Friday, May 3, 2013

What They Don't Talk About When They Talk About Love (2013) Review.


Kita mengikuti kehidupan Diana (Karina Salim), seorang siswi sekolah luar biasa yang hanya mampu melihat dalam jarak 2cm. Andhika (Anggun Priambodo) pun datang dan membuat hati Diana terpikat olehnya. Fitri (Ayushita) adalah salah seorang siswi SLB tuna netra yang sering menulis surat-surat personal kepada Hantu Dokter yang belakangan diketahui adalah seorang tuna rungu bernama Edo (Nicholas Saputra). Cinta dan hasrat untuk saling memiliki pun tumbuh diantara mereka berdua, tapi, apakah cinta mereka mampu mendobrak dinding disabilitas yang menghalangi mereka?


Mouly Surya, dalam karya keduanya ini mencoba untuk menampilkan sebuah cerita cinta yang disfungsional antara dua insan yang saling memiliki keterbatasan fisik satu sama lain. Edo dan Fitri contohnya, mereka berdua memiliki kekurangan fisik, yang satu tuli, yang satu buta, yang satu gak bisa ngeliat, yang satu lagi ga bisa denger, and how the fuck they can connect each other if the can't see/hear their opponent? Jawabannya, lewat emosi. Setiap scene yang menampilkan mereka berdua (or, keterbatasan fisik mereka) seakan-akan mampu menggugah hati penonton, tiap-tiap scene, tiap kali mereka berdua berada di satu layar, dan tiap kali mereka bertatapan mata, mereka berdua seakan-akan sudah menyatu walaupun mereka masih berada dalam batasan-batasan takdir yang menyengsarakan mereka. Mouly Surya tidak mencoba untuk mendikte penontonnya, melainkan mencoba untuk menampilkan potongan demi potongan sebuah adegan dan memvisualisasikan pesan filmnya lewat gambaran yang penonton lihat, bukan lewat narasi cerita yang sebenarnya gampang dan terlalu datar. It's like Chungking Express, the story may be meh, boring, and not interesting. But for God sake, I just love that vibrant awkward feeling in this movie.



Shot-shot indah serta penggunaan long take yang ada di film ini merupakan suatu pencapaian aspek sinematis yang benar-benar indah, unik, dan vibrant. Vibrant, karena pergerakan kamera (yang sedikit shaky) serta pencahayaan filmnya itu sangat natural dan dinamis, membuat tone dan keindahan visual What They Don't Talk About When They Talk About Love menjadi lebih cantik sekaligus depressing. Petualangan cinta yang dialami oleh Diana dan Fitri pun menjadi lebih touchy saat iringan background music yang merdu dan syahdu itu muncul dan membuat hati penontonnya retak dan hancur berkeping-keping. Tapi serius deh, siapa sih yang mulutnya gak nganga pas muncul adegan tanpa suara yang muncul di pertengahan film, momen-momen langka dan indah seperti itu udah menjadikan karakter Edo makin membumi dan logis, serius ah!



Tapi, kalau ditanya apakah What They Don't Talk About When They Talk About Love adalah sebuah karya yang enjoyable? Jawabannya: Tidak. Buat saya pribadi, sangat sulit untuk menyukai What They Don't Talk About When They Talk About Love pada tiga puluh menit pertamanya, karena pace cerita yang ada di sini sangatlah terlalu kelewat datar dan pelan, lebih gampangnya, membosankan. Dari 8 orang yang menonton What They Don't Talk About When They Talk About Love, hanya 2 orang saja yang berhasil bertahan sampai menit terakhir film ini berakhir (itu pun termasuk saya). Ini membuktikan bahwa Mouly kurang berhasil dalam membuat filmnya menjadi menarik dan enjoyable pada awal-awal durasi film ini berjalan (gila, sampai walk out, padahal sayang lo harga tiketnya 40 ribuan), tapi, in a good way, Mouly sukses membuat film ini menjadi unik, vibrant, dan memiliki pesan serta intisari cerita yang begitu dalam dan megah lewat sinematografinya yang wow! juga lewat endingnya sendiri yang luar biasa rewarding, sekaligus mencerahkan.



Seandainya saja para penonton yang walk out bersabar, mungkin mereka akan terpukau melihat berbagai macam scene yang berbicara kepada mereka. secara visual, bukan secara verbal, yang sayang sekali mereka lewatkan. Overall, What they... W.T.D.T.A.W.T.T.A.L merupakan sebuah angin segar bagi perfilman Indonesia. Dan berkat film ini juga, lagu Twinke-Twinke Little Star, lagu Indonesia Raya, dan lagu burung camar tidak akan pernah terdengar sama lagi di telinga saya, untuk selamanya.


5 comments:

  1. Hi! Salam kenal
    Boleh tukeran link?
    Blog saya khusus membahas film-film Perancis
    Kalau mau nanti saya pasang link blog kmu di sidebar dan di halaman "Movie Bloggers"
    Makasih :) Ditunggu kabarnya :)
    http://frenchmovielover.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Nah, akhirnya ada yang setuju nih sama gue-_-
    Gue sempet keder soalnya blogger lainnya pada ngasih nilai tinggi-tinggi, dan gue cuma ngasih 7 karena gue gak enjoy nih film-_-
    Yah, kalo ada dvdnya sih gue pengen beli lagi biar bisa review ulang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dont Talk Love itu like Me And You And Everyone We Knownya Miranda July sih, arthouse2 love story gitu, emang rada2 ngebosenin, tapi ya unik aja.

      Delete
  3. Eh, tumben postingnya 'rapi', wkwk...tapi *kayaknya* kata-katanya gue pernah lihat deh di blog mana gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekali2 rapi lah mbak, mirip kata2nya mungkin karena *kayaknya* sependapat

      Delete