Tuesday, November 19, 2019

Legend of the Galactic Heroes (1988-1997) Review


Tags: Anime, Yoshiki Tanaka, Ginga Eiyuu Densetsu, John Robert Lap, Reinhard von Lohengramm, Annerose von Grünewald, Yang Wen-li, Siegfried Kircheis, Jessica Edwards, Spaceship, Scan, Official Art, Legend Of The Galactic Heroes
Serial anime merupakan media yang membuat saya tumbuh berkembang saat masih berada dalam tahap pencarian jati diri. Saya menghabiskan masa-masa kanak-kanak menuju remaja menonton Code Geass, Tengen Toppa Gurren Laggan, Angel Beats, ANO HI MITA HANA NO NAMAE O BOKUTACHI WA MADA SHIRANAI (HAYO-HAYO SIAPA YANG TIDAK NANGIS MELIHAT ENDINGNYA YANG BEGITU MEMBUNCAH?????), Cowboy Bebop, Steins Gate, dan hmmmm, Seikon no Qwaser dan Highschool DxD? h3h3. Sedih adalah perasaan yang saya rasakan ketika melihat anime-anime di era sekarang malah lebih banyak menawarkan fanservice ketimbang cerita yang esensial dan bermakna. Beberapa waktu yang lalu saya mencoba menonton Darling in the Franxx, belum sampai 10 menit saya langsung menutup media player saya dan lebih memilih untuk melanjutkan skripsi saya tentang narapidana yang menjalankan vonis hukuman mati di Nusa Kambangan. There's something off tentang anime di jaman sekarang dan malah there's somethin on di anime jaman dulu. Kita bisa berargumen kalau narasi yang saya bawa barusan adalah narasi golden age ala baby boomer yang bilang "APA-APA DI JAMAN SAYA LEBIH BAGUS DARI (isi sendiri hal2 di jaman sekarang)". But hey, saya lahir di tahun 1997 dan merasa kalau anime jaman baheula malah lebih berkwalitet daripada jaman sekarang. Ketika menyarankan serial anime yang bisa saya rekomen kepada teman2 non-wibu, saya hanya terpikir serial anime yang luar biasa digdaya dalam bercerita: Legend of the Galactic Heroes, anime sebanyak 110 episode yang membuat saya sering begadang hingga jatuh sakit di semester 5.


Legend of the Galactic Heroes bercerita tentang perseturuan dua kubu di luang angkasa sana: Free Planet Aliance dan pihak Reich, untuk lebih jelasnya, silahkan lihat gambar di bawah ini


Nah ini kubu Free Planets

Related image
Kalau ini kubu Reich


Dan serial ini berfokus pada dua karakter utama: Yang Wen-li dari pihak Free Planets, dan Reinhard Von Longerham dari kubu Reich
Related image


Bakal ribet kalau saya ceritain gimana detilnya, cut to the short: di masa depan (seperti di masa sekarang) terdapat dua kubu sistem pemerintahan yang bersebrangan secara ekstrim, free planets dengan sistem demokrasinya, dan reich dengan sistem totalitarian. Keduanya sudah berperang selama 150 tahun. Yang-Wen Li (kiri) adalah seorang Sejarahwan yang terpaksa ikut militer buat nge-cover biaya pendidikannya. Karena kemampuan jeniusnya dalam taktir bertempur, dia diangkat jadi orang penting dalam Free Planets MESKIPUN dia ga punya ambisi apa2 dalam militer. Reinhard Von Longerhram (kanan) adalah seorang anak yang mempunyai darah kerajaan meskipun dia adalah semacam anak....selir? Reinhard memiliki visi untuk menyatukan seluruh alam semesta dibawah pemerintahan tunggal yang menciptakan kesejahteraan, kemakmuran, dan perdamaian. Keduanya memiliki motivasi yang berbeda dan benar2 menarik bagi penonton untuk melihat bagaimana konklusi dari pertempuran mereka berdua.



Dialog-dialog yang akan sering kita temui di LotGH

Yang membuat saya tetap bertahan untuk menonton LotGH ini adalah bagaimana penulisnya melakukan eksplorasi terhadap ideologi demokrasi dan otoriter dalam dunia fiksi yang begitu menarik dan rupawan. Pernah ga sih terpikir sama kalian gimana kalau pemerintahan totalitarian itu dipimpin sama pemimpin yang wise di mana ga ada korupsi sama sekali dalam sistem itu? Apakah sistem seperti itu malah lebih baik daripada demokrasi? Atau pernah ga sih terpikir sama kalian kalau negara tuh perlu masyarakat tapi masyarakat tuh sebenarnya ga perlu negara?? Sepanjang 110 episode kita diekspos sama ragam pemikiran filosofis, baik yang pragmatis maupun idealis, di mana para karakternya saling memperjuangkan ideologi mereka masing-masing lewat beragam pertempuran dan manuver politik.

Image
Image
ARGHHHH DEMOKRASI ARGHHHH

Hal lain yang membuat LotGH begitu menarik untuk disimak ada worldbuildingnya yang begitu membumi, mengapa? Karena LotGH bercerita tentang keinginan para karakter2nya untuk menciptakan kebaikan bagi banyak umat manusia lewat ideologi yang dipegang masing2 dari mereka. Aspek inilah yang membuat serial tv seperti Game of Thrones gampang diterima masyarakat umum. Strip away semua magic, naga, white walkers di Game of Thrones dan kita akan mendapatkan cerita intrik politik yang dekat dengan realitas. Dalam LotGH, kita ga akan menemui kemampuan teleport dan alien seperti di star trek atau light saber dan kemampuan the force seperti di Star Wars. Secara substansial LotGH terlihat seperti sci-fi yang membuat kita kagum dengan peperangan di luar angkasa, tapi secara esensi, LotGH menceritakan perjuangan orang2 yang berjuang di dalam sistem dan melawan sistem yang lain.

Image result for legend of the galactic heroes meme
LAKI-LAKI MANA YANG TIDAK LULUH MENDENGAR KEKASIH HATINYA MENGATAKAN HAL SEPERTI INI HAH???

Lebih lanjut, selain konflik skala makro yang terjadi di antara Free Planets Aliance dan Reich, terdapat juga konflik skala mikro dari tiap kubu. Di Free Planets Aliance kita bakal ngeliat skenario2 dari dampak kebebasan dalam sistem yang menganut demokrasi: korupsi, fitnah, terorisme dari masyarakat. Di pihak Reich? KUDETA, perebutan tahta, siapa yang pantas mendapat gelar raja, dilema mesti setia dengan siapa. Konflik2 tersebut membuat cerita di dalam LotGH lebih kaya dan kita dibuat peduli dengan kedua kubu dalam cerita ini. Sudah cukup sering kita melihat cerita di mana karakter hero dan antagonist digambarkan secara hitam putih. LotGH sampai di satu titik di mana tidak ada hero atau antagonist dan membuat saya sampai berpikir: "fuck, saya ga mau salah satu dari pihak ini mati!" Dan sayang sekali, harapan tersebut sama saja dengan harapan saya bisa mendapatkan perempuan yang saya impikan: pupus. Banyak karakter yang saya kagumi tewas dengan naas dalam serial ini. Suatu waktu saya pernah berteriak histeris di kelas 204 saat kelas sedang istirahat ketika melihat salah satu karakter mati dengan cara yang sama sekali saya tidak bisa duga. Satu kelas menoleh dan saya tidak peduli atau bahkan malu karena saya baru saja menyaksikan keberanian seorang storyteller untuk bercerita dengan mengorbankan karakter2 penting di serial ini untuk satu tujuan dan satu tujuan itu saja: membuat cerita yang berkesan dan bermakna.


You but might have killed millions of people, very/least, youlmademehappy at the hair face facial expression human hair color cartoon hairstyle head emotion forehead fictional character girl human anime
Gombal ala Legend of the Galactic Heroes

Apakah saya sangat merekomendasikan LotGH? Sangat. Apakah LotGH memiliki banyak kekurangan? Mungkin ada. Bayangkan rapat persiapan untuk perang bisa2 sampai 6 episode sedangkan perangnya hanya berlangsung selama 2 episode? Penonton yang sering dimanjakan dengan bagaimana tiap episode serial tv/anime memberikan payoff dalam waktu singkat mungkin akan frustrasi ketika harus mengikuti pacing dalam LotGH (ukuk2, Attack on Titan uhuk2). Tapi cobalah untuk memberikan effort berupa atensi dan melihat bagaimana para karakternya berbicara, saling banter argumen, memaparkan visi misi (lah kok kayak ketua bem???) Niscaya kalian akan larut dalam serial ini meskipun RAPAT PERSIAPAN PERANGNYA YA GA JUGA HARUS SAMPAI MAKAN 6 EPISODE WEYYYYYYYYY



Image result for yang wen li quotes
Yang Wen-li panutanku...


Yang Wen-li tetap panutanku....


Dan sepertinya saya lupa bilang kalau total karakter di LotGH itu saking banyaknya sampai2 tiap karakternya nongol ada nama dan jabatannya sebagai reminder biar penontonnya inget...


MAMAM

 Saya bukan expert dalam anime, tapi  menurut saya pribadi sub-kultur Jepang yang satu itu sudah dipenuhi oleh terlalu banyak anime yang lebih suka memperlihatkan substansi yang menyenangkan untuk dilihat ketimbang menanamkan esensi yang membuat kita dapat berkembang. Argumen saya mungkin terlihat seperti orang2 moralis, tapi apakah memang lebih baik bila kita hanya terekspos pada eskapisme yang membuat kita nyaman tanpa terpancing untuk kembali mempertanyakan lagi nilai2 yang sudah terpatri dalam pikiran kita? Selesai menonton LotGH, saya kembali mempertimbangkan sudut pandang yang saya pegang serta tempat saya berdiri sekarang, hal yang juga saya dapatkan ketika menyelesaikan Evangelion dan Ghost in the Shell. Besar sekali harapan saya agar lebih banyak dari kita untuk dapat memberikan kesempatan bagi LotGH, atau anime2 seperti LotGH, untuk masuk dan membuat pikiran kita menjadi lebih terbuka terhadap ragam perspektif lain atau praktisnya: membuat kita menjadi orang yang lebih baik.


'There are few wars between good and evil: most are between one good and another good."
 - Yang Wenli


4 comments:

  1. film anime lawas ini keren banget, sama halnya one piece. aku ngereview film one piece STAMPEDE loh jangan lupa berkunjung

    ReplyDelete
  2. Bagus sekali ulasannya. Kira2 ada anime lain nggak mas yang perlu ditonton sama generasi now. Soalnya menurut saya anime sekarang kualitas ceritanya jelek.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk anime ada: Neon Genesis Evangelion dan End of Evangelion, Fullmetal Alchemist, Steins Gate, Gundam Ms 08th Team, Ghost in the Shell, Zankyou No Terror, Tengen Toppa, Mushishi

      Manga: 20th Century Boys, Gintama, Ashira No Joe, Bokurano, Gantz, Golden Kamuy, Berserk, Vinland Saga.

      Delete
  3. Gara-gara review-nya, saya jadi tertarik nonton. Sejauh ini baru nonton 6 episode. Seru, sih. Walaupun nggak bikin nagih dan saya nontonnya seminggu sekali doang, tapi tiap episode selalu menarik.

    Sejauh ini sebenarnya saya kurang nikmatin adegan peperangannya sih, kaya cuma numpang lewat aja. Nggak ada yang berkesan dari adegan tembakan-tembakannya. Tapi mungkin karena baru episode-episode awal, ya. Cuma yang bener-bener seru itu dinamika politik di masing-masing planet, sih. Gimana si "rambut kuning" di "planet diktator" (lupa nama hahaha) dan si Yang Wenli masing-masing makin naik ke kekuasaan.

    Dan dinamika politiknya juga seru. Terutama yang di planet-nya Yang Wenli, sih. Ngeliat partai nasionalis yang sampe ngepung rumah Yang Wenli bikin saya ngerasa ketemu ekuivalen-nya ormas paramiliter di Indonesia. Hahaha.

    ReplyDelete