebuah
feature film, motifnya berkaitan dengan keinginan gua juga yang ingin membangun
sebuah production house, ceritanya gua ama si Monty ini kerjasama. Nasha bisa
menggunakan uang juara untuk membiayai pendidikannya sampai doktor. Nak
Tresnayaka pengen prizenya untuk memodali masa depannya, yakni menikahi Chelsea
Islan. Kalo si Fauzan gua gatau motivasinya apa, tapi dilihat dari sifatnya
yang altruistic, pasti dia bakal ngebantu. Gua set peran para admin KFG apabila
kita terjun ke dunia E-Sports.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Monty: Sebelum dia pensiun dari dunia E-Sports sekitar tiga
tahun yang lalu, kabarnya dia ini memiliki skill individual yang nyaris setara
dengan Na'Vi Dendi. Semoga saja skill legendaris itu tidak karatan, karena
peran dia dalam ngesolo di MID ini sangatlah penting dalem strategi gua. Dia
ini MVP/ Player andalan tim. Saking IMBAnya, sebutan dia di kalangan gamer
E-Sports saat itu adalah Na'Vi Monty (Atau bisa dipanggil aZ_mbAhdArmoOoO).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-bbn4UxGYTCI/VSI7k-scHDI/AAAAAAAAEG0/LCohMAxKpoE/s1600/navi%2Bmonty%2Bdendi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-bbn4UxGYTCI/VSI7k-scHDI/AAAAAAAAEG0/LCohMAxKpoE/s1600/navi%2Bmonty%2Bdendi.jpg" height="415" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">MVP tim KFG. Jelmaan Na'Vi Dendi.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nasha: Bisa dibilang gadis muda ini masih sangat baru terjun
di dunia E-Sports, tetapi apabila menilai dari sifatnya yang gigih, nekad, rela
berkorban dan pantang menyerah ini dapat menjadi amunisi yang tak tergantikan
dalam tim. Dia yang jadi penyatu tim, penyemangat, seorang Support.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nayaka: Walau gua belum pernah ngeliat dia main, tetapi
kata-katanya waktu itu "KENAPA GUA YANG JADI BEBAN? LU BELUM PERNAH
NGELIAT SKILL GUA!" masih terngiang dalam pikiran gua sampai sekarang.
Setelah lama gua mikir, gua sadar bahwa potensi si Nayaka ini sangatlah besar!
Gua belum liat dia main, bisa jadi skill dia malah lebih jago dari si Monty
atau Gua sendiri! Oleh karena itu, peran hero-hero sulit macam Invoker, Meepo,
Earth Spirit, dll aku percayakan padanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Fauzan: Dilihat dari penampilannya, sifat, dan tingkah
lakunya, Fauzan ini memiliki tingkat kestabilan, kesabaran, dan kecerdasan yang
sangat tinggi. Ketiga hal barusan sangat krusial dalam bermain MOBA. Maka dari
itu hero-hero yang perlu patience, dan perseverance untuk dikuasai aku percayakan pada dirinya. Dia adalah
Initiator.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Julio: Dikarenakan saat ini gua yang paling aktif dan paling
handal dalam bermain dota, maka tugas sebagai team captain, & true carry
gua yang emban. Gua yang bakalan nentuin kemenangan tim di akhir.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tsuya A Knot: Dia bertugas jadi Coach karena dia paling
banyak pengalaman.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jelas gak mungkin lah kita bisa langsung ikut The
International. Itu gak realistis banget. Tapi mungkin kalo setingkat kotamadya,
atau antar kabupaten, kita masih ada peluang. Ini formasi bayangan gua.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Draft 1: Oldschool Passive</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4Z-Z9z9b0L8/VSI_wKMMFgI/AAAAAAAAEHA/25XBO5m2TuE/s1600/seleccion%2Bcopy%2B1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-4Z-Z9z9b0L8/VSI_wKMMFgI/AAAAAAAAEHA/25XBO5m2TuE/s1600/seleccion%2Bcopy%2B1.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Formasi ini dikhususkan untuk strategi menang di late game.
Nayaka bakal ngesolo di suicide lane pake Druid,(Itungannya sih ga solo,
karena dia ngendaliin beruangnya juga) gua percaya kemampuan Nayaka dalam
multitasking si Lone Druid, dia bisa nahan tower di suicide lane. Solo mid ada Na'Vi
Monty dengan hero andalannya Kardel Sharpeye, dia bakal bertugas untuk
mendominasi wilayah mid dan ngeroam ke atas-bawah. To control the mid is to
control the game. Trus di Safe Lane ada Trilane Fauzan dan Nasha yang bertugas
ngecover gua sambil gua farming karena di late, gua yang bakal nentuin
kemenangan. Sniper di mid akan terus pressing musuh sembari ngancurin tower
musuh dan pindah lane ngeassist sambil cari mangsa. Kelihaian si Na'Vi Monty
sangat diperlukan disini. Kombinasi
Raigor sama Rylai ini bisa jadi GGWP karena yang satu stunner, satunya
lagi disabler. Crystal Maiden bisa ngeroam atas-bawah ngasih support sambil
ngeward, ultinya juga berperan banget kalo lagi war. Sementara si Earthshaker
itu perannya sebagai initiator inti, Skill 2nya bisa buat ngeblokir jalan,
ngesetup buat ultinya si Sniper, trus combo blink dagger + ulti Echoslam
berguna pas mau buka war, setup sempurna buat ultinya Faceless Void , dibantu
sama ultinya Cystal Maiden & si Sniper nembakin dari jauh = GGWP.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Draft 2: Modern Aggressive</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-DEponSQpqYU/VSJChR122LI/AAAAAAAAEHM/icntCsixeKM/s1600/seleccion%2B2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-DEponSQpqYU/VSJChR122LI/AAAAAAAAEHM/icntCsixeKM/s1600/seleccion%2B2.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Formasi kedua ini untuk strategi mengincar kemenangan di
menit 15. Fauzan bisa solo di suicide lane pake Axe, Mid ada Na'Vi Monty
yang mengendalikan Nevermore, Gua jungler dan senantiasa roamer ke tiap lane,
trus di safe ada Lina & Earth Spirit. Formasi ini dinamis, tiap hero akan selalu
pindah lane nge gank pihak oposisi dimanapun mereka berada, sambil cepat cepat
hancurin tower musuh, tiap menit bakalan ada war. Nature's Prophet bisa selalu
pindah sana-sini, Nuker kita ada Shadow Fiend & Lina yang kerap negbokong
lawan, Earth Spirit & Nature's Prophet akan saling mengisi kekosongan. Trus axe menjabat initiator sekaligus tanker. Tapi taktik ala Na'Vi ini
hanya akan berhasil apabila solo mid kita jago, makanya peran si Na'Vi Monty
jelmaan Na'Vi Dendi ini sangat krusial dalam pertempuran.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kita semua suka main video game. Gua pun aslinya adalah
seorang hardcore gamer. Ingin sekali ikut kompetisi tapi masih banyak pesaing
yang jauh lebih jago. Oleh karena itu, kita perlu tim yang bakal ngebantu
memperoleh kemenangan. Because Dota is a team game. It's fun, and more
importantly, it's free to play. And you play to win.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-A7siF1SAoD0/VSJDyoWJ-vI/AAAAAAAAEHU/VZIRi92fKm4/s1600/FTPPTW.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-A7siF1SAoD0/VSJDyoWJ-vI/AAAAAAAAEHU/VZIRi92fKm4/s1600/FTPPTW.png" height="360" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14814088489356973397noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-88979075617426430822015-03-20T22:40:00.000+07:002015-03-28T12:51:48.668+07:00Cinderella (2015) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs9q9m82vQCwYnWwWEu_4YkWS2C8QPDkl6ocgBAh_AwevbkuhVzPS9svt6EMz0NRNfJhXbpa-wSro_QTiZ2m48yHugGZxb81d7SjsNN6yA542YOi3-Ek9MgRPWZKEf-qfarZrYID4uCGhB/s1600/36653i2B23367B68C16E6D.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs9q9m82vQCwYnWwWEu_4YkWS2C8QPDkl6ocgBAh_AwevbkuhVzPS9svt6EMz0NRNfJhXbpa-wSro_QTiZ2m48yHugGZxb81d7SjsNN6yA542YOi3-Ek9MgRPWZKEf-qfarZrYID4uCGhB/s1600/36653i2B23367B68C16E6D.png" height="640" width="342" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di suatu siang di kantin Institut Kegilaan Jakarta, Tarnoto Sumantini (18), seorang mahasiswa FFTV merangkap penulis resensi film di blog Kritikus Film Beneran sedang menikmati makan siang sederhananya. Sepupunya, Jonjot Malang (20), mahasiwa jurusan hukum di Universitas Maksud Bersama datang menemuinya untuk mengcopy beberapa film senirumah. Dialog mereka kira2 begini:</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
"Kasian amat dah makanan lo Tar, nasi ama telor doang, makannya bawa dari rumah lagi." Ucap Jonjot dengan nada kasihan menyindir.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gimana ya Jot, gw mampunya segini doang. Uang kiriman bokap cuma 1 juta sebulan, dipotong uang kos sisa 500. Bisa apaan dah gw ama 500? Heh." balas Tarnoto.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Makanya udah gua bilang, tinggal sama gua aja Tar. Lo ga perlu bayar kos, makan disediain, palingan cuma bantu cuci piring atau ngepel doang."</div>
<span style="text-align: justify;">"Ogah ah, tinggal di rumah orang itu ga enak Jot. Makan diliatin sebanyak apa, mandi diliatin gw makai air sebanyak apa, tidur pake AC diperhatiin gw make AC seberapa lama, sampe minum air aja diperhatiin, apa2 serba ga enak. Lagian juga, kalo gw tinggal sekamar sama elu, kita kalau mau coli gimana? Masa coli bareng Jot, jiji ah gw ngebayanginnya...."</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jonjot pun terdiam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang empunya kantin pun menghidupkan radio dan memilih stasiun asbun. Lagu Hungry Like The Wolf pun mulai terdengar dan menghidupkan suasana kantin.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/vxX1KiodjJY/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="http://www.youtube.com/embed/vxX1KiodjJY?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
"Lo ada rekomen film Tar? Gua kehabisan bahan tontonan nuih. Dah pusyeng pala gua nonton film2 Tarkovsky dari kemarin, sekali2 minta rekomendasi film sama sepupu gua tercinta."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gw baru nonton Cinderella kemarin, bagus Jot."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajah Jonjot pun memancarkan raut keheranan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sangat surreal sekali Tar mendengar elo merekomendasikan film macam Cinderella ke gua."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dah nonton lu? Di mata gw bagus sih Jot. Ini kayaknya karena gw udah keseringan nonton yang aneh2, makanya pas nonton Cinderella perasaan gw kayak gimana gitu."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gua udah nonton, dan di mata gua biasa aja. Elo punya selera film sakit2 syedap dan demen Cinderella itu kayak gua denger kenyataan kalau Ellie Goulding itu ternyata cowo."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gw demen karena ceritanya dan eksekusi si Branagh sih Jot. Apalagi quote-nya tuh "Be kind and have courage."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jonjot pun berteriak "WUANJING!" dengan suara yang begitu menggelegar. Mengagetkan para mahasiswa lain yang sedang terlibat diskusi pretensius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"QUOTE?! KALIMAT MOTIVASI KEPLEK BEGITU LO DEMEN TAR?! BE KIND AND HAVE COURAGE?!" Teriak Jonjot yang kembali mengagetkan para mahasiswa lain yang sedang terlibat diskusi pretensius.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jangan salah Jot," balas Tarnoto, "di mata gw quote itu merupakan kritik terhadap masyarakat sekarang yang cenderung apatis dan lebih memikirkan dirinya sendiri."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maksud lo?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi gini Jot, di jaman sekarang, banyak banget orang yang selalu mikirin dirinya sendiri dan ga peduli sama orang lain. Kalau mau buktinya ya liat aja berapa banyak temen lu yang make kata2 macam "idc", "whatever" atau "bodo amat". Udah terlalu banyak orang2 yang don't give a fuck sama sekitarnya. Cinderella di mata gw kayak usaha penyadar gitu kalau udah terlalu banyak manusia yang terjebak di 'kultur bomat'. Saking kultur bomat udah begitu merajalela, kebiasaan kayak gini udah dianggap bijak karena mempedulikan urusan orang lain itu kesannya waste of time banget. Mau baik dibilang ga tegas, ramah sama orang dibilang sok ramah, mau bantuin orang dibilang demen ikut campur urusan orang lain, mau jadi aktivis dibilang ga punya kerjaan, etc. Kultur tanpa empati kayak gini kayak racun sih Jot. Orang2 Ahmadiyah diteror banyak yang ga peduli, orang Kristen diusir dari tempat ibadah ga ada yang peduli, orang LGBT mau dihukum mati pada cuek bebek aja, ya kayak gitulah."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jonjot terdiam sejenak, berusaha meresapi perkataan Tarnoto.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi Tar." balas Jonjot. "gua ga nangkep pesan apatis atau kultur bomat kayak yang lo bilang di film Cinderella. Mungkin pesan menjadi baik dan berani itu ada. Tapi kalau kayak peduli sama orang kayaknya ga ada."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada kok Jot."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada? yang mana?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Adegan si gembel minta susu ke si Ella."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh yang itu."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Di situ kan si gembel minta susu ke si Ella. Si Ella kan ga punya kepentingan apapun buat ngasih susu ke si gembel. Dia bisa aja nolak permintaan tuh gembel, tapi tetep aja ngasih. Efeknya ya si Ella rugi susu, tapi perut si gembel terisi. Lu coba liat, berapa banyak manusia di sekitar kita yang kalo ngeliat pengemis malah dikasar2in. Padahal ada duit receh 200 rupiah yang bener2 berarti buat si pengemis. Tapi alih2 ngasih, yang ada pengemisnya malah disumpahin suruh nyari kerja segala macam. Di adegan itu si Ella jadi kayak simbol anti masyarakat yang ga ada empati Jot."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi ya emang kayak gitu Tar. Orang sekolah sampe SMA, terus bayar kuliah mahal2, kerja cape2 kan hidup buat diri sendiri. Mikirin hidup sendiri aja udah susah Tar, kenapa mesti mikirin orang?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pemikiran kayak gitu malah bikin eksistensi kita di dunia jadi pointless Jot. Kita kalau cuma hidup buat diri kita sendiri, sampe mati berartinya ya cuma buat kita sendiri. Ga ada artinya buat orang lain, ga ada artinya buat dunia. Elu misalnya kerja cape2 dan kebahagiaan elu itu elu nikmatin sendiri, ya kayak elu cuma hidup buat diri lu sendiri. Padahal lu bisa aja sisihkan 5% lah dari kebahagiaan elu buat orang lain, dunia ini mungkin akan jadi lebih baik. Orang2 pada cuek bebek sama penderitaan yang ada di sekitar mereka. Mereka ga ngebayangin kalau suatu saat nanti kondisi jadi terbalik dan mereka berada di posisi yang membuat mereka butuh orang lain. Dan ketika mereka butuh orang lain, siapa yang bakal bantu/bela mereka?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Berarti itu kayak kebaikan ngarepin pamrih dong, ngarepin timbal balik." balas Jonjot, "Kayak si Ella yang ngasih susu ke si gembel, lalu si gembel ngasih sebuah reward yang kalo gua katakan di sini bakal spoiler. Ella ga tau kalau tuh gembel sebenarnya makhluk ajaib, tapi tetep aja inti pesannya kayak perbuatan baik akan melahirkan kebaikan lagi. Lo ngeberi kebaikan, maka lo akan mendapatkan kebaikan lagi, dalam porsi yang berbeda. Tapi ga kayak gitu realitanya. Elo ngelakuin hal baik belum tentu bakal dapat kebaikan lagi, bahkan malah mungkin dapat yang ga ena-ena. Makanya di mata gua Cinderella rada2 gimana gitu pas sampe di bagian itu."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Emang Jot, kita ngelakuin hal baik belum tentu dapat hal baik. Gw pernah nolong orang yang masuk ke kolong truk, eh 5 menit kemudian habis nolong motor gw jatuh entah kenapa, gw merasa kayak dipermainkan nasib."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagu Hungry Like The Wolf yang diakhiri fade out suara Simon Le Bon pun mendadak berubah menjadi petikan gitar Keith Richard yang disusul dengan suara liar Mick Jager. Gema lagu Under My Thumb pun memenuhi seluruh kantin.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/nYYTLJ8YHi4/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="http://www.youtube.com/embed/nYYTLJ8YHi4?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gw jadi mikir Jot," lanjut Tarnoto, "gw dulu ngelakuin berbagai macam kebaikan karena gw pengen masuk surga. Jadi kalau gw lebih banyak melakukan kebaikan ketimbang kejahatan, chance gw masuk surga mungkin akan naik deh Jot. Tapi setelah gw mulai rada2 ga percaya sama begituan, gw mulai ngelakuin kebaikan supaya idup orang jadi lebih baik dikit sih. Walaupun sebenarnya gw ngelakuin kebaikan itu juga demi diri gw sendiri. Entah kenapa tiap kali ngelakuin kebaikan, gw selalu dapet perasaan happy gitu yang cuma gw sendiri yang bisa rasain."</div>
<div style="text-align: justify;">
"<i>People who say they're doing it for the sake of another are mostly doing it for themselves</i> kan?" balas Jonjot.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Damn right, dan itu terjadi di mana2. Lu coba liat dah, kebanyakan orang2 yang memperjuangkan hak suatu kelompok biasanya membela hak suatu kelompok itu karena mereka punya kepentingan di situ. Kaum LGBT ngebela hak LGBT, orang2 yang pengen nikah beda agama memperjuangkan hak pernikahan beda agama, buruh membela hak buruh, penggiat feminisme memperjuangkan hak feminisme, etc. Gw belum pernah liat ada orang Kristen Protestan ngebela hak para umat Ahmadiyah, dan sebaliknya. Kalaupun ada, kayaknya cuma segelintir doang. Makanya gw demen ama Cinderella, dia itu ngelakuin blind goodness di mana dia ga ada kepentingan sama sekali dalam tindakannya itu. Dia ngelakuin kebaikan tanpa ekspektasi, dan itu adalah kebaikan yang sejati. Soalnya kalau lu ngelakuin kebaikan dengan ekspektasi, ga akan ada keikhlasan dalam kebaikan elu. Sesuatu tanpa keikhlasan itu biasanya cenderung ngasih kekecewaan kan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"BE KIND AND HAVE COURAGE!" balas Jonjot.</div>
<div style="text-align: justify;">
"BE KIND AND HAVE COURAGE!" balas Tarnoto dengan suara yang lebih nyaring.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Listrik pun seketika itu juga mati saat Tarnoto selesai berteriak.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Anjing lah, lagu2nya lagi ntap begini malah mati. Btw lagu favorit The Rolling Stones lu apaan Jot?" Tanya Tarnoto.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iyelah mati gara2 suara lo nyaring. Gua demen Paint It Black sama Gimme Shelter. Tie tuh 2 lagu, ga bisa mutusin gua bagusan yang mana. Kalo lo?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"SYMPHATY FOR THE DEVIL!" Teriak Tarnoto dengan suara yang begitu heboh.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Listrik pun seketika itu juga menyala saat Tarnoto meneriakan judul lagu keramat itu. Kali ini asbun memutarkan sebuah lagu yang mereka tidak kenal. Penyanyinya mengulang2 lirik yang berbunyi: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION-PENETRATION</div>
<div style="text-align: center;">
(Belakangan diketahui kalau judul lagu itu adalah 2 + 2 = 5 karya Radiohead)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi Tar, emaknya Ella bilang kalau si Cinderella mesti 'berani'. Gua ga nangkep keberanian dalam tindak tanduk Ella. Cinderella mungkin baik, tapi dia ga punya keberanian buat melawan emak tirinya."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jot, lu tau cerita Yefta?"<br />
"Yefta yang ada di kitab Hakim-Hakim?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya, Yefta yang Hakim-Hakim. Lu masih inget ceritanya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kaga, tokoh di Hakim-Hakim gua ingetnya si Simson doang."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Di situ diceritakan kalau Gilead punya anak dari seorang perempuan sundal bernama Yefta. Yefta tinggal serumah sama anak2 sah Gilead. Suatu ketika anak2 Gilead yang sah ngusir Yefta dari rumahnya. Semestinya, Yefta tetap tinggal di rumah itu karena dia adalah anak Gilead. Dan Gilead ga ngusir Yefta, sodara2nya yang ngusir. Yefta pun lari dari rumah dan ujung2nya dia jadi perampok. Di situ kesannya tindakan Yefta itu wajar, karena dia diusir dan sudah sewajarnya dia lari. Padahal yang bener itu harusnya Yefta tetap tinggal dan berani menghadapi penindasan saudara2 tirinya. Makanya courage yang gw tangkep dari Cinderella itu ya keberanian buat menghadapi penindasan. Dan kalaupun dia berontak, courage dia bakal nge-contradict mandat 'be kind' dari emaknya. Gimana caranya supaya mandat "jadi baik dan berani." ini bisa tetep sinkron tanpa berkontradiksi satu sama lain? Ya jadi orang baik dan berani menghadapi penindasan, bukan melawan. Tapi ini opini subjektif sih, karena gw dari kecil ngerasa kalau disakiti itu lebih baik ketimbang menyakiti orang lain. Makanya gw kalo di posisi Cinderella kayaknya bakal pasrah sih."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Cupu bener lo Tar..."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Seengganya ini itung2 gw latihan buat ngadepin cewe pas PMS Jot. Cewe kalo lagi PMS kita lawan ya ambyar dah hubungan cinta2annya. Makanya mesti dihadapi tuh cewe pas PMS. Pasrah dihina, pasrah direndahin, pasrah diteriakin. Demi mencapai jenjang pernikahan, kita mesti pasrah Jot. Cinderella tuh metafor penderitaan para cowo yang lagi menghadapi cewe PMS, makanya gw demen."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jonjot pun terdiam memikirkan betapa berbahayanya PMS dalam hubungan asmara. Pilihan untuk hidup melajang seumur hidup pun terbesit dalam pikirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Btw menurut lu gimana Jot eksekusinya Cinderella? Mengingat kita ga bisa rely sama plot yang predictable, berarti ya sinematografi dan teknisnya dong yang mesti kita perhatikan." </div>
<div style="text-align: justify;">
"Gua demen Tar, cantik banget sih menurut gua shot2nya. Ngingetin gua sama OZ kemarin. Lo coba liat deh shot pas si Ella berdansa sama pangeran, beuh melongo gua ngeliatnya. Ngomongin soal plot yang predictable, gua ga bisa ngomong banyaklah."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya, sama keputusan buat make 35mm-nya yang mesti gw kasih applause. Meskipun ga banyak, kesan2 suram dan gritty gitu rada2 kerasa lah di Cinderella karena mereka nge-shot Cinderella pake film. Coba kalau pake digital, kayaknya bakal lain cerita. Soal plot predictable yang gw sempat sebut tadi, usaha film ini buat tetep setia sama source material-nya bisa dibilang termasuk tindakan yang berani. Di saat semua studio berlomba2 me-remake karya klasik dengan modifikasi sana-sini, Cinderella seakan-akan kayak jadi pengingat kalau tugas filmmaker itu ya bikin gambar bergerak, sesimpel itu. Masa semua film mesti penuh inovasi dan unpredictable semua."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya ya, dulu rasanya film2 yang manis2 predictable itu mainstream dan yang gelap2 unpredictable itu ga mainstream, sekarang mah kebalik posisinya. Akting para karakternya menurut lo gimana Tar?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ga ada yang annoying sih. Kalopun annoying ya karena karakternya udah dikodratkan buat jadi annoying. So far gw ga ada masalah sama akting para pemerannya. Gw cuma kaget ngeliat ada Stellan Skarsgard maen di sini. Kemarin main di Nymphomaniac, sekarang main di Cinderella, gw ngeliatnya kayak Skarsgard bisa dengan gampangnya pindah dunia gitu. Sama yang gw ga sreg jam terbang para tikus sama si kucing Lucifer sih. Chubanget:3 ngeliat ngeliat kelakuan si Gus-Gus makan keju melulu. Kalo lu?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Cate Blanchett kurang greget entah kenapa Tar. Ekspektasi gua ketinggian kayaknya ngarepin performa tuh MALAIKAT (yep dia bukan manusia) akting di film ini. Jadinya ya ada rada2 kecewa gitu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tarnoto dan Jonjot pun meminum minuman mereka masing2 seraya berpikir berapa nilai yang pantas diberikan untuk Cinderella.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi menurut lu Cinderella pantes dapat berapa Jot?" Tanya Tarnoto</div>
<div style="text-align: justify;">
"Setelah gua pertimbangkan dan denger argumen lo, kayaknya gua kasih 7 lah Tar. Kalo lo?</div>
<div style="text-align: justify;">
"7 juga."</div>
<div style="text-align: justify;">
"LAH GUA KIRA LO BAKAL NGASIH 8."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Alasannya pribadi Jot, gw rada malu kalau ngasih tau ke elu."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Alasannya apaan dat nyet, kita sepupu jangan ada rahasia diantara kita berdua~~~"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Doh malu gw Jot."<br />
"NGOMONG GA LO TAR!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pas nih film ada nyebut nama Imani, gw jadi teringat seseorang."</div>
<div style="text-align: justify;">
"yeu...."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeHk2TZnnz6k7ItGvtJ9_mpymFCTdciEze_vGKj0b7KoGFomK0eWTBlSB8SwAiszy2NZj4rz3aWyGAEE9H90vfIZdWjh6PS76HR8gPxirnIzYkR8oO3bchwA68LWfXIVywaGdnm0BOWO99/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeHk2TZnnz6k7ItGvtJ9_mpymFCTdciEze_vGKj0b7KoGFomK0eWTBlSB8SwAiszy2NZj4rz3aWyGAEE9H90vfIZdWjh6PS76HR8gPxirnIzYkR8oO3bchwA68LWfXIVywaGdnm0BOWO99/s1600/roflbot.jpg" height="400" width="640" /></a></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-76106463234777584912015-02-28T14:53:00.002+07:002015-02-28T14:58:34.118+07:00Kapan Kawin? (2015) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7CB_plqhr8yY8tbv6VJuOyfsb8rmywWCfmPlNqwcOF76QST7uoASYGKScAIjhBlyUqO95HYwiEyUZ42Vn6yZTeSzOdTDZbPNjcJ64COHFVNzv4WxBpS7kLRqlBsZ5BqM-k_LGCD1vk4/s1600/Kapan-Kawin-Poster-Film-Indonesia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7CB_plqhr8yY8tbv6VJuOyfsb8rmywWCfmPlNqwcOF76QST7uoASYGKScAIjhBlyUqO95HYwiEyUZ42Vn6yZTeSzOdTDZbPNjcJ64COHFVNzv4WxBpS7kLRqlBsZ5BqM-k_LGCD1vk4/s1600/Kapan-Kawin-Poster-Film-Indonesia.jpg" height="640" width="446" /></a></div>
<br />
Well,
bisa dibilang, pertanyaan “kapan kawin?” itu adalah salah satu pertanyaan basa-basi yang paling nyebelin,
bikin eneg plus memuakkan bagi sebagian orang yang umurnya udah masuk rata-rata
usia yang matang untuk menikah dan emang kebetulan belum punya pasangan.
Apalagi hal itu biasanya selalu dilontarkan kalangan keluarga macem para om dan
tante dengan tingkat rumpi yang lumayan nggilani. Namun gimana kalo misalnya
yang cerewet dan berasa super ribet itu orang tua sendiri? Hal inilah yang jadi
tema cerita dari film Kapan Kawin? ini.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Film
yang disutradarai Ody C. Harahap ini berkisah tentang Dinda atau kerap
dipanggil Didi (Adinia Wirasti), seorang <i>general manager</i> sebuah hotel yang
sebenernya cantik, punya karier mentereng dan cerdas pula. Namun sampai ia
berumur 33 tahun, Dinda masih belum juga menikah. Bahkan di hari ulang
tahunnya, orang tuanya yaitu Gatot (Adi Kurdi) dan Dewi (Ivanka Suwandi) yang
tinggal di Yogyakarta bahkan meneror Dinda untuk membawa calon suami saat
menghadiri acara ulang tahun pernikahan kedua orang tua Dinda.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karena
udah mulai putus asa, atas saran temennya, Dinda pun akhirnya menyewa seorang
seniman jalanan yang idealis bernama Satrio (Reza Rahadian) untuk berpura-pura
menjadi kekasihnya di depan orang tuanya sendiri. Satrio yang nyeleneh dan
<i>free-spirited</i> ini saking idealisnya, bahkan nganggep dirinya berada di level
yang jauh di atas artis-artis sinetron.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLvSbLXdIDW5zpRoJxq_f0D4NPvpjHl6zGvnygcuiwVSVcQhSY31-dxNxxUJdyvHJuoaOKAezdlRZiJK_Wngh1gRB-dXNjklR0mTt7DLBDtTRH-xRGFvLTNomZu9cR34wav9-YQANNIi4/s1600/wah-ternyata-ada-pesan-di-film-kapan-kawin-20150123105224.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLvSbLXdIDW5zpRoJxq_f0D4NPvpjHl6zGvnygcuiwVSVcQhSY31-dxNxxUJdyvHJuoaOKAezdlRZiJK_Wngh1gRB-dXNjklR0mTt7DLBDtTRH-xRGFvLTNomZu9cR34wav9-YQANNIi4/s1600/wah-ternyata-ada-pesan-di-film-kapan-kawin-20150123105224.jpg" height="200" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Permasalahan
yang dialami Dinda pun gak berhenti sampai disitu. Dia juga harus berhadapan
dengan kakaknya yaitu Nadia (Feby Febiola) dan kakak iparnya yaitu Jerry (Erwin
Sutodihardjo), dimana mereka bertiga sempat mengalami permasalahan di masa
lalu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gue
merasa film Kapan Kawin? ini merupakan semacam sindiran bagi dunia sinetron dan
ftv di Indonesia. Dari plot yang ala-ala ftv, <i>setting</i> tempatnya si Yogyakarta
yang notabene lokasi langganan <i>shooting</i> ftv, sindiran-sindirannya Satrio
terhadap artis-artis sinetron, membuat film ini ternyata jadi diem-diem <i>badass</i>.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhya0ui81BTKksu1KpIVzcBvveh0E7BdojGAJ8tE360HPXAhIduLP5s9njR9jwe3SW9HOhSn1qzIs5bu4T0gJwnEwt2l1oainsyul7ZZc_FBTrzL4ukD2ESQ9hm5F5pKQtA3RYZJhHKPb8/s1600/294086_adegan-film-kapan-kawin_663_382.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhya0ui81BTKksu1KpIVzcBvveh0E7BdojGAJ8tE360HPXAhIduLP5s9njR9jwe3SW9HOhSn1qzIs5bu4T0gJwnEwt2l1oainsyul7ZZc_FBTrzL4ukD2ESQ9hm5F5pKQtA3RYZJhHKPb8/s1600/294086_adegan-film-kapan-kawin_663_382.jpg" height="230" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lo
gak usah berpikir keras selama nonton film ini, dan gue yakin kalian semua udah
tau klimaks dan <i>ending</i> macem apaan yang bakal muncul di film <i>rom-com</i> ini. Sandiwara
Dinda-Satrio akan terbongkar, namun akhirnya berujung <i>happy ending</i>. Tapi di
balik plot yang terasa biasa dan mudah
ditebak ini, tersimpan banyak nilai plus di film ini. Sangat melegakan ketika
mengetahui bahwa tidak ada <i>plot hole</i> di film ini dan porsi subplot-subplot yang
saling mengisi satu sama lain pun terasa pas. Namun gue pribadi ngerasa kalo
seharusnya subplot tentang Dinda-Nadia-Jerry itu harus diberi semacam tambahan
porsi cerita untuk memperkokoh cerita subplotnya ini. <i>And yes</i>, teks pas bagian
Satrio nyanyiin lagu buat Dinda itu rada gak perlu kok sebenernya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwQh3iLIpHbcCS6ZHXT8DqNqDomaS-0J0cI6E6AbMlK3zMduW2Ub59gs_MTaTvLAawzKYtknIh0I_UjLNP8c77eEYpv37bKVnAbRnXOfBTyQfJdsHKY1KRLcO6uoNt9bYRZOH-kk5-9Fs/s1600/maxresdefault.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwQh3iLIpHbcCS6ZHXT8DqNqDomaS-0J0cI6E6AbMlK3zMduW2Ub59gs_MTaTvLAawzKYtknIh0I_UjLNP8c77eEYpv37bKVnAbRnXOfBTyQfJdsHKY1KRLcO6uoNt9bYRZOH-kk5-9Fs/s1600/maxresdefault.jpg" height="225" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Dari segi sinematografi dan visual, mata
serasa dibikin adem sama pemandangan kota Yogyakarta yang disorot secara apik
di film ini. Dan untuk soal <i>acting</i>, gue bener-bener pengen kasih apresiasi
setinggi-tingginya buat mz-mz yang sukses bikin gue selalu klepek-klepek
bernama Reza Rahadian dan cewek <i>super sexy</i> bernama Adinia Wirasti. Lo mau tau
kenapa film ini <i>worth watching</i>? Yup, karena <i>acting</i> mereka berdua yang kece dan
sangat meyakinkan. Reza Rahadian dan Adinia Wirasti membuat plot film ini
seolah-olah menjadi istimewa berkat acting mereka.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwVXFXXCDHba8RJO4Hn_VusRQJMoulww86rqivl47ZuE0ttMaCypoooWxxQfTmk2ndkQfwPYs6xIL83jvsBWdhd3rk6cQ3LnuqQ31yKn09Zo8gvbRCpliitqtRJYwgD1UgF8C62UOrYZg/s1600/5dc847e3-b4bb-45d5-9bc5-05c27843429a_169.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwVXFXXCDHba8RJO4Hn_VusRQJMoulww86rqivl47ZuE0ttMaCypoooWxxQfTmk2ndkQfwPYs6xIL83jvsBWdhd3rk6cQ3LnuqQ31yKn09Zo8gvbRCpliitqtRJYwgD1UgF8C62UOrYZg/s1600/5dc847e3-b4bb-45d5-9bc5-05c27843429a_169.jpg" height="225" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yang
gue gak sangka-sangka, ternyata Reza Rahadian bisa kocak gak ketulungan di film
ini, <i>scene</i> dimana Dinda dan Satrio <i>dinner</i> pertama kali bareng kedua orang
tuanya Dinda itu bener-bener lawak banget! Gue ngakak sampe geli banget
hadeuuuh. Menurut gue sih ini bener-bener ngebuktiin kalo Reza Rahadian itu
termasuk aktor yang bisa mainin peran apa aja. <i>Really can’t wait to see him
again on his new movie</i>. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan buat Adinia Wirasti, <i>acting</i> dia sebagai Dinda yang
rela berkorban apa aja buat kesenangan orang tuanya dan cenderung selalu mengesampingkan
keinginannya sendiri terasa begitu meyakinkan, bahkan pas gue nonton kemarin,
ada suara cowok nangis sesenggukan di kursi paling belakang pas masuk adegan klimaks. <i>Acting</i> Adi Kurdi dan Ivanka Suwandi sebagai orang tua Dinda dan acting pemeran Bendot yang gue lupa nama aslinya siapa, juga gak kalah bagus sama <i>acting</i>nya Reza dan Adinia, sama-sama kocak gak karuan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i>Overall</i>,
film ini merupakan salah satu film Indonesia yang patut ditonton buat semua
orang. Dengan <i>acting</i> para pemainnya yang keren-keren, skenario yang kocak nan apik,
membuat film Kapan Kawin? ini menjadi sebuah film<i> rom-com</i> Indonesia yang terasa
ringan namun sebenernya berkualitas.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNC-jn7XedB3XMRlBrT8cAIyc1CoOEsaePkWf1Wpbr6mF6Do05mPxrKHzHQPM0CVt6PM3Wf0YcABaIarnqv69BamzKnZXomZYr218OG0fXPyj3KPP8lUo1BmpR7Rn7p-JyyzVppZ4av3s/s1600/film-kapan-kawin--segar-banget-nih-f8d66b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNC-jn7XedB3XMRlBrT8cAIyc1CoOEsaePkWf1Wpbr6mF6Do05mPxrKHzHQPM0CVt6PM3Wf0YcABaIarnqv69BamzKnZXomZYr218OG0fXPyj3KPP8lUo1BmpR7Rn7p-JyyzVppZ4av3s/s1600/film-kapan-kawin--segar-banget-nih-f8d66b.jpg" height="320" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Oh
iya, setelah dipostingnya review ini, gue memutuskan untuk vakum sementara dari
blog KFG ini. Kenapa gue tiba-tiba mau hiatus gini? Karena gue pengen fokus dan
persiapin diri sebaik-baiknya buat UN dan SBMPTN yang bakal berlangsung
beberapa bulan kedepan. Jadi kira-kira gue bakal hiatus sampai April-Juni. Dan
buat kalian-kalian para anon asefem yang demen nanyain gue kuliah di mana ke
asefemnya Timothy, <i>well,</i> gua masih SMA. Iya. Gitudeh.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Doain aja yes gue dapet jurusan dan perguruan
tinggi yang gue inginkan. Aamiin. <i>I’ll see you guys later!</i> :)</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-87463427892973304632015-01-28T20:34:00.000+07:002015-01-29T08:31:31.845+07:00Festen (1998) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_yzSfnRL3oe6i0CXi_XOWODZEGvBIBQ5ZAR0GipHgQhbEFqfEh2bPsj3MeJNhKmqaXLQqopGXMVxqnaMEDdzMb5ZqRgl5Q8UPn_HAoZhE4F_hjaHbncARaWKNtc_HXI8eXnDGqEFpFIhi/s1600/The_Celebration_poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_yzSfnRL3oe6i0CXi_XOWODZEGvBIBQ5ZAR0GipHgQhbEFqfEh2bPsj3MeJNhKmqaXLQqopGXMVxqnaMEDdzMb5ZqRgl5Q8UPn_HAoZhE4F_hjaHbncARaWKNtc_HXI8eXnDGqEFpFIhi/s1600/The_Celebration_poster.jpg" height="640" width="432" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di era sekarang, sangat sulit untuk membedakan film yang direkam dengan teknologi digital dan yang direkam dengan teknologi analog, mengingat hampir seluruh bioskop di seluruh dunia sudah mengganti jenis proyektor mereka dengan DCP (Bahasa anak SMA-nya, infocus buat bioskop). Kalau dulu dengan mudah kita bisa melihat gores demi gores dan grain yang bertebaran di sana-sini, sekarang lewat maraknya teknologi digital, film yang direkam dengan rol film pun di konversi menjadi data digital, membuat kecacatan indah penuh kenangan di layar raksasa itu hilang ditelan badak. Membedakan hasil rekaman analog dengan digital di bioskop yang menggunakan DCP itu rasanya seperti melihat gambar di bawah ini:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5n8GRmv0Wp9Aqy3TSISCBnQXDtEhfRMsLjNMImkkqmrekYuS_weyKqZa9CIcs3Iydc_najYJrAjoATGYZkXxDhM0bKMND81jvJ6dDlu9kxErHjFSD9xaNjH01aIMAThJznkzwT04lhY3S/s1600/Bjork,_Debut_album_cover,_1993.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5n8GRmv0Wp9Aqy3TSISCBnQXDtEhfRMsLjNMImkkqmrekYuS_weyKqZa9CIcs3Iydc_najYJrAjoATGYZkXxDhM0bKMND81jvJ6dDlu9kxErHjFSD9xaNjH01aIMAThJznkzwT04lhY3S/s1600/Bjork,_Debut_album_cover,_1993.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Wahai seseorang di cover album debut, apakah kamu Bjork atau Michael Jackson?</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Lewat kemunculan film Collateral tahun 2004 silam, seni media rekam dengan teknologi digital pelan-pelan mulai bisa mengimbangi seni media rekam dengan teknologi analog. Kalau jaman dulu Panavision merajai dunia kamera, maka kini, kamera macam RED, ARRI, dan Canon (Canon khusus untuk filmmaker kelas menengah-menengah ngehe sih, pengecualian untuk Frances Ha), mulai sering muncul di roll credit film-film sekarang. Film dengan proses perekaman digital membuat semuanya jadi lebih murah dan mudah. Tapi kalau kita menengok ke dua dekade silam, teknologi digital merupakan anak haram bagi dunia perfilman. Mengingat kualitas gambarnya yang kasar, noise yang tidak sedap, dan tentu saja, tidak adanya film look. Festen adalah sebuah film yang lahir dari gerakan <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Dogme_95" target="_blank">Dogme 95</a>, sebuah gerakan yang memiliki ideologi di mana sebuah film semestinya berpusat kepada akting, tema dan cerita. Apakah Festen yang memiliki teknis kelas menengah-menengah ngehe dapat membuat memuaskan para penonton yang terbiasa menonton film dengan gambar yang ena-ena? Mari kita telaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdKA6Wbjws6FhC7VkERnZmvmveKTRjBIlKWOmpkj-MT0u8FfaVqxE4bgr4ur1mJa-Ua7Hy9e0OE34CChJMLy8bTBvtcBqCMGRDJ5sb_AMEN_aJn-iHJwEM02y1VF-FX5rgIYYal2G5DPF2/s1600/festen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdKA6Wbjws6FhC7VkERnZmvmveKTRjBIlKWOmpkj-MT0u8FfaVqxE4bgr4ur1mJa-Ua7Hy9e0OE34CChJMLy8bTBvtcBqCMGRDJ5sb_AMEN_aJn-iHJwEM02y1VF-FX5rgIYYal2G5DPF2/s1600/festen.jpg" height="424" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Christian (Ulrich Thomsen), Michael (Thomas Bo Larsen), dan Helene (Paprika Steen) adalah tiga kakak-beradik yang pulang kampung untuk menghadiri ulang tahun ayah mereka, Helge (Henning Mortizen). Tamu-tamu pun mulai berdatangan menuju ke tempat kediaman Helge, meramaikan perayaan ulang tahun Helge yang ke-60. Saat jamuan sedang berlangsung, Christian mendentingkan gelasnya, meminta perhatian seluruh tamu yang hadir, lalu mengatakan sesuatu yang akan merubah perayaan yang semestinya dipenuhi canda tawa menjadi perayaan penuh keheningan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNHMn5sPS4aNU99ZuZHfgMMwkJxghRXn8jfjGa4aq2Z2olyb454beijBtcRLesOSlg2Cf0n6N0fbsH9WsyYGqXd429KkQYOmdXIGNr9vpPeRd1Vj4P6b_6cCm5McWWuKlapd8a0NIug-CH/s1600/35.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNHMn5sPS4aNU99ZuZHfgMMwkJxghRXn8jfjGa4aq2Z2olyb454beijBtcRLesOSlg2Cf0n6N0fbsH9WsyYGqXd429KkQYOmdXIGNr9vpPeRd1Vj4P6b_6cCm5McWWuKlapd8a0NIug-CH/s1600/35.jpg" height="406" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Festen menghantam para penontonnya lewat dialog-dialog yang tajam dan kuat. Mulut saya bahkan sampai melongo 5 menit ketika, salah satu karakternya mengatakan sesuatu yang saya yakini akan membuat setiap orang yang mendengarnya terguncang. Konfrontasi para karakter di rumah terpencil Helge menambah kesan terisolasi dari dunia luar dan feel claustrophobic yang amat terasa. Padahal Festen masuk dalam film berkategori drama, tapi rasa takut dan was-was yang saya dapatkan tidak kalah gilanya seperti ketika saya menonton Dial M For Murder. Akting para karakternya juga memenuhi kodrat yang telah ditentukan oleh si penulis naskah. Tidak ada akting yang terlalu biasa atau terlalu berlebihan, semuanya berhasil menunaikan tugasnya sebagai para karakter yang terjebak di situasi yang membuat dahi mengernyit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4962mpJPojjo_2Yp78sQRwL7TrR2gzT4BUtdfDY5n41e1x1yAgLk474jxOks4h4XB8nuqcLiuua1R7Gi2W7IpQjjOqVx5wHkKcyKcL-QHU3zJxGzmjsTXhADxFH963L_FhcCKPuAlM2NQ/s1600/festen-photos-6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4962mpJPojjo_2Yp78sQRwL7TrR2gzT4BUtdfDY5n41e1x1yAgLk474jxOks4h4XB8nuqcLiuua1R7Gi2W7IpQjjOqVx5wHkKcyKcL-QHU3zJxGzmjsTXhADxFH963L_FhcCKPuAlM2NQ/s1600/festen-photos-6.jpg" height="424" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi teknis, pergerakan kamera dan sudut-sudut pengambilan gambar yang hadir terasa ganjil mengingat 100% gerakan kamera di Festen dilakukan secara handled, tanpa bantuan alat macam steadycam ataupun tripod sama sekali. Tidak sampai membuat pusing dan mual, tapi mungkin akan memunculkan perasaan disorientasi di menit-menit awalnya. Kualitas gambarnya juga termasuk butek khas film-film indie yang direkam dengan camcorder. Tidak ada yang istimewa. Namun usaha Vinterberg merekam seluruh gambar di film ini tanpa menggunakan cahaya artifisial patut dihargai. Untuk tata suara, entah berapa kali suara dan mulut para karakternya tidak pas. Penonton yang memiliki selera FTV sekalipun mungkin akan dengan mudahnya menunjuk kekurangan-kekurangan yang hadir di Festen. Tapi selama kekurangan itu tidak mempengaruhi kontinuitas dan perkembangan cerita, toh tidak masalah bukan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJDp-I5fFSPhy2uBtPJdvm0JQii6D8YM4EliNzFUN4uJ4hN5Z8L2ypiv8lKRh5IB_S9jT41tceuTWYT90UBs8UVKnG3p0V4YoCJPvLNnaShvYdjfd1MuWMcjEAzBCu2JzHgn7c5wyLuaJ/s1600/festen-1998-09-g.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlJDp-I5fFSPhy2uBtPJdvm0JQii6D8YM4EliNzFUN4uJ4hN5Z8L2ypiv8lKRh5IB_S9jT41tceuTWYT90UBs8UVKnG3p0V4YoCJPvLNnaShvYdjfd1MuWMcjEAzBCu2JzHgn7c5wyLuaJ/s1600/festen-1998-09-g.jpg" height="448" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada tempat bagi Stanley Kubrick atau Orson Welles dalam gerakan Dogme 95. Lewat Festen, Thomas Vinterberg membuktikan kalau tidak ada suatu hal apapun yang dapat membatasi pembuatan sebuah film. Film pada hakikatnya adalah gambar bergerak yang bercerita. Selama film bergerak dan bercerita, film, entah itu digital atau analog, fiksi atau dokumenter, animasi 2D atau animasi 3D, hitam putih atau berwarna, anamorphic atau full screen, CGI atau non CGI, Hollywood atau Indie, film tetaplah sebuah film. Film sampai kapanpun akan terus bergerak dan bercerita selama kehidupan terus berjalan. Di tahun 1998, tepat di saat Festen dirilis, untuk waktu yang sangat singkat, Thomas Vinterberg adalah sutradara terbaik di dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5FwCdvdsK874-sOjAphRE3xTIVXP7rZLf4WXxtRY95CO11TCLWtnK91NxMwarIMTdy57e9C59JRe8rnneubm0TQ9p6UuABQ_Fyit4gJ89vYqaYxxG-o-P4AAdDh-cwk7F36IaCWVX6P1q/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5FwCdvdsK874-sOjAphRE3xTIVXP7rZLf4WXxtRY95CO11TCLWtnK91NxMwarIMTdy57e9C59JRe8rnneubm0TQ9p6UuABQ_Fyit4gJ89vYqaYxxG-o-P4AAdDh-cwk7F36IaCWVX6P1q/s1600/roflbot.jpg" height="474" width="640" /></a></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-44801587260715297112015-01-27T21:34:00.000+07:002015-01-29T11:23:45.014+07:00In the Realm of the Senses (1976) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIge5Lpkbjj-OFsg-5mQiBkg5-gqZRZ5Ih3ndVdGo5ZK-5IKNLHWct7eJIun_UMyS7SKOZRyXEixvVvekeCbrdVRu7KjfUruURee9yBg-oE0I8v6mGulMrW8PX8RlZr_iBEk9posQ8kis4/s1600/interstellar-photos-pictures-stills.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIge5Lpkbjj-OFsg-5mQiBkg5-gqZRZ5Ih3ndVdGo5ZK-5IKNLHWct7eJIun_UMyS7SKOZRyXEixvVvekeCbrdVRu7KjfUruURee9yBg-oE0I8v6mGulMrW8PX8RlZr_iBEk9posQ8kis4/s1600/interstellar-photos-pictures-stills.jpg" height="640" width="419" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Saya suka bokep, tapi masih suka merasa 'yuh yih yuh' kalau ada feature film yang menghadirkan adegan seks yang tidak di simulasi. Saat masih berumur 15 tahun, saya mencoba-coba memutar In the Realm of the Senses. Baru beberapa menit, filmnya langsung saya matikan. Bukan karena filmnya terlalu sakit, tapi saya masih merasa belum cukup umur (<strike>padahal bokep jalan terus est. 2007</strike>) untuk menonton film yang dipenuhi dengan desahan-desahan beneran masuk seperti itu. Saya pun berjanji pada diri sendiri, kalau film itu mesti ditonton begitu umur saya menyentuh 18 tahun. 3 tahun kemudian, saya kira saya akan tahan menonton In the realm of the senses, eh ternyata sama saja, perasaan 'yuh yih yuh' tetap dapat dirasakan pada saat adegan kulum-kulum berlangsung. Nonton bokep 3 kali seminggu itu hukumnya Fardu Ain bagi saya, lah kok nonton In the Realm of the Senses tidak kuat ya? Hidup memang penuh kontradiksi.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
In the Realm of the Senses bercerita tentang hubungan seksual Sada Abe (Eiko Matsuda) dengan Kichizo Ishida (Tatsuya Fuji). Ya sudah, ceritanya seperti itu saja. Di sepanjang film penonton diperlihatkan sarang burung Sada Abe yang dihinggapi burung Kichizo Ishida. Anggaplah Sada Abe dan Kichizo Ishida itu seperti Jesse dan Celine dari Before Trilogy, hanya saja dialog-dialog yang manis-unyu-pahit di Before diganti dengan adegan seks yang begitu intens dan disturbing di setiap menitnya. Ya, seperti itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fRa67rHW0RF36wVyjon7hQz0cUYAl-NX3tSvrNtXoWHoxp6O0pKG_5HhR63lqw3FbSGbPoULYvKGL9xXg1U5cxMhNbjJug_ef2tMJgLMSoa3cnDSfY9nx0aY3ZiUS51TSKaEF98AR9oT/s1600/ena-ena.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2fRa67rHW0RF36wVyjon7hQz0cUYAl-NX3tSvrNtXoWHoxp6O0pKG_5HhR63lqw3FbSGbPoULYvKGL9xXg1U5cxMhNbjJug_ef2tMJgLMSoa3cnDSfY9nx0aY3ZiUS51TSKaEF98AR9oT/s1600/ena-ena.jpg" height="384" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ena-ena</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saat saya masih kecil, saya hanya bisa membayangkan orang dewasa melampiaskan hasrat birahinya lewat pelukan dan ciuman, tidak pernah terlintas di kepala saya kalau ada yang namanya <i>coitus interruptus, </i>suatu hal yang selalu Adam lakukan setelah Kain dan Habel lahir demi memenuhi kriteria keluarga berencana. Lalu saat umur saya menginjak 10 tahun, saya coba-coba membuka situs porno karena sudah bosan kampret membuka situs donal bebek wikia. Walhasil bukannya perasaan pemuasan syahwat yang didapat, yang ada malah perasaan merinding-merinding jijik. Melihat gambar-gambar seperti seorang pria sedang mengeluarkan kencing putih ke si perempuan (dan si perempuan tersenyum-senyum lagi, surreal sekali), lalu si perempuan meminum kencing putih itu (sambil tertawa lagi, bangsat sekali memang hih), membuat saya mual. Anehnya, tangan saya tetap meng-klik kanan opsi "next page", berusaha untuk terus menelan informasi yang tabu dan menghilangkan rasa penasaran. Rasa mual, jijik, bercampur aduk menjadi satu. Namun rasa penasaran saya mengalahkan perasaan yang lain. Sejak hari itu, saya pelan-pelan berubah menjadi domba berbulu kampret. 8 tahun kemudian, In the realm of the Senses kembali memberikan perasaan yang persis sama seperti yang saya alami 8 tahun silam. Di saat saya merasa sudah mengerti 100% tentang apa itu seks, Oshima, lewat berbagai macam potongan gambar dan suara yang hadir di film ini, seolah bertanya: "Apakah kamu, benar-benar tahu tentang seks? atau hanya merasa sudah tahu?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR-53rX7hPaY5hpCuYK8vE0hw71TXeanFspQ3_dbj8ivN_yV-lrHjNotyOEZY6AQPkwvB-vFTc3eQsDwHowy3Ogk9Ja2ACJhxTvq3PSx0o5-f23zUbC4U9UZL87PDtl2-AfDDy38R3WlHD/s1600/ena-ena+(02).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR-53rX7hPaY5hpCuYK8vE0hw71TXeanFspQ3_dbj8ivN_yV-lrHjNotyOEZY6AQPkwvB-vFTc3eQsDwHowy3Ogk9Ja2ACJhxTvq3PSx0o5-f23zUbC4U9UZL87PDtl2-AfDDy38R3WlHD/s1600/ena-ena+(02).jpg" height="426" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ena-ena (2)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Nagisa Oshima mendobrak dinding batasan antara porno dengan seni. Bahkan lebih dari itu, Oshima bahkan membuyarkan paradigma setiap penontonnya lewat adegan-adegan yang kelewat berani. Sejauh mana seks dan fetisisme bisa merusak dan menjauhkan seseorang dari dirinya sendiri? Pertanyaan itu terus bergulir sepanjang durasi film ini. Walaupun durasinya termasuk pendek, sebenarnya bila ditonton, pacing-nya akan terasa seperti menunggu Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Mungkin hanya saya saja yang merasa filmnya lama tapi ya apa mau di kata, saya tidak kuat melihat "yang ngeri ngeri" seperti ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLML-aqShfbpUzTcJ3gXmw6qUpOkXO1F_PtlfF9soy8DOeIPFmk6hGcr5k_G7EWrumVKyleXjMlWZ4_iw-a_2Hi5LRt5btOpBXy-b-A_M5OQha_TkIn9bQHAf5VZpEOEwwlReubBeP_pDg/s1600/In+The+Realm+of+the+Senses+(3).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLML-aqShfbpUzTcJ3gXmw6qUpOkXO1F_PtlfF9soy8DOeIPFmk6hGcr5k_G7EWrumVKyleXjMlWZ4_iw-a_2Hi5LRt5btOpBXy-b-A_M5OQha_TkIn9bQHAf5VZpEOEwwlReubBeP_pDg/s1600/In+The+Realm+of+the+Senses+(3).jpg" height="386" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ena-ena (3)</td></tr>
</tbody></table>
Ada salah satu adegan di mana Kichi memasukan sesuatu ke kemaluan Abe. Sontak saya langsung berteriak "ANJING JANGAN DI MASUKIN WOY!" dengan nada yang persis sama seperti saat saya berteriak "JANGAN BUKA FOLDER NARUTO-SASUKE BU!" ke guru Fisika saat saya terjaring razia HP di sekolah. Adegan keplek seperti tidak hanya berlangsung 1-2 kali, tapi ada banyak sampai-sampai saya lupa ada berapa banyak. Klimaks film juga bisa dikatakan sangat faktap sekali. Saking faktapnya sampai-sampai saya jadi kehilangan nafsu bokep selama beberapa hari. Gairah siapapun di dunia ini mungkin akan lumer seketika kalau disuruh mengingat adegan terakhir film ini. Selain direksinya yang begitu hatjep, sinematografi film ini juga tertata dengan begitu rapi. Shooting-nya yang kebanyakan di dalam kamar yang sempit mendukung kesan dunia kecil Abe dan Kichi yang jauh dari dunia luar. Akting Eiko Matsuda yang seperti orang kesetanan juga, bisa dikatakan, layak untuk masuk dalam daftar akting perempuan yang top notch. Gerak liar tubuh Eiko dan suaranya yang begitu mengikat benar-benar berjiwa. Oh iya, ada salah satu shot film ini yang sangat saya sukai. Shot di mana sekumpulan tentara Jepang, berbaris dengan rapi dan bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik. Sementara Kichi, berjalan sendirian melawan arah sekumpulan tentara itu. Berjalan menuju masa depan kelam penuh kemerosotan moral yang menanti dirinya di ujung sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWkBykz3fYfX_D8aHByrLDpKYqp1vZQ0_IIfS5yBQ7CWknP-AmOd9KI-unS5xLDDlH6nCoPpy4dsi4NVoKtFtgZOSK1bBTEybLHTLiyCfcA6X1o5GQxeafrIN0q3H7xVxRpoNDGXqMmaWb/s1600/realm_03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWkBykz3fYfX_D8aHByrLDpKYqp1vZQ0_IIfS5yBQ7CWknP-AmOd9KI-unS5xLDDlH6nCoPpy4dsi4NVoKtFtgZOSK1bBTEybLHTLiyCfcA6X1o5GQxeafrIN0q3H7xVxRpoNDGXqMmaWb/s1600/realm_03.jpg" height="386" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ena-ena (4)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Menonton In the Realm of the Senses serasa seperti kembali menonton bokep pada usia dini. Kita dibuat takjub dan terguncang oleh rentetan adegan seks nan ganjil yang dihadirkan di film ini. Sekilas terlihat tidak nyata, namun nyata karena apa yang dilakukan Sada Abe dan Kichizo Ishida, mungkin juga dilakukan oleh berjuta-juta umat manusia di muka bumi ini. Hanya saja apa yang dilakukan Abe dan Ishida kelewat jauh, begitu jauh sampai-sampai mereka merusak diri mereka satu sama lain, demi mencapai kenikmatan seksual semata. Coba ganti seksnya dengan hal lain, kita ganti 'seks' dengan hal yang universal. Pertanyaannya pun berubah menjadi: Sejauh mana anda mau merusak diri sendiri demi mencapai apa yang anda inginkan, apapun itu? Overall, film ini is a must see.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8vC9qM0k3rTLndDJeqkNtaGGZRoxbTJ-4B5y9ObABlE5pZ2l_VBrhKoJ05r9XMubfup5WXFSih_6pujci3rgq0lbOe8qmsNv4B0aBayaxqIMtVMY3fYIvffioS9cTxOZnGuVztnCTt2v-/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8vC9qM0k3rTLndDJeqkNtaGGZRoxbTJ-4B5y9ObABlE5pZ2l_VBrhKoJ05r9XMubfup5WXFSih_6pujci3rgq0lbOe8qmsNv4B0aBayaxqIMtVMY3fYIvffioS9cTxOZnGuVztnCTt2v-/s1600/roflbot.jpg" height="388" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-3535503258219241692014-12-10T18:15:00.000+07:002014-12-10T18:15:09.723+07:00Exodus: Gods And Kings (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzGpyqtRNQyUHm5wx5GaOSK9yt3duY-GHylxGbXAxkuIY_uYLX6IivzTxUykOwxXFJxQ60YscIRiSyFW8h9fOBZr9ijA7xhCTw0vi1dX06Pm5vkxAXzhz92tw_lZBeT8vBZpc2JSorkdM/s1600/exodus_gods_and_kings_ver7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzGpyqtRNQyUHm5wx5GaOSK9yt3duY-GHylxGbXAxkuIY_uYLX6IivzTxUykOwxXFJxQ60YscIRiSyFW8h9fOBZr9ijA7xhCTw0vi1dX06Pm5vkxAXzhz92tw_lZBeT8vBZpc2JSorkdM/s1600/exodus_gods_and_kings_ver7.jpg" height="640" width="446" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Bukan, ini bukan film tentang kelab malam yang ada di Jakarta itu. Ini tentang seseorang (dan gua berani bilang) yang pasti semua orang tau namanya: Musa. Disutradarai oleh sutradara Gladiator dan Kingdom Of Heaven, Ridley Scott (yang sedang mencoba bangkit setelah 3 film terakhirnya mengecewakan) yang akan menghadirkan kita biopic dari nabi yang paling terkenal ini. Dan apakah film ini berhasil menceritakan kembali kisah epik sang nabi pembelah laut? mari kita cek.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIgvVFgZ0xw-dNcLT1C19Yg6X8FOPM3rDtHqkTqkgpV3EHwhnxCY56qHR8xI-URfjx4HMXK3ChXljUTOSMbQVEZmn7eqbA7FkJ1ArQdP3n1K5fJXdPzUrdw7ght_T_kNUrj-s00w8z2iw/s1600/images+(10).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIgvVFgZ0xw-dNcLT1C19Yg6X8FOPM3rDtHqkTqkgpV3EHwhnxCY56qHR8xI-URfjx4HMXK3ChXljUTOSMbQVEZmn7eqbA7FkJ1ArQdP3n1K5fJXdPzUrdw7ght_T_kNUrj-s00w8z2iw/s1600/images+(10).jpg" height="200" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sama seperti di Batman, ortunya Christian Bale Mati juga disini</td></tr>
</tbody></table>
Sinopsis:<br />
<div>
Di film ini menceritakan saat Mesir sedang jaya-jayanya dan kaum yahudi menjadi budak, hiduplah Musa (Christian Bale) jendral perang firaun yang bersama kakaknya, Rhamses (Joel Egerton) yang setia dan patuh kepada sang firaun alias bapaknya, Seti (John Turturro). Saat berkunjung ke perkampungan para budak, Moses diberitahu oleh seorang penganut yahudi bernama Nun (Ben Kingsley) bahwa dia akan memerdekakan bangsa yahudi dari perbudakan. Dan berita itupun bocor dan Musa diasingkan karena dia mengaku keturunan yahudi. Saat diasingkan dia mendapat peringatan dari tuhan bahwa bencana akan menimpa Rhamses dan antek-anteknya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDbavqMEhPXYuyCnxln5mtylzFGxYtfAcVjAcVXue8eR06OG_nfo639azcBWXc54kJxUJ-5un3c2rYFPy_BOcqj2pABwr2VE6tCRCMtYFGJIx6H8yePjZbtRIJ7mp_-oD6OjvDgxlQmC4/s1600/images+(12).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDbavqMEhPXYuyCnxln5mtylzFGxYtfAcVjAcVXue8eR06OG_nfo639azcBWXc54kJxUJ-5un3c2rYFPy_BOcqj2pABwr2VE6tCRCMtYFGJIx6H8yePjZbtRIJ7mp_-oD6OjvDgxlQmC4/s1600/images+(12).jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Abis jadi batman, Christian Bale jadi Green Arrow sekarang</td></tr>
</tbody></table>
Review:</div>
<div>
Dengan banyaknya penyimpangan kisah Nabi Musa di film ini dengan yang diceritakan guru gua, Ridley Scott tampaknya mencoba menceritakan kembali Kisah Nabi Musa versi dia sendiri (dengan style Hollywood). Bukan tentang seorang anak Firaun Ramses yang menyebarkan dakwah tuhan secara diam-diam, Tapi tentang jendral firaun yang diasingkan dan melakukan pemberontakan bersama kaum budak. Dan bukannya menunjukan bagaimana kekejaman pasukan firaun terhadap para budak, Ridley Scott malah memilih bermain aman dengan fokus ke karakter Musa saja. Karena, siapa yang peduli terhadap Musa karena kita semua tau diakhir film pasti dia akan selamat, tak seperti pengikutnya yang tak jelas nasibnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan tololnya, Ridley Scott lebih memilih cerita bahwa tuhan memberikan azab bagi warga mesir ketimbang menyuruh Musa untuk melakukan pemberontakan besar-besaran. Jadi, buat apa Musa mengumpulkan pasukan kalau tuhan akan memberikan azab untuk mereka tanpa terkecuali. Dan ketika adegan membelah laut muncul, Scott seperti ingin memberikan kisah baru dengan versi hollywood yang sumpah, tolol abis (Sumpah, kalo ada guru agama yang nonton film ini pasti bakal mencekal film ini abis-abisan).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan aktingnya, Christian Bale kayak gak ada ruang buat nunjukin bakatnya di film ini. Scott lebih sibuk bikin azab-azab tuhan (yang untungnya keren). Musa yang harusnya punya aura pemimpin atau penuh dengan quote-qoute epic malah cuma bengong, jalan sana sini, dan marah-marah ke tuhan. Joel Egerton pun terlihat seperti peserta pesta kostum dengan kostum firaun dengan rambutnya yang botak dan muka yang gak ada sangar-sangarnya. Ben Kingsley, Aaron Paul, Sigourney Weaver? lupakan mereka. Mereka tampak seperti cameo doang yang nyaris tanpa dialog sama sekali (bahkan Sigourney Weaver cuma nongol 2 scene doang). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirsjh4W5An2Q4EPf0tixNTbcLGv0W9KAOzg9r0ZRENDFJiXMpMXl_RQRnHxCEwm1tUb2QoWvP2MozFRmS3PFaeCyY1l8gDIk65kXeejOSEiVaahiKRR67nEOD5jIhVRgCS0XrlECvA-bA/s1600/images+(13).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirsjh4W5An2Q4EPf0tixNTbcLGv0W9KAOzg9r0ZRENDFJiXMpMXl_RQRnHxCEwm1tUb2QoWvP2MozFRmS3PFaeCyY1l8gDIk65kXeejOSEiVaahiKRR67nEOD5jIhVRgCS0XrlECvA-bA/s1600/images+(13).jpg" height="224" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kita salah milih main film ini</td></tr>
</tbody></table>
Overall, bahkan Noah pun jauh lebih baik dari film ini. Ridley Scott mungkin lupa, Gladiator yang mengandalkan cerita dan akting tanpa efek macem-macem aja bisa epik. Mungkin sudah saatnya Scott kembali ke genre yang membesarkan namanya: Sci-Fi</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rate: 6,0</div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12044713432920965891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-79694140441044345222014-11-11T17:51:00.002+07:002016-03-27T03:08:00.037+07:00The Look of Silence (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNoWuaLSv7hNnZN-G_xFzaVa5CidlYlvWRjzISboMR0RWYWvWDHgwLJIhICAYaNAt-gYBdzCKzbDeoaEC5LFdGayi9DtfaZdxV-BTBd1q6E9asAyfrF2GhEbpIxgx4vYGhxewuELJSC4F/s1600/the_look_of_silence_1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNoWuaLSv7hNnZN-G_xFzaVa5CidlYlvWRjzISboMR0RWYWvWDHgwLJIhICAYaNAt-gYBdzCKzbDeoaEC5LFdGayi9DtfaZdxV-BTBd1q6E9asAyfrF2GhEbpIxgx4vYGhxewuELJSC4F/s640/the_look_of_silence_1.png" width="450" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bila <i>The Act of Killing</i> (<i>Jagal</i>) bercerita tentang upaya pembenaran diri sendiri demi kebenaran semu, maka <i>The Look of Silence</i> (Yang setelah ini akan saya sebut dengan "<i>Senyap") </i>bercerita tentang usaha rekonsiliasi demi berdamai dengan masa lalu. Tidak tepat jika menyebut <i>Senyap</i> adalah sekuel langsung <i>Jagal</i>, karena menurut hemat saya, sebutan antonim ketimbang sekuel adalah julukan yang lebih tepat untuk <i>Senyap</i>, Kenapa? Karena <i>Jagal </i>berbicara dengan nada bangga yang didasari oleh kekejian masa lampau, sementara <i>Senyap</i> berbicara dengan nada lirih, yang dibangun oleh rasa duka dan kepahitan selama bertahun-tahun.</div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Adi Rukun adalah seorang dokter kacamata. Sehari-harinya ia pergi ke rumah para pasiennya, memasangkan lensa, dan bertanya: <i>"apakah sudah terang atau belum?"</i>.<i> </i>Adi lahir pada tahun 1968, dua tahun setelah kakaknya, Ramli, meninggal. Ibu Adi berkata kepadanya bahwa Adi adalah pengganti Ramli, sebuah penghiburan yang diberikan Tuhan kepada Ibu yang kehilangan anaknya. Adi, yang belum pernah bertemu dengan kakaknya pun mencari tahu siapa para pelaku pembunuh kakaknya, mengharapkan jawaban "maaf" dari para pelaku yang sudah mencabut nyawa kakaknya. Adi pun memulai perjalanannya, mengoyak luka lama dengan cara berkonfrontasi dengan para pelaku, demi mencapai sebuah perdamaian yang hakiki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg38w3u5IRlqtEyDWQZmduh5-bopmdOrRJULTVwgwftS_JgwdJXcvCZdyQ7fFOwBZNrAonxrPwQexVVELqWe-558gQlQfbcRbBAT1NPCw0h4qGInOjc0qpiAPZxRcAD7Zqsudyz3jCeqFWL/s1600/The_Look_of_Silence.Still.Adi.Photo_Lars_Skree+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg38w3u5IRlqtEyDWQZmduh5-bopmdOrRJULTVwgwftS_JgwdJXcvCZdyQ7fFOwBZNrAonxrPwQexVVELqWe-558gQlQfbcRbBAT1NPCw0h4qGInOjc0qpiAPZxRcAD7Zqsudyz3jCeqFWL/s640/The_Look_of_Silence.Still.Adi.Photo_Lars_Skree+(1).jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sejatinya, lebih sulit untuk menerima maaf ketimbang meminta maaf. Raut wajah Adi yang getir saat ia menyaksikan para pembunuh yang dengan bangga memperagakan pembunuhan para anggota PKI sudah menggambarkan suasana hati Adi yang berkecamuk: ia marah, sedih, dan kesal. Berkali-kali kamera menyorot wajah Adi yang gusar dan kecewa saat ia menyaksikan para pelaku bercerita sambil tertawa. Terlebih lagi di dalam satu adegan, di mana ada yang berkata: <i>"saya potong payudaranya, baru lehernya." </i>Tidak hanya Adi yang terluka saat mendengar perkataan itu, saya pun ikut terluka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn4H8ziJ3cSNPyty83yHjDV6erGsCPXOOINLXaRw7jeraHGxvm7Zz4AfuvwPEOMwbRPlZBsLyiO3NYAXqzZZDCtUYJdBswvHIq0L1fDwx_S8JauO04kW31LbT704Oqfl-4ZlM_I_xCi2wU/s1600/the_look_of_silence_a_l.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn4H8ziJ3cSNPyty83yHjDV6erGsCPXOOINLXaRw7jeraHGxvm7Zz4AfuvwPEOMwbRPlZBsLyiO3NYAXqzZZDCtUYJdBswvHIq0L1fDwx_S8JauO04kW31LbT704Oqfl-4ZlM_I_xCi2wU/s640/the_look_of_silence_a_l.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>Senyap</i> makin menegangkan saat Adi berkonfrontasi dengan para pelaku yang bertanggung jawab dibalik insiden pembunuhan kakaknya. Para pelaku bercerita tentang betapa bangganya mereka melibas para anggota PKI kepada Adi, betapa mulianya tindakan mereka, dan betapa mereka merasa pantas untuk mendapatkan sebuah piagam penghargaan atas kerja keras yang mereka lakukan. Namun semua berubah drastis saat Adi berkata: </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><i>"Saya adik Ramli, adik orang yang kalian bunuh."</i></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak raut wajah para pelaku berubah dan mereka pun mencari-cari alasan. Berdalih kalau mereka tidak bertanggung jawab atas hilangnya nyawa kakaknya, berdalih kalau mereka melakukan kewajiban negara, berdalih kalau mereka memberantas para kaum yang tidak beragama. Sementara saat mereka terus berdalih, Adi hanya memperhatikan mereka dengan tatapan kecewa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw2bbqe-06yQfVyw2eHcLEXXnI9nIEr0OUlOLr9TI-KsIFbZZ-IVgL5bSNHnHhzCcbF2Za5wXdYIk-I3nHbGY0fFU2hawyQQOl29OUXXHtIf_S6rbIM9UZWx6p4lX37OgMQ_R05Zj0dMYD/s1600/5ff51811-88cc-4685-9330-6b07142d6d2f-460x276.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw2bbqe-06yQfVyw2eHcLEXXnI9nIEr0OUlOLr9TI-KsIFbZZ-IVgL5bSNHnHhzCcbF2Za5wXdYIk-I3nHbGY0fFU2hawyQQOl29OUXXHtIf_S6rbIM9UZWx6p4lX37OgMQ_R05Zj0dMYD/s640/5ff51811-88cc-4685-9330-6b07142d6d2f-460x276.jpeg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>Senyap</i> bisa membuat penonton terhubung langsung dengan filmnya karena senyap lebih<i> personal </i>dan <i>relatable</i> daripada <i>Jagal</i>. S<i>enyap </i>juga didukung dengan visual yang begitu kelam dan tajam. Berbanding terbalik dengan <i>Jagal</i> yang kasar dan <i>surreal.</i> Membuat <i>Senyap</i> tidak bisa dibilang lebih baik atau lebih jelek dibanding <i>Jagal</i>, namun setara karena pada akhirnya, saya merasa kalau <i>Senyap</i> dan <i>Jagal </i>adalah sebuah satu kesatuan yang berlawanan<i>. </i>Mereka hidup berdampingan, dalam dua kubu yang berbeda.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi59g1CGcR4WiMCsklyC6OiFkVP9icmc8LBDAZdD-ALykiw06SwdeJaEC4Y9fKOdsuCOoN_h8AaLFMPVm7RKQ6Ka3BiNohOuSzFjWBrZgx7F6SzUuij1mOexgBymAOIyqLn9wwlKFoFmOPh/s1600/bf4b7f0291dc421b80e4972eedcd6114.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi59g1CGcR4WiMCsklyC6OiFkVP9icmc8LBDAZdD-ALykiw06SwdeJaEC4Y9fKOdsuCOoN_h8AaLFMPVm7RKQ6Ka3BiNohOuSzFjWBrZgx7F6SzUuij1mOexgBymAOIyqLn9wwlKFoFmOPh/s640/bf4b7f0291dc421b80e4972eedcd6114.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tidak ada nilai yang bisa saya berikan untuk <i>Senyap.</i> Yang bisa saya berikan untuk <i>Senyap </i>hanyalah tepuk tangan tanpa henti kepada semua orang yang turut bekerja dalam pembuatan film ini, terlebih lagi kepada Adi Rukun. Apa yang sudah Adi lakukan adalah sebuah tindakan berani yang membuka mata setiap orang yang menontonnya. Tatapan mata Adi yang tajam dan yakin di sepanjang film seolah-olah mengatakan bahwa apa yang sudah berlalu tidak bisa berlalu begitu saja. Apa yang berlalu mesti dipertanyakan, apa yang berlalu mesti dipertanggungjawabkan, dan apa yang berlalu tidak bisa begitu saja dilupakan. Lewat <i>Senyap</i>, Adi mengajak kita untuk berdiri berdampingan, lalu meneriakan suara kebenaran dengan lantang dan berani, bersama-sama, memecah kesenyapan.</div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-35079724099630768342014-11-10T07:02:00.001+07:002014-11-10T09:33:18.579+07:00Interstellar (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIP5eZCX81-TJH44bRQOTXKx62CMeisSRrxxhy_93QS8VZM7Npzy1zgTVZ_WZtL21jaY6eEju_xz7gz-5dbx6Wj2RQPdR1VnCcLFoy-LJJ3I4tXnjL5mtaUgJ3GWOt7fQ99pGCtcPfSbeh/s1600/interstellar-photos-pictures-stills.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIP5eZCX81-TJH44bRQOTXKx62CMeisSRrxxhy_93QS8VZM7Npzy1zgTVZ_WZtL21jaY6eEju_xz7gz-5dbx6Wj2RQPdR1VnCcLFoy-LJJ3I4tXnjL5mtaUgJ3GWOt7fQ99pGCtcPfSbeh/s1600/interstellar-photos-pictures-stills.jpg" height="640" width="448" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Akhirnya film yang ditunggu-tunggu telah tiba....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Saya, beserta Nayaka, Nasha, dan Julio, sepakat untuk tidak mereview film ini. Karena menurut kami, semakin sedikit anda tahu tentang INTERSTELLAR, maka semakin syahdu pula pengalaman anda menonton sebuah film yang layak disejajarkan dengan 2001: ASO.</div>
<div style="text-align: center;">
(Pengecualian untuk Julio yang merasa Inter masih dibawah 2001: ASO, sementara saya merasa Inter sudah on par dengan karya Kubrick yang edan itu)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Yang bisa saya katakan hanyalah:</div>
<div style="text-align: center;">
<b>You have to see it to believe it.</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">Timothy: 9 out of 10</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">Nayaka: 9.5 out of 10</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">Nasha: 9.8 out of 10</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">Julio: 9 out of 10</span></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-51630089594352081852014-10-31T00:16:00.000+07:002014-10-31T00:16:44.537+07:00John Wick (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgicFEo0Nd8Wd8vZPYOp0bxrK-6SWu_t-jWiOC9h-GFjEKfcQ4_0JSD1DUncwbfMhmkKhhE3KKhVYgwjtv2vJJzlCSrsWLZ6GxXAqC5jIhdQUuNNOAI9D2CMlBOruOGaiVR20tQAqc48R_Q/s1600/john_wick_ver3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgicFEo0Nd8Wd8vZPYOp0bxrK-6SWu_t-jWiOC9h-GFjEKfcQ4_0JSD1DUncwbfMhmkKhhE3KKhVYgwjtv2vJJzlCSrsWLZ6GxXAqC5jIhdQUuNNOAI9D2CMlBOruOGaiVR20tQAqc48R_Q/s1600/john_wick_ver3.jpg" height="640" width="425" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Film action Hollywood akhir2 ini entah kenapa menjadi membosankan dan bikin gw miris ngeliatnya. Nengok2 ke belakang, kita bisa melihat Taken, Jack Ryan, dan film2 action Hollywood lainnya tampil begitu sopan dan ga ada taringnya. Maret kemarin, Lewat The Raid 2: Berandal yang tampil dengan begitu brutal dan menawan, Gareth Evans, beserta kru2 filmnya seolah2 mengatakan:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"FUCK YOU HOLLYWOOD, OGUT BISA BIKIN PILEM EKSYEN EPIK DENGAN BUDGET 50 M DOANG, YU ORANG HOLLYWOOD BISA BIKIN APE DENGAN DUIT SEGITU? PILEM PENDEK?". </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dengan budget 50 M, mereka bisa bikin orang2 Hollywood menangis dan bikin audiens Internasional tercengang karena Evans bisa bikin sebuah dunia heightened reality yang sukar dipercaya but believable, plus, karakter2 ajaib yang saling tukar nyawa di dalamnya, dengan budget 'seadanya'. Buat yang ngerasa budget 50 M itu mahal, mahal ya kalau untuk ukuran pilem Indo. Buat Hollywood, 50 M mah seiprit, Taken 2 aja yang sebegitu doang abis 450 M, 9 x lipat dari budget The Raid 2, nah lo. But ripiu ini ga bakal ngebahas budget The Raid 2, ato Jack Ryan tai kemaren, but ripiu ini akan ngebahas John Wick, sebuah film yang menandai bangkitnya film action Hollywood yang brutal, epic, dan bikin gw terkesima.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Cerita John Wick itu kayak begini:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
1. John Wick punya bini, bininya meninggal, John Wick sedih.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
2. Pas bininya udah meninggal, bini John ngasih anjing ke dia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
3. Anjing ini menghibur hati John yang ditinggal bininya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
4. Suatu waktu, ada maling masuk rumah John Wick. Mobil Wick dicuri, dan here's the worst part:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Anjing John Wick juga dibunuh ama maling.</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
5. John Wick marah karena anjingnya dibunuh, and here comes another worst part:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>John Wick menuntut balas dendam. Ia kembali ke dunia lamanya sebagai seorang pembunuh profesional, dam memburu orang yang membunuh anjingnya.</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
WHAT THE FUCK?! JOHN WICK MEMPERTARUHKAN NYAWANYA, DEMI HARGA DIRI SEEKOR ANJING?! </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
ANJING?!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
WHAT THE FUCK?!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>WHAT</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>THE</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>FUCK</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>DEMI ANJING?!</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Yha, di atas kertas mungkin cerita John Wick itu konyol dan goblok banget. Lu kalo nonton pilem dengan tema revenge, I Saw The Devil ato The Bad Sleep Well misalnya, alasan mereka melakukan balas dendam itu bener2 bisa penonton rasain. 2 film yang gw sebutin barusan bisa membuat penonton merasakan agony yang para karakternya derita, sehingga pas protagonistnya melakukan tindakan outlaw, penonton udah "YHA GO ON, SAYA MENDUKUNGMU BALAS DENDAM!". Di John Wick, elu dihadapkan sama seorang pria paruh baya yang mau memburu orang gegara anjingnya dibunuh. Motifnya believable? NOPE, but fuck it, who gives a fuck with believable or not when a movie can give you a great gunplay action sequences since the golden age of John Woo!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqshcZ4xbJ8h8LsfJgIWwP6L146ONsrcimz4u1p5KKraJ_M1hDVzszTA1kAaJ4i4H8G-Vkl6p9uTR2maAZwiPxpq1bLwb3cg7bGyMwJ_pi-g60DrwG1cqIgmD-sCLL6LSEnTXK9rdaIp8U/s1600/john-wick-dog-keanu1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqshcZ4xbJ8h8LsfJgIWwP6L146ONsrcimz4u1p5KKraJ_M1hDVzszTA1kAaJ4i4H8G-Vkl6p9uTR2maAZwiPxpq1bLwb3cg7bGyMwJ_pi-g60DrwG1cqIgmD-sCLL6LSEnTXK9rdaIp8U/s1600/john-wick-dog-keanu1.jpg" height="448" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Poin plus film ini terletak pada adegan action yang belum pernah gw bayangkan sebelumnya. Kalo mau ditanding sama The Raid, jelas beda. When The Raid fokus terhadap martial arts, John Wick lebih fokus ke gunplay jarak dekat dan CQC (Close Quarter Combat). Gunplay yang gw liat di John Wick itu bener2 mengembalikan kejayaan era2 film action yang dipenuhi oleh gunplay fantastis kayak film2 John Woo. Nih salah satu contoh dari masterpiece-nya Woo, THE KILLER!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/megvxCzqLhA" width="459"></iframe><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Misalnya elu demen The Bourne Trilogy (Legacy is a shit-hole anyway), tapi elu pusing sama gerakan kamera Greengrass, siap2 aja demen sama John Wick karena Wick bakal ngasih lu sebuah pertunjukan gunplay + CQC nan brutal dengan gerakan kamera yang halus. Lu bisa ngeliat Reeves nge-hit tiap lawan2nya kayak Damon nge-hit lawan2nya dengan lebih jelas dan tanpa perlu pusing. Gunplay yang bener2 digarap dengan stylish ini juga bakal ngebuat elu jadi makin lengket sama kursi tempat duduk elu. Ditambah tingkat kekerasan film ini yang makin lama makin naek karena disokong oleh editing yang halus dan musik Tyler Bates, John Wick ini udah kayak mimpi basah para moviebuff yang pengen film action yang bener2 LAKI.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Koreografi Reeves di sini bener2 pantas mendapatkan standing applause. The way dia jungkir balik terus ngeluarin pistol dan ngehit musuh2nya tanpa menye2 itu nge-resemblance CHOW YUN-FAT yang jadi dewa di Hongkong sono. Para aktor2 pendukungnya pun juga berhasil melengkapi dominasi Reeves di film ini. Willem Dafoe tampil dengan cara yang misterius dan sangat keyen, terus ada Alfie Allen yang ga di Game of Thrones ga di sini mukanya sama2 minta di tabok, lalu ada Adrianne Palicki yang jadi femme fatale dan Lance Reddick yang ngocol. Dari segi jajaran cast, meskipun ceritanya fokus ke John Wick, tapi sinergi antar pemain pendukung berhasil menjadi tulang punggung cerita ini, membuat universe John Wick jadi kerasa makin gede dan luas berkat dukungan para supporting cast-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5cKcyppzHhkRbrZYTHpO4bvuFobWEQh27RVttP7TzK_7Q6eSLiX4IOoCHE2q_Dgc2-cidRfd3cj9RgOJL7Hzbe2HQsfEPUTZUQifAahHuPbv43KG_jr2rYyENKAYQehpom1ikQW61Z5Kz/s1600/alfie-allen__130920042447-275x405.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5cKcyppzHhkRbrZYTHpO4bvuFobWEQh27RVttP7TzK_7Q6eSLiX4IOoCHE2q_Dgc2-cidRfd3cj9RgOJL7Hzbe2HQsfEPUTZUQifAahHuPbv43KG_jr2rYyENKAYQehpom1ikQW61Z5Kz/s1600/alfie-allen__130920042447-275x405.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Si bangsat dari Game of Thrones juga nongol di sini gaes.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kekurangan dari film ini terletak pada klimaks beserta endingnya. Ibaratnya gw dikasih berbagai macam adegan2 yang gila tapi diakhiri dengan penutup yang rata dan datar, rasanya jadi begimana gitu. Penulis naskahnya kayaknya terlalu puas dengan apa yang dia tulis di awal dan pertengahan sampe2 dia lupa kalo film yang bagus itu mesti diakhiri dengan ending yang mengguncang dan rewarding, bukan ending yang hah heh hah heh tau2 abis, duh,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkPXBnyF43-DfqO0nTyRvS1gHgYj-EqMQd_9C9JjNMt4N65EZ438OERPWFg2arpoS-HQNTp4A5jKMoy8ntjAzQKYcKT4x6ac2mlELh0_SQ3JNjRhN2tny1MGsi_zUPGCS05zOwzVpxSyGq/s1600/hr_John_Wick_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkPXBnyF43-DfqO0nTyRvS1gHgYj-EqMQd_9C9JjNMt4N65EZ438OERPWFg2arpoS-HQNTp4A5jKMoy8ntjAzQKYcKT4x6ac2mlELh0_SQ3JNjRhN2tny1MGsi_zUPGCS05zOwzVpxSyGq/s1600/hr_John_Wick_1.jpg" height="426" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">WOOOOO, WE HALFWAY THEEEEERE, WOOOOO, LIVING ON A PRAAAYEEER! TAKE MY HAND AND.....AND....and apa yha? gw lupa liriknya...<br />*Fans Bon Jovi gadungan*</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya kalau gw nonton film, gw ga pernah mau ngarepin tuh film ada sekuelnya, soalnya 80% sekuel film itu kesannya maksa, imbasnya ntar ke cerita dan segala macam tetek bengek. Tapi lain kayak kasusnya John Wick. Pas credit title-nya nongol, gw ga pengen John Wick sampe di sini aja. Gw pengen ada John Wick 2, John Wick 3, sampai John Wick 10 juga kalo bisa gw pengen, why? Karena John Wick itu saking kerennya sayang banget dibuang kalo cuma dibikin 1 film, mana masih banyak lagi karakter2 lain + side story + setting lain yang masih bisa di eksplor, duh, gw mau doa puasa 40 hari dulu dah biar John Wick dibikinin sekuelnya.... #TeamJohnWick</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-TSRCHLIaA5F2_F1ransuBhEj-TPilfz1P_i18a5_AjRZyhBBDA05SrFb22Sa4iball2-gMFdeiTovukKbm-jZm-o5ZkqW1wiYv3WcxNcu6L1iIuXkyiHrCFjVggtc1j-IRZkrFFJJgqW/s1600/roflbot+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-TSRCHLIaA5F2_F1ransuBhEj-TPilfz1P_i18a5_AjRZyhBBDA05SrFb22Sa4iball2-gMFdeiTovukKbm-jZm-o5ZkqW1wiYv3WcxNcu6L1iIuXkyiHrCFjVggtc1j-IRZkrFFJJgqW/s1600/roflbot+(1).jpg" height="348" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
PS; INTERSTELLAR TANGGAL 7 NOVEMBER TEMAN-TEMAN. JANGAN LUPA, IN NOLAN WE TRUST!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-19244663945895096162014-10-25T10:08:00.001+07:002014-10-27T21:05:50.605+07:00Pengabdi Setan (1980) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDtbCsdFe0rjQN1tGLDzvBjo0gvwn_xEZ2IbHfthNkjGUc1ZEe8ZwW4wBqEkUJAdDFnQ_ZUNufJb_XAy8vv0RVER21mWWyA2eljML-YsHP5lTSBJSfRyjKnqGWWxbgISbaJfLcq9Y5sJc/s1600/001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDtbCsdFe0rjQN1tGLDzvBjo0gvwn_xEZ2IbHfthNkjGUc1ZEe8ZwW4wBqEkUJAdDFnQ_ZUNufJb_XAy8vv0RVER21mWWyA2eljML-YsHP5lTSBJSfRyjKnqGWWxbgISbaJfLcq9Y5sJc/s1600/001.jpg" height="640" width="444" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
“SYETDAAAAAH AH barusan gue nonton film kea begini amat sih ya
Allah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
*langsung komat-kamit baca istighfar*.” </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Begitulah reaksi gue ketika lagi nonton film Pengabdi Setan
untuk pertama kalinya. Buat orang-orang yang besar di era 80-an, rata-rata mungkin udah pada tau film bergenre horor ini. Nah bagi yang belum mafhum, film Pengabdi
Setan arahan sutradara Sisworo Gautama Putra yang dirilis tahun 1980 ini, duduk
setara dengan film-film Indonesia lain dengan cita rasa <i>cult</i> seperti Sundel Bolong nya Sisworo juga, Lady Terminator dan
Leak nya Tjut Djalil, dan Perawan di Sarang Sindikat nya Ackyl Anwari. Karena
menyandang predikat film <i>cult</i> dan
bisa dibilang udah <i>go international</i>
pada masanya, film ini banyak diincar oleh kolektor film dari dalam maupun luar
negeri. Gue pribadi pun sebenernya udah kepengen nonton film ini dari tahun
lalu, sampai akhirnya mz Joko Anwar di <a href="https://twitter.com/jokoanwar/status/524889901993439232/photo/1">Twitternya</a> bilang kalo film ini adalah film
horor Indonesia favoritnya. Akhirnya gue pun jadi menyegerakan diri untuk
nonton film ini, saking penasarannya.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Film ini menceritakan tentang potret sebuah keluarga yang
jauh dari ajaran agama mereka, alias mereka ini keluarga islam KTP. Sang bapak
yang <i>workaholic</i>, Hendarto (W.D.
Mochtar) dan anak-anaknya yaitu Rita (Siska Karebety) dan Tommy (Fachrul Rozy),
terpukul atas kematian istri dan ibu mereka. Pada malam tahlilan, Tommy melihat
arwah ibunya gentayangan di luar jendela ketika ia tiba-tiba terbangun pada
tengah malam. Hal itu membuat Tommy jadi tambah galau <s>kayak anaknya Jokowi</s>.
Atas saran temen-temennya, Tommy pun ngedatengin seorang peramal (Ruth
Pelupessy) untuk dibacakan nasibnya yang akan datang. Sang peramal pun berkata
bahwa hidup Tommy dan keluarganya akan ada di ambang kehancuran, sehingga Tommy
disuruh untuk belajar ilmu hitam. Si Tommy pun ternyata beneran belajar ilmu
hitam, sampai akhirnya dia dilarang untuk belajar ilmu hitam oleh ayahnya
karena Tommy jadi sering mimpi buruk, dan disarankan untuk rajin ibadah oleh pembantu
keluarga Hendarto yang sudah sakit-sakitan bernama Pak Karto (HIM Damsyik).</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Beda lagi cerita tentang kakaknya Tommy, yaitu si Rita.
Bukannya lebih mending dari adeknya, kirim-kirim doa gitu kek ke ibunya, dia
malah mau-mau aja pas diajak <i>disco</i> sama pacarnya yaitu Herman. Tapi si Rita pun sering
bercerita ke Herman kalo suasana rumahnya jadi gak enak sejak ibunya meninggal. Lantas Herman pun
menyarankan Rita agar ia memanggil dukun ke rumahnya agar hantu-hantu yang
gentayangan di rumah Rita bisa pergi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTkIBE6wQ2wj0BOHxglp33PzSF7islSZsU2TcRorESZM7Fkjdy6QF7qFwc1CplaPPErP_FFEvhweC8szFOtshQy9oY9ZHS7cDfppS6SHidtvCS7F8lYEZ54BIajVkf5Cqs65PuHIpSQEA/s1600/Satan_Slave_002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTkIBE6wQ2wj0BOHxglp33PzSF7islSZsU2TcRorESZM7Fkjdy6QF7qFwc1CplaPPErP_FFEvhweC8szFOtshQy9oY9ZHS7cDfppS6SHidtvCS7F8lYEZ54BIajVkf5Cqs65PuHIpSQEA/s1600/Satan_Slave_002.jpg" height="190" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suatu hari, rekan bisnis Hendarto menawarkan Hendarto untuk
memakai jasa pembantu rumah tangga, karena takut kalo suasana rumah Hendarto
jadi tambah gak kondusif setelah istri Hendarto meninggal. Hendarto pun
akhirnya setuju untuk mempekerjakan seorang pembantu, yaitu Darminah (yak, si
Ruth Pelupessy lagi). Kehadiran Darminah pun membawa serentetan
kejadian-kejadian aneh bin ngeri di rumah keluarga Hendarto.<br />
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv8O46N1gpnpClsODj87eddyodK-HuvG0y5VNukUxmFmKeBNY1EBmAoJxHTXUaIS93rTQ4XhwYR7m9IYanEud83Srv6ujZuaItz-V72tAnX1-vQR4Qke0U2QlmFekXsWx3EQTN5WsrLWQ/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv8O46N1gpnpClsODj87eddyodK-HuvG0y5VNukUxmFmKeBNY1EBmAoJxHTXUaIS93rTQ4XhwYR7m9IYanEud83Srv6ujZuaItz-V72tAnX1-vQR4Qke0U2QlmFekXsWx3EQTN5WsrLWQ/s1600/6.jpg" height="326" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sungguh ekspresyong yang expression sekali dari mb Rita.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br />
Pengabdi Setan ini bisa dibilang mengusung tema horor dan dakwah. Kenapa bisa gue sebut ada unsur dakwahnya? Kalo kalian nonton film
ini, kalian lambat laun bakal sadar kalo film ini emang sarat akan ajaran agama
sih, terutama ajaran agama Islam. Dimulai dari pemakaman secara Islam dan
pengajian di acara tahlilan, bahkan sampe ada baca ayat kursi juga. Pesan-pesan
ajaran agama yang tersirat itu dikemas dalam bumbu horor yang lumayan nampol
bagi gue. Kalo lo adalah orang yang butuh ditakut-takutin dulu akan setan atau
situasi di neraka sebelum memulai ibadah, mungkin dengan nonton film ini terus baca komik-komik Siksa Neraka yang biasanya dijual didepan sekulaan, duo maut
itu bisa bikin lo seketika jadi ahli ibadah se-RT/RW. Subhanalloft.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi film ini juga gak lepas dari kekurangan dalam segi
teknis. Banyak <i>plot holes</i> di sana
sini. Adegan kematian Pak Karto kurang bisa dijelaskan secara mendetail oleh
sutradara, mungkin akan lebih ngeri ngeri syedap jika adegan tersebut bisa
berlanjut sampai ke penyebab utama Pak Karto bisa meninggal dengan cara seperti
‘itu’. Ada yang aneh juga ketika adegan dimana Herman yang naik motor, tiba-tiba helmnya jadi
beda bentuk gitu. Selain itu, adegan pas si Tommy nyolok perut Pak Karto versi
zombie, sukses bikin gue ngomong “ANJRET DAAAH BISA MEJRET GITU”
kenceng-kenceng. Tapi menurut gue, <i>scene</i> yang paling wakwaw dari film ini adalah ketika Tommy lagi mau nyoba belajar shalat, dan tiba-tiba arwah ibunya gentayangan sambil mecahin jendela kamar Tommy dan ngomong "HENTIKAN ITUUU, HENTIKAAAAN." <i>Ending</i> film ini juga sempet bikin gue <i>speechless</i>. Nggilani emang ni film atu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjESF3h2J6oUon16a1XwI2Fe8VrrNhigsXmSrMadShC4rgtr9nkyvEoAQOogRXezmFhjm4k2rrPupn6XhBBqWx2mjwr_KBPvPLlGiGl2CivGHqCKViWzLtM7wO41aXsWp8p30fFUyMf_0w/s1600/vlcsnap-2011-10-27-21h25m31s238.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjESF3h2J6oUon16a1XwI2Fe8VrrNhigsXmSrMadShC4rgtr9nkyvEoAQOogRXezmFhjm4k2rrPupn6XhBBqWx2mjwr_KBPvPLlGiGl2CivGHqCKViWzLtM7wO41aXsWp8p30fFUyMf_0w/s1600/vlcsnap-2011-10-27-21h25m31s238.jpg" height="190" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan kalian juga pasti tau sendiri kalo tahun 80-an itu
segala sesuatu belum secanggih zaman sekarang, hal itu juga otomatis berimbas
ke dunia perfilman. Bisa dibilang film ini kualitasnya rada <i>crappy </i>dari segi sinematografi, tapi di
satu sisi, kualitas film yang rada <i>crappy</i>
ini lah yang menjadi daya tarik sekaligus melipatgandakan nuansa serem di film
ini.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Soal <i>acting</i> para <i>casts</i> nya, gue mau kasih <i>two thumbs up</i> buat Ruth Pelupessy.
Biasanya gue ngeliat dia di film Sabar Dulu Dong nya Warkop, tapi kali ini gue ngeliat dia di film
horor. <i>To be honest</i>, tiap si Darminah
nongol (padahal cuman diem dan senyam-senyum doang), gue udah ngeri sendiri,
apalagi sama ekspresi komuknya. Intinya, Ruth Pelupessy ini bener-bener jadi
bintang utama di film ini menurut gue. Dan buat gue, tampang horornya itu
setara sama tampang horornya Suzanna. Untuk <i>casts</i> yang lain, menurut gue <i>chemistry</i>
antara Hendarto-Tommy-Rita masih kurang greget sih. <i>Acting</i> HIM Damsyik jadi Pak Karto yang sakit-sakitan menurut gue
cukup sih, gue entah kenapa sering dibuat simpati ama karakter Pak Karto ini.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw08RYE7Bi6oafHbnc0f3Yr20J1N3WAhyphenhyphenHF28KTGQH0UtgOPejjqz5ji0hCIRcAILtncWBEBXnf930QkOavjN2wAGne95IfoLMw6-RJ3rrdEXBN26FOyC4FSY6nV3KHoWlwQf-zIuI-pA/s1600/PengabdiSetanBack.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw08RYE7Bi6oafHbnc0f3Yr20J1N3WAhyphenhyphenHF28KTGQH0UtgOPejjqz5ji0hCIRcAILtncWBEBXnf930QkOavjN2wAGne95IfoLMw6-RJ3rrdEXBN26FOyC4FSY6nV3KHoWlwQf-zIuI-pA/s1600/PengabdiSetanBack.jpg" height="200" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i>Overall</i>, film ini
emang pantes sih untuk dapet predikat film <i>cult</i>.
Sutradaranya pun menurut gue juga cukup berhasil membuat film horor dengan
selipan ajaran Islam disitu. Dengan membawa pesan moral bahwa setan itu bisa
ngeganggu kita kapanpun dan dimanapun kalo kita lemah imannya, gue pun juga
setuju dengan perkataan mz Joko Anwar di Twitter nya, bahwa film Pengabdi Setan
ini termasuk film horor Indonesia yang terseram sampai sekarang.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6qN6YJCG6YKUxqAzDieN7aLi1UYXmS6V7goL8rFrccPHRvt6O82hexkZtZDvNkzv1xFbLEPDn4NaSwa4B95rnWNAaugtOALRT6Ag8nWa0UopsK3sIUoML3t0Gs5P_0DYHgSrvaeysF5Q/s1600/pengabdi-setan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6qN6YJCG6YKUxqAzDieN7aLi1UYXmS6V7goL8rFrccPHRvt6O82hexkZtZDvNkzv1xFbLEPDn4NaSwa4B95rnWNAaugtOALRT6Ag8nWa0UopsK3sIUoML3t0Gs5P_0DYHgSrvaeysF5Q/s1600/pengabdi-setan.jpg" height="268" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-82969916443520533972014-10-21T12:43:00.000+07:002014-10-21T12:43:50.315+07:00Left Behind (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwz5Tib9j-KHH6F6l4Tj5sdMD6LNuV-KC8074x9ek23RRVVbceOHblHb0AqmDyy_0p4n_YO2D0vQbBBA5SqjnbniLx8d7V3z1CNIOhXoqxRuWpTtllYCwJRo93fbFnAcpptyvY3TbFxNv/s1600/hr_Left_Behind_3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwz5Tib9j-KHH6F6l4Tj5sdMD6LNuV-KC8074x9ek23RRVVbceOHblHb0AqmDyy_0p4n_YO2D0vQbBBA5SqjnbniLx8d7V3z1CNIOhXoqxRuWpTtllYCwJRo93fbFnAcpptyvY3TbFxNv/s1600/hr_Left_Behind_3.jpg" height="640" width="432" /></a> </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Gw kira cuma film2 kacrut Indonesia doang yang bisa bikin gw nausea di bioskop, ternyata gw salah, film dari negeri Barat sono ternyata bisa juga bikin gw mau teler. Geblek bener, seandainya aja gw ga dibayarin sama bokap buat nonton nih film, mungkin gw udah ngamuk2 ke kasir 21 minta duit gw dibalikin. 40.000 itu bisa buat beli 2 komik elex lho, ato 4 porsi nasi + ikan patin + teh es, ato tambahin 400.000, bisa bawa pulang 1 blu-ray criterion, tambahin 200.000, bisa beli buku impor di toko buku impor, ato beli pepsi kaleng 7 botol, ato pulsa internet buat 1 bulan, ah tai ah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br />
Rayford Steele (Nicolas Cage) adalah seorang pilot dengan kehidupan duniawi yang mempunyai istri yang fanatik dengan agama, anak yang kepahitan dengan ayahnya, dan pramugari selingkuhannya. Ketika Rayford membawa pesawat beserta banyak penumpang menuju London, tiba2 terjadi sesuatu yang ajaib: Sebagian penumpang pesawat hilang, raib begitu saja. Orang2 di film ini membutuhkan waktu 30 menit lebih untuk menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Sementara penonton, yang sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dipaksa untuk menyaksikan aksi ketololan para karakternya, huFtb4n9Ed.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9NvY_KFTzRFqWPr0qKWZ3tx0KNF6B_uQ9nFe7gRvY_oKLGZo7j_dxWT_8bgQ9A1QLkgpxWlOgyD2UtU5oiA7JvwNL-5iU-3VPP6_Gw9x-4rWjcRralPfyMa6OsZAO_W1yK26tfaK_8N6E/s1600/actor-nicolas-cage-portrays-the-character-captain-rayford-steele-in-the-new-left-behind-movie-headed-to-theaters-in-2014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9NvY_KFTzRFqWPr0qKWZ3tx0KNF6B_uQ9nFe7gRvY_oKLGZo7j_dxWT_8bgQ9A1QLkgpxWlOgyD2UtU5oiA7JvwNL-5iU-3VPP6_Gw9x-4rWjcRralPfyMa6OsZAO_W1yK26tfaK_8N6E/s1600/actor-nicolas-cage-portrays-the-character-captain-rayford-steele-in-the-new-left-behind-movie-headed-to-theaters-in-2014.jpg" height="425" width="640" /></a></div>
<br />
Di awal film, ada adegan seorang penginjil yang mencoba memberitakan Tuhan kepada seorang jurnalis bernama Buck Williams (Chad Michael Murray). Saat penginjil wanita itu menceritakan kalau Tuhan itu BAIK dan MENGASIHI UMATNYA (mesti gw caps ya), nongollah Chloe Steele (Cassi Thomson) yang nge-counter statement si penginjil wanita, nih gw buat statement + argument-nya<br />
<br />
Staement Penginjil:<br />
<br />
TUHAN ITU BAIK DAN TUHAN ITU MENYAYANGIMU<br />
<br />
Argument Chloe:<br />
<br />
TUHAN ITU TIDAK BAIK DAN TIDAK MENYAYANGIMU. KALAU IA BAIK DAN MENYANGIMU, KENAPA IA MEMBIARKANJ UMAT-NYA MENDERITA DAN MENGALAMI SENGSARA?<br />
<br />
Counter Argument Penginjil:<br />
<br />
TUHAN TIDAK MEMBIARKAN UMAT-NYA MENDERITA. DUNIA INI DICIPTAKAN TUHAN SEBAGAI DUNIA YANG PUTIH BERSIH, NAMUN PARA MANUSIA PUNYA 'FREE WILL', KEHENDAK BEBAS YANG MERUSAK DUNIA INI, SEHINGGA TUHAN SEDIH DAN MEREKA PUN MENDAPAT GANJARANNYA<br />
<br />
Counter Argument Chloe:<br />
<br />
TAPI TUHAN MAHA TAHU. IA TAHU KALAU MANUSIA ITU AKAN BERBUAT KEJAHATAN BAHKAN SEBELUM MANUSIA DICIPTAKAN. "GOD KNOWS EVERYTHING, RIGHT?" JADI KENAPA TUHAN REPOT-REPOT MENGHUKUM MEREKA PADAHAL IA TAHU KALAU ORANG ITU PADA AKHIRNYA AKAN BERBUAT JAHAT<br />
<br />
Counter Argument Penginjil yang sudah terseok2:<br />
<br />
Sayang, Tuhan itu...<br />
<br />
Kalimat penutup kemenangan Chloe:<br />
<br />
Ya, ogut tahu, Tuhan bekerja dengan cara yang misterius. Tapi di mata ogut, lebih misterius lagi ada aja orang yang mau percaya Tuhan padahal kelakuannya begitu...<br />
<br />
Argument Chloe itu sering gw pake kalo menghadapi theist yang suka maksain kepercayaannya ke gw. Di tahun 2012-2013, gw sering bener debat sama ortu seputar masalah ini. Setiap kali bokap/nyokap nembak dengan argumen manusia melakukan dosa karena free will manusia itu sendiri (Contohnya kayak dosa si Hawa yang makan buah terlarang, atau Daud yang ngintip Betsheba mandi, etc), pasti gw bales dengan konsep predestinasi.<br />
<br />
Buat yang belum tau apa itu predestinasi (Kalau udah tau, skip aja tulisan gw ini, review-nya lanjut di paragraf selanjutnya), predestinasi itu adalah konsep di mana semua yang ada di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang, itu semuanya sudah di atur. Kalo di mata elu dunia ini kayak jalan raya yang banyak persimpangannya, keliatannya kek jalan raya cuma di mata elu. Padahal kalo dilihat dari atas, jalan hidup elu kek rel kereta api. Tujuannya udah tergaris, cuma elunya aja yang ga sadar. Kenapa bisa gitu? Karena Tuhan Maha tahu. Dia tau gw seperti apa di masa lalu, gw lagi ngapain sekarang, dan gw akan ngapain di masa yang akan datang. Bahkan pas gw masuk ovarium emak gw dan ga berakhir di tisu yang lepek, atau bahkan sebelum dunia ini dijadikan, Tuhan udah tau gw pas matinya akan kek gimana, kenapa? Karena Dia udah tahu. Ketika elu ngilangin unsur Maha Tahu-Nya, maka Tuhan ga bisa dan udah ga layak menyandang gelar 'Tuhan'. Kalo dari Al-Kitab, ini didukung sama Mazmur 139 : 4, ato cerita Yesus yang udah tau kalo si Petrus bakal menyangkal Dia. Misalnya ada orang yang sampai mati tetap jadi ates, terus tuh orang masuk neraka, yang salah siapa? Jawabannya gw serahin ke elu, karena dengan tulisan yang gw tulis di atas, elu pasti sadar siapa yang bertanggung jawab di ilustrasi gw barusan.<br />
<br />
Dengan nongolin argument begitu di awal film, gw kira Left Behind (yang emang katanya film religius) bisa ngejawab argument skak-mat yang biasanya bikin kaum Theist pusing tujuh keliling (Lucunya, yang ngajarin gw konsep predestinasi itu ya emak gw sendiri, siapa sangka ternyata teori itu bisa jadi bumerang buat emak gw). Gw kira pas nih film nyampe akhir, gw bisa bertobat terus jadi alim lagi. Eh ternyata, sampe akhir pun filmnya ga ngejawab pertanyaan si Chloe. Gw pun yang sudah berharap banyak akhirnya kecewaAaAaAaAaAaA.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV8R2gPGd6LRitgISWgYz7OW8ZtV5euU1IrQY-tPpRXqKD821ry_fZ7XUIt9Zho4GepR0my22rxuOdKsUIn51dAnOHyrK_DT1rHYawoMGOoQzVPM75l-rRLz9jMwdb5Hw0KjCDafVe3w-I/s1600/Cassi-Thomson-in-Left-Behind-2014-Movie-Image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV8R2gPGd6LRitgISWgYz7OW8ZtV5euU1IrQY-tPpRXqKD821ry_fZ7XUIt9Zho4GepR0my22rxuOdKsUIn51dAnOHyrK_DT1rHYawoMGOoQzVPM75l-rRLz9jMwdb5Hw0KjCDafVe3w-I/s1600/Cassi-Thomson-in-Left-Behind-2014-Movie-Image.jpg" height="425" width="640" /></a></div>
<br />
Embel2 Kristen dan Relijius, itu cuma digambarin sebagai tempelan. Begitu Left Behind masuk ke paruh ke-2, ia berubah jadi film apocalypse kelas B yang murahan. 2012 sama Day After Tomorrow kalau dibandingin sama Left Behind itu kayak ngebandingin Citizen Kane dan Vertgo sama Olga and Billy: Lost in Singapore. Misalnya lu liat posternya dan lu ngebayangin dunia yang udah fucked-up dan post-apocalpyse banget ala Mad Max, siap2 aja kecewa karena cerita Left Behind cuma berputar2 di pesawat yang mau kehabisan bensin sama anak remaja ates yang muter2 keliling kota menghindari kerusuhan, huFtb4n9Ed.<br />
<br />
Aktingnya kacrut, sinematografinya kayak FTV, dialog2nya memprihatinkan, sampe2 plot hole yang bikin gw mau nangis. Gw sebagai orang Kristen KTP merasa kalau Left Behind hanya membuat malu nama agama Kristen, bukan membanggakan. Bayangin, yang berhasil terangkat ke Surga HANYA orang2 Kristen yang super annoying. The way penulis naskah ngegambarin umat Kristen sebagai kaum wacko fanatis bin delusional itu bener2 ngegeneralisir dan bikin malu. Padahal banyak orang2 Kristen yang woles dan toleran, lah ini kenapa orang2 Kristen digambarin kayak penghuni sambang lihum? Terus ntar di pertengahan film, ada penumpang pesawat yang bilang: "Ini pasti perbuatan Alien." Bisa aja itu emang perbuatan Alien, bukan perbuatan Tuhan yang ngangkat orang percaya ke surga, toh yang yang bertanggung jawab atas kejadian banyaknya manusia yang raib itu ga bisa dibuktikan juga kan siapa pelakunya? huFtb4n9Ed.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi920QaJJO2LAAZ00XH4uTtf98McMhH95GArzneiHCDsLwpfk0qNsZWaEgKjl8I8LTNLCUAUXnba9kFAEvR7VTzF7EBnID6EuVKYiZbdZ0EKdUsy7LdNf2K2yMfH7ayKynYlS1aTJk8FUB3/s1600/Nicky-Whelan-and-Nicolas-Cage-in-Left-Behind-2014-Movie-Image-2-1024x682.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi920QaJJO2LAAZ00XH4uTtf98McMhH95GArzneiHCDsLwpfk0qNsZWaEgKjl8I8LTNLCUAUXnba9kFAEvR7VTzF7EBnID6EuVKYiZbdZ0EKdUsy7LdNf2K2yMfH7ayKynYlS1aTJk8FUB3/s1600/Nicky-Whelan-and-Nicolas-Cage-in-Left-Behind-2014-Movie-Image-2-1024x682.jpg" height="426" width="640" /></a></div>
<br />
Setiap kali gw ngomong "dafuq" pas ngeliat ketololan Left Behind, tangan kanan gw udah siap mau ngambil nds gw dan ngelanjutin baca The Pilgrim's Progress-nya si John Bunyan, itung2 ngerasain gimana rasanya baca buku dalam bioskop. Tapi sesuatu dalem diri gw nyuruh gw buat menyaksikan Left Behind dari awal sampai akhir. Keputusan yang bener2 gw sesali pas filmnya nyentuh credit title. Semestinya gw tetep baca The Pilgrim Progress, dan dgaf about Left Behind, tapi ya mau gimana lagi, ada mata bokap yang terus mengintai gw. huFtb4n9Ed.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh__g272jccwbhtEr7i29PcCH92ku-3v0YjCX7s92doK0SilFWSdam01D4KOCpRZmZJhsLVclmqZgZ18d4HPmrtT6WhvWZtEaPqakowMsDC7VwZIwYbk9Vb9sXvmpfY-V5bBKUj_0z6Rmrv/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh__g272jccwbhtEr7i29PcCH92ku-3v0YjCX7s92doK0SilFWSdam01D4KOCpRZmZJhsLVclmqZgZ18d4HPmrtT6WhvWZtEaPqakowMsDC7VwZIwYbk9Vb9sXvmpfY-V5bBKUj_0z6Rmrv/s1600/roflbot.jpg" height="428" width="640" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-67720917252735490822014-10-07T18:44:00.002+07:002014-10-25T09:31:34.851+07:00Annabelle (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3JdwtkR4hrfRRfqwBSeAUatqeD7EaAO1RxSdhJNnU4-AHdIM52Eb8C48StxYKIViVV4BKBoXo_Fn82WRBj3L-yhQrYMtNJF5e-dBAu52lNtKdz3McpsBlnXrUHMyFVwuzdd6fBqGJhKs/s1600/annabelle-2014-movie-poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3JdwtkR4hrfRRfqwBSeAUatqeD7EaAO1RxSdhJNnU4-AHdIM52Eb8C48StxYKIViVV4BKBoXo_Fn82WRBj3L-yhQrYMtNJF5e-dBAu52lNtKdz3McpsBlnXrUHMyFVwuzdd6fBqGJhKs/s1600/annabelle-2014-movie-poster.jpg" height="640" width="432" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Buat yang udah pernah nonton film The Conjuring, pasti udah
gak ngerasa asing lagi dengan boneka cewek bermuka keplek dengan kekuatan
mistis bernama Annabelle. Setelah film The Conjuring kurang lebih sukses jadi
film horor yang ada di dalam kategori ‘lumayan’ buat gue, dibuatlah prekuel
sekaligus <i>spin-off</i> dari The
Conjuring. Yup, apalagi kalo bukan ngebahas si boneka Annabelle di film ini.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
Film pun dimulai dengan cuplikan <i>scene</i> yang ada di film The Conjuring, yaitu dimana 2 orang wanita
dan seorang pria mendatangi Ed dan Lorraine Warren dan bilang kalo mereka
merasa dihantui oleh sosok boneka Annabelle. Setelah itu, pergerakan cerita mulai berjalan
mundur ke sekitar beberapa bulan sebelum kejadian tersebut, dimana Mia Gordon
(diperankan oleh Annabelle Wallis, iye gue juga ganyangka namanya bisa samaan
gini ama bonekanya) dihadiahi sebuah boneka cewek bermuka keplek oleh suaminya,
yaitu seorang dokter bernama John Gordon (diperankan oleh Ward Horton). Mia
yang lagi hamil anak pertama ini emang udah kepengen punya si boneka cewek muka
keplek ini, karena dia pengen ngelengkapin koleksi boneka untuk anaknya kelak. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgD1wwJcgMQzDi2vgWMDfwNCj_9ghnnjOpo5xVRj7K5ia58ajzRC1jezJnDZ_uDRwd5xCzfTW7UdYFDvEkqbZ9rygbYm-6wEI2ZQ_mbFt9KvhGFfeSdq3hd_q-1WBaDSNrcCWE4KOaYaA/s1600/Annabelle+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgD1wwJcgMQzDi2vgWMDfwNCj_9ghnnjOpo5xVRj7K5ia58ajzRC1jezJnDZ_uDRwd5xCzfTW7UdYFDvEkqbZ9rygbYm-6wEI2ZQ_mbFt9KvhGFfeSdq3hd_q-1WBaDSNrcCWE4KOaYaA/s1600/Annabelle+(1).jpg" height="222" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun kejadian menyeramkan pada suatu malam lambat laun
mengubah kehidupan Mia dan John, yaitu ketika terjadi pembunuhan yang dilakukan
oleh Annabelle Higgins dan pacarnya, yang menyebabkan orang tua Annabelle
Higgins tewas. Kejadian mengerikan pun tidak berhenti sampai disitu, Annabelle
Higgins dan pacarnya berusaha pula untuk membunuh John dan Mia. Akhirnya pacar
Annabelle Higgins tewas ditembak polisi yang datang, sementara Annabelle Higgins tewas
bunuh diri, dengan boneka cewek muka keplek itu didalam dekapan Annabelle Higgins dan tidak lupa untuk meninggalkan sebuah simbol di dinding yang terbuat dari darah. Belakangan pun
diketahui bahwa Annabelle Higgins dan pacarnya merupakan pengikut <i>satanic cult</i> yang mengincar jiwa-jiwa orang
untuk di-<i>sacrifice</i> pada iblis.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheb8T6aiNMkfU_fEEQTw8Fz2Xw7knoNHdu60byqdzBoPX-HHj_zU9CxjCkug21TeXqfgpnxGoP5T0-YcTtEQezu2MTQ7mCdME3ejWbw69JZv2f-jMUceuY0GXGvRKJMoLfHLpV0I_3EFo/s1600/annabelle_a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheb8T6aiNMkfU_fEEQTw8Fz2Xw7knoNHdu60byqdzBoPX-HHj_zU9CxjCkug21TeXqfgpnxGoP5T0-YcTtEQezu2MTQ7mCdME3ejWbw69JZv2f-jMUceuY0GXGvRKJMoLfHLpV0I_3EFo/s1600/annabelle_a.jpg" height="225" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i>Honestly</i>, setelah gue nonton Annabelle, gue jadi ngerasa
kalo The Conjuring itu <i>way much better
than</i> Annabelle. Gue pribadi ngerasa film Annabelle ini merupakan sebuah
prekuel dan <i>spin-off</i> yang sama sekali
gaperlu dibuat sebenernya. <i>It’s just
plain useless</i>. Bahasa kasarnya, lo bisa aja cuman buang-buang duit dengan
nonton film ini. Jika niat awal film ini emang untuk menjelaskan asal-usul si
boneka Annabelle (bukan cuman buat nyari untung doang), pasti gaada tuh <i>scenes </i>gak penting semacam asal-usul <i>satanic cult </i>yang dianut Annabelle
Higgins dan pacarnya, yang kayaknya emang gausah untuk diungkit-ungkit banget.
Intinya, film ini gak bisa menjawab rasa penasaran gue yang udah timbul sejak
kejadian pembunuhan keluarga Higgins itu. Buat kalian yang udah nonton
Annabelle, pasti ngerti lah ya betapa adegan pembunuhan keluarga Higgins itu
merupakan adegan yang bakal bikin rasa penasaran lo, <i>at least</i>, muncul. Yang masih gue gak abis pikir, kenapa seolah-olah
peran boneka Annabelle yang harusnya lebih sering dimunculin, malah kesannya
jadi kayak dikesampingkan? Suatu kesalahan besar yang dilakukan Gary Dauberman
selaku penulis naskah, yang emang harusnya gak perlu terjadi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj95tmpFBmWg_zT9z33BsqVZCMlikg5GVqCVAmBpJcWqzZfRL0HNhr5qgjhzdEmix7mNuVtvOX8Zf1YUxml7RTIyHYGBlwzhZLCpKcysLm2NbwZYA9W-aceN9Wsos8YduD8zNVPiMlso6U/s1600/ANNABELLE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj95tmpFBmWg_zT9z33BsqVZCMlikg5GVqCVAmBpJcWqzZfRL0HNhr5qgjhzdEmix7mNuVtvOX8Zf1YUxml7RTIyHYGBlwzhZLCpKcysLm2NbwZYA9W-aceN9Wsos8YduD8zNVPiMlso6U/s1600/ANNABELLE.jpg" height="247" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi film Annabelle ini gak sehina itu juga sih. John
Leonetti selaku sutradara, lumayan bisa ngimbangin kemampuan James Wan ketika
Wan menyutradarai The Conjuring, yaitu dengan atmosfer <i>dark</i> dan <i>ghastly</i> yang
ditonjolkan di film ini. Tapi tetep aja, efek horor yang dibuat Leonetti gak
seserem dan senampol Wan buat gue. Banyak <i>scenes</i>
yang bikin gue ngantuk, ada kali gue nguap sampai 10 kali selama film ini
berjalan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun gue akuin, gue selalu nunggu kehadiran <i>scenes </i>Annabelle yang
emang jadi tokoh utama film ini. Adegan yang lumayan serem di film ini adalah
ketika adegan Mia berada di gudang apartemen. Sisanya kemunculan hal-hal
mengerikan yang dibuat di film Annabelle, yang rata-rata dimulai dengan suasana
hening atau <i>music scoring</i> yang bikin
jantung gak karuan detaknya, punya pola yang mudah ditebak sehingga gue bisa mengendalikan
diri untuk gak kaget sama sekali ketika film berjalan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaMJaiYpRAnPimabP5dc8XJNzZzNzc_CO2oWaVKkZayZqTjn8i5VL6hXw3-BcHQBsPHLEx6Ez4tHTDrZ7YLntE8Y2uFncZCt7xEkX4zvPjWeLY8LIedTm7LyAJCItMpRa0tygRek6rdXw/s1600/annabelle+(2).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaMJaiYpRAnPimabP5dc8XJNzZzNzc_CO2oWaVKkZayZqTjn8i5VL6hXw3-BcHQBsPHLEx6Ez4tHTDrZ7YLntE8Y2uFncZCt7xEkX4zvPjWeLY8LIedTm7LyAJCItMpRa0tygRek6rdXw/s1600/annabelle+(2).jpg" height="265" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i>Overall,</i> bisa gue bilang kalo film ini lumayan mengecewakan. Kalo
mau ngimbangin Annabelle sama The Conjuring, rasanya gue jadi miris sendiri.
Nah kan jatohnya jadi baper. Satu kata buat film Annabelle, HuFtb4n9eD.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9K7ItOFu5YKZW3GkJY7u6bf0B7hUUtDt2c9zHyq-MeNOuJaXIcQ6dyPOMiMnYz_hN9enbORqSqwFgxQpKXrVfhDwqLIeChkp_2ZYc2Dz6WxEtxJKXpTACU4xj0DKu5SBXTGAaM-72QFo/s1600/anna.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9K7ItOFu5YKZW3GkJY7u6bf0B7hUUtDt2c9zHyq-MeNOuJaXIcQ6dyPOMiMnYz_hN9enbORqSqwFgxQpKXrVfhDwqLIeChkp_2ZYc2Dz6WxEtxJKXpTACU4xj0DKu5SBXTGAaM-72QFo/s1600/anna.jpg" height="266" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4448862807147192457.post-4026318348877900862014-10-01T14:47:00.001+07:002014-10-01T14:57:55.996+07:00Tabula Rasa (2014) Review<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP8GUfHSiKVz_vwTxJjwLl-pEYyVZEjn1Lz90vTcJd6zXwyHMe0TmYqIqHSEJhuU0jJO5MnMODYMVPWkEXUiXzYb3zc5wHmWkFu954D8KzWzTWNNMO8AbvNwEM-0_AD8cIlSCyNnyOUQQu/s1600/gd54pRwP.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP8GUfHSiKVz_vwTxJjwLl-pEYyVZEjn1Lz90vTcJd6zXwyHMe0TmYqIqHSEJhuU0jJO5MnMODYMVPWkEXUiXzYb3zc5wHmWkFu954D8KzWzTWNNMO8AbvNwEM-0_AD8cIlSCyNnyOUQQu/s1600/gd54pRwP.jpeg" height="640" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari luar, Tabula Rasa terlihat seperti film drama kuliner tentang persaingan masak-memasak, tipikal film-film kuliner yang bertebaran di mana-mana. Tapi ketika penonton disuguhi adegan Hans (Jimmy Kobogau) yang menjadi gembel dan berlari-lari mengejar truk, penonton dibuat sadar kalau Tabula Rasa tidak melulu bercerita tentang masak-memasak: Tabula Rasa bercerita tentang seorang pemuda yang kehilangan mimpi serta arah hidupnya, dan berjuang untuk lepas dari keterpurukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Hans adalah seorang pemuda asal Papua yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Ia memiliki bakat, kemampuan, dan tekad yang kuat untuk bisa menggapai cita-citanya. Ketika nasib berkata lain dan menajdikannya jatuh tanpa arah, Hans bertemu dengan Mak Uwo (Dewi Irawan), yang mengajaknya untuk bekerja di rumah makan padang miliknya. Lewat makanan yang dibuat Hans dan Mak Uwo, pelan-pelan mimpi dan semangat hidup Hans mulai bangkit, sedikit demi sedikit.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1KGpsRGaty90BUAsV2QlLSjtUvHVDDYoCm5G2Zi5S21ELsA1G7V0sObZP9-UE23RsrW3M85LuKNXo5eKJbMqIQhcDZS2qZEMshRQSf4Ja5tdfW7CiB2UuWcdyi59V4D_I6ZUrRTx7fabr/s1600/photo-4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1KGpsRGaty90BUAsV2QlLSjtUvHVDDYoCm5G2Zi5S21ELsA1G7V0sObZP9-UE23RsrW3M85LuKNXo5eKJbMqIQhcDZS2qZEMshRQSf4Ja5tdfW7CiB2UuWcdyi59V4D_I6ZUrRTx7fabr/s1600/photo-4.jpg" height="424" width="640" /></a></div>
<br />
Dari segi cerita dan direksi, kombinasi naskah Naskah Tumpal Tampubulon yang menakjubkan serta direksi yang mempesona oleh Adriyanto Dewo benar-benar membuat saya tercengang. Bak kondom dan penis, keduanya menunaikan tugas mereka dengan apik. Tumpal Tampubulon berhasil menunaikan tugasnya dalam menulis naskah yang diwarnai oleh tema <i>mentor-protege </i>yang diselingi dengan harapan. Kesannya terlihat seperti cerita yang terlalu menggurui atau <i>capraesque</i>, padahal Tabula Rasa itu realistis dan <i>believable</i>, hampir tidak ada adegan yang terlihat <i>cheesy</i>, menye-menye, atau menjual mimpi. Walaupun di beberapa bagian Tabula Rasa agak berjalan dengan lambat, tapi Adriyanto Dewo mengisi layar perak dengan adegan yang begitu enak dilihat oleh mata, membuat saya melupakan kelambatan <i>pace </i>cerita Tabula Rasa dan dibuat terpukau oleh <i>tone </i> filmnya yang warna-warni.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ-H7cvnxK9Me2PFE9y7-O42_yo-F0jdRY4kJTAICpXFUB_KDq1pt-4FGFNPdf8gOYal6C8yAbWWQItmxzSHcBcj5ce3Ri9Rr5Cru312xQlIt6pLhRg1C_7oIGUrzisAlBaK0DvSbUft9p/s1600/tabula-rasa-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ-H7cvnxK9Me2PFE9y7-O42_yo-F0jdRY4kJTAICpXFUB_KDq1pt-4FGFNPdf8gOYal6C8yAbWWQItmxzSHcBcj5ce3Ri9Rr5Cru312xQlIt6pLhRg1C_7oIGUrzisAlBaK0DvSbUft9p/s1600/tabula-rasa-3.jpg" height="426" width="640" /></a></div>
<br />
Akting yang dibawa oleh Jimmy Kobogau dan Dewi Irawan berhasil menarik simpati saya terhadap beban yang mereka tanggung. Didukung dengan akting Ozzol Ramdan dan Yayu Unru sebagai karakter pendukung, konflik serta <i>chemistry</i> yang mereka hadirkan menjadikan Tabula Rasa sebagai sebuah film yang solid dan memikat. Ini ditambah dengan sinematografi yang cantik oleh Amalia Trisna Sari, serta iringan musik yang enak didengar telinga, membuat Tabula Rasa menjadi sebuah sajian sinematis yang menyenangkan dan memuaskan (dan bikin lapar) yang pernah saya alami di bioskop.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdVcxUwg0k-DoUVzv1kI-d-dLAhIFJ3gMUWbYT3XFcWGnFM9qKyYq3VYxq4PoO5mdbgrh69WKzuYCf6RVtKSiWJd8_4u1oTuFcbSehjB8IOiIO53VWHsDLR2UVM0izvRkB4Ufl20w65shJ/s1600/aaa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdVcxUwg0k-DoUVzv1kI-d-dLAhIFJ3gMUWbYT3XFcWGnFM9qKyYq3VYxq4PoO5mdbgrh69WKzuYCf6RVtKSiWJd8_4u1oTuFcbSehjB8IOiIO53VWHsDLR2UVM0izvRkB4Ufl20w65shJ/s1600/aaa.jpg" height="424" width="640" /></a></div>
<br />
Walaupun pada akhirnya konkulusi film ini tidak bisa menyenangkan semua orang, pada akhirnya saya adalah salah satu penonton yang benar-benar puas dengan film ini secara keseluruhan, terlebih lagi kepada endingnya yang mengajak penonton untuk berani menghadapi masa depan dan melangkah maju. Selesai menonton Tabula Rasa, saya mendengar pembicaraan seorang ibu bersama suaminya. Perkataan ibu itu kalau tidak salah:<br />
<br />
<i>"Kita kapan ya terakhir kali makan gulai ikan kakap?"</i><br />
<br />
Keluar dari mall, saya mendadak ingin segera pergi ke rumah makan padang, dan menyantap seporsi gulai kepala kakap. Namun ketika saya memeriksa dompet saya, saya sadar kalau uang saya masih dibutuhkan untuk membeli:<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6G0msf44tYBfYUY3YMxOk2CAu-3ffnBImZB9HFFWah366AjZ5wQ4ogv226gYYztPr_1hYh-EzPWeHh8Z2mWgpPAijJeaL9xp017qwo3AAnD57uRqu_YhtXWpF0fsNwwpkISC5HEp5m_JT/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6G0msf44tYBfYUY3YMxOk2CAu-3ffnBImZB9HFFWah366AjZ5wQ4ogv226gYYztPr_1hYh-EzPWeHh8Z2mWgpPAijJeaL9xp017qwo3AAnD57uRqu_YhtXWpF0fsNwwpkISC5HEp5m_JT/s1600/1.jpg" height="308" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhhHZnayW5eWx93gqgR7RKQ7_Pnt2P-suRk2fbw6APB5dHpHWQ8vTu4iOcNcPj-6APR3if8DllWhU-juP8Cfse2_tjcqRUwgevUfay5araGkHJubA-3-qOI1yCCW7IydwS2LtLn5gQl8N/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhhHZnayW5eWx93gqgR7RKQ7_Pnt2P-suRk2fbw6APB5dHpHWQ8vTu4iOcNcPj-6APR3if8DllWhU-juP8Cfse2_tjcqRUwgevUfay5araGkHJubA-3-qOI1yCCW7IydwS2LtLn5gQl8N/s1600/2.jpg" height="320" width="227" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRVjAGoC4Pf9M231Hjr9y0siM8AIngWLKd7uLu5wHuZ4pyzD9OL0zhjcaoPv1VCQK6Q72p8jeMdHo5EHVkzR6-x9K9snFQi_2cw8cw9a1cKGNdTFFnxcwThnvu5lszb9aizaEV6RWCxiFb/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRVjAGoC4Pf9M231Hjr9y0siM8AIngWLKd7uLu5wHuZ4pyzD9OL0zhjcaoPv1VCQK6Q72p8jeMdHo5EHVkzR6-x9K9snFQi_2cw8cw9a1cKGNdTFFnxcwThnvu5lszb9aizaEV6RWCxiFb/s1600/3.jpg" height="320" width="279" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjegyAj8cUh-XeO6zQwXGlJTiQcmKlw5gJ3y8itCbo8gbux3D-HQkjiqXQ4JwxF34gs3jbFy5_P1JBl14FdPerFHV2lRjFm1wP6A2HH33ydQXJe-1IQPLvF9Y-IYKuntxHcTCmNMjkknTa1/s1600/8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjegyAj8cUh-XeO6zQwXGlJTiQcmKlw5gJ3y8itCbo8gbux3D-HQkjiqXQ4JwxF34gs3jbFy5_P1JBl14FdPerFHV2lRjFm1wP6A2HH33ydQXJe-1IQPLvF9Y-IYKuntxHcTCmNMjkknTa1/s1600/8.jpg" height="320" width="274" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiI5UfGlJ9OhQnJekLQKgY1rcrvuqTED9T0zMWnB4pCkpvEE4cifp26IbvRQMEiQXdRO5yZNS3uFi1mda8zRpUbmhzonInUtKqK6A0sfZSySRQgyPPfZBHLP88LUgHuoHM_9sbBDp6LXKg/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiI5UfGlJ9OhQnJekLQKgY1rcrvuqTED9T0zMWnB4pCkpvEE4cifp26IbvRQMEiQXdRO5yZNS3uFi1mda8zRpUbmhzonInUtKqK6A0sfZSySRQgyPPfZBHLP88LUgHuoHM_9sbBDp6LXKg/s1600/4.jpg" height="320" width="194" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCyH4jjIOatV8xH0Gq7kMIhVIJlX9u9F-WsEeDed9IheUASNP4RUw8v2GH0Zfx6iTs9t1DvCVsGtdmK7BjEOu5_IfHvpfQdKplZ7RNCIpLQG1cks-oELnYqwSgaBDSqmkSDN5-oZ6-CRVC/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCyH4jjIOatV8xH0Gq7kMIhVIJlX9u9F-WsEeDed9IheUASNP4RUw8v2GH0Zfx6iTs9t1DvCVsGtdmK7BjEOu5_IfHvpfQdKplZ7RNCIpLQG1cks-oELnYqwSgaBDSqmkSDN5-oZ6-CRVC/s1600/5.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPLMd8ViJdHGWA4O6PIqQ3vudCPoIuNhyphenhyphenmPl42HRJKshhRk5DLqk6UBolENBeE78vm7EeNLCfYU8Q7xc7DGnz1KsxdgX0XWSm6VY1X9dLdyQnygcBvHzO90XfTttaaw4eMhxBbrFfI_2Q/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPLMd8ViJdHGWA4O6PIqQ3vudCPoIuNhyphenhyphenmPl42HRJKshhRk5DLqk6UBolENBeE78vm7EeNLCfYU8Q7xc7DGnz1KsxdgX0XWSm6VY1X9dLdyQnygcBvHzO90XfTttaaw4eMhxBbrFfI_2Q/s1600/6.jpg" height="320" width="148" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3OVGsWYisjjKJKSDKuMT48vxHozFCQkqCQIcPWIv9L6oDZwf2d__sH1hHlSxUyl8xDncmveKNafV8S7EvPZW39O-2OnIxgPNhWzkdRRxYCqyYUhgL_Hh5Q-b14NkVmbHKiWLT-XbHC-Ts/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3OVGsWYisjjKJKSDKuMT48vxHozFCQkqCQIcPWIv9L6oDZwf2d__sH1hHlSxUyl8xDncmveKNafV8S7EvPZW39O-2OnIxgPNhWzkdRRxYCqyYUhgL_Hh5Q-b14NkVmbHKiWLT-XbHC-Ts/s1600/7.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Mungkin ini kali ya yang namanya nafsu besar tenaga kurang. Sepertinya saya mesti menabung lebih rajin.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh3c18kvVfit2s1WVoEDyCqE7F9kJ-ucmjj7wafg8vwcB5GMGE6qO76jG91KUhv3DmGbZ-xZsGtDbFTnLnZ9VxyB4c1dq4EX-k3OfpWNPoHkB6MHITJlV114cvddnsUGvU5ekXaJ6ceqCr/s1600/roflbot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh3c18kvVfit2s1WVoEDyCqE7F9kJ-ucmjj7wafg8vwcB5GMGE6qO76jG91KUhv3DmGbZ-xZsGtDbFTnLnZ9VxyB4c1dq4EX-k3OfpWNPoHkB6MHITJlV114cvddnsUGvU5ekXaJ6ceqCr/s1600/roflbot.jpg" height="300" width="400" /></a></div>
</div>
Timothy Stevanohttp://www.blogger.com/profile/01691979285244682659noreply@blogger.com3