Thursday, May 21, 2015

Benny's Video (1992) Review


Saya memiliki teman bernama kak Benny. Kak Benny berasal dari Medan dan merantau ke Banjarbaru karena ingin kuliah di tempat terpencil. Dalam tulisan ini saya akan bercerita sedikit tentang kak Benny.

Gw ini adalah orang yang annoying kalau lagi nonton film. Gw teriak2 kenceng banget sambil meluk guling pas nonton Misery, terus gw nyumpah2 sambil teriak; "MAAAASSSSS, JANGAN MAAAASSSSSS" pas nonton the Seventh Continent, dan pas nonton Interstellar kemarin, gw sampe sujud di lantai bioskop pas filmnya kelar saking senengnya. Makanya gw demen nonton sendirian di kamar karena gw bisa ngelampiasin perasaan gw, seabsurd apapun tanpa takut kepala gw ditabok orang lain. Film2 Michael Haneke adalah film yang biasanya bakal bikin lu terguncang (ato nyumpah in case kayak gw) lewat adegan violence-nya yang begitu classy. Funny Games dan The Seventh Continent adalah 2 film bangsat yang mampu bikin gw bergidik ngeri pas filmnya nyentuh credit title, padahal filmnya kagak sadis macam film2nya Eli Roth. Akankah Benny's Video ngasih feel kampret yang mirip-mirip dengan film haneke yang lainnya?

Kak Benny saat masih di Medan
Kak Benny lahir dalam keluarga kelas menengah-menengah. Ayahnya adalah seorang pekerja sederhana dan ibunya adalah IRT. Ia bersama adiknya menghabiskan masa kecil sampai masa remajanya di Medan. Hubungan kak Benny dengan ibunya seperti hubungan ibu-anak kebanyakan, tapi tidak seperti dengan ayahnya. Hubungan kak Benny dengan ayahnya terbilang hampa. Ia mengaku kalau ia dan ayahnya menghabiskan hari-harinya dengan kekosongan semata. Jarak antara kak Benny dan ayahnya begitu dekat, tapi ada lubang besar yang memisahkan mereka. Di saat itulah kak Benny memutuskan untuk pergi merantau ke kota asing, pergi jauh dari siapapun yang pernah mengenalnya.

Benny (Arno Frisch) adalah anak orang kaya yang demen dengan kekerasan. Ketertarikan Benny sama kekerasan tuh mirip sama ketertarikan gw sama bokep lokal. Suatu ketika si Benny ini ngajak perempuan ke apartemen dia terus si Benny ngasih liat video babi dibunuh sama tuh perempuan. Well, selanjutnya mending lu tonton sendiri dah, karena filmnya ga bakal menarik kalau ceritanya gw jelasin lebih detail lagi.

Kak Benny sedang bermain gitar.
Saya bertemu kak Benny tahun 2011 saat salah satu anggota gereja saya mengajak kak Benny untuk membantu ibadah tiap minggu. Demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya kuliah, kak Benny mengantar para siswa salah satu sekolah swasta di Banjarbaru dan membersihkan AC di kampusnya. Setiap hari sabtu kak Benny pergi ke Banjarmasin untuk mempersiapkan ibadah minggu dan pulang pada siang harinya. Pada awalnya saya memandang rendah kak Benny karena gaya bicara serta tingkah lakunya yang kadang membuat saya kasihan (karena kalah judi bola, kak Benny pernah terpaksa mengakali sebungkus Indomie untuk 8 kali makan demi membayar hutang judi), tapi semakin saya mengenal kak Benny, saya semakin menghargai dan menghormati kak Benny. Pola pikirnya mungkin primitif bagi sebagian orang, tapi selalu saja ada sisi baik dari segala sesuatu.

Funny Games itu keji banget, apalagi akting si Arno Frisch, beuh. Kalo mau dijelasin dengan gampang, akting antagonis itu ada 2, yang saking hebatnya tuh akting bikin kita demen sama karakternya, sama yang saking hebatnya sampe bikin kita mau masukin tai tikus ke mulut tuh karakter saking bencinya, dan akting Arno Frisch di Funny Games masuk di kategori kedua. Di Benny's Video, akting Arno udah berasa kayak akting Alex Delarge versi junior. Gw demen sama dia but tetep merinding jijik di saat yang bersamaan. Ngebikin penonton simpati sekaligus antipati sama seorang karakter dalam karya fiksi itu udah suatu prestasi, dan Haneke berhasil bikin perasaan gw campur aduk sekaligus ngebikin gw bingung, yang salah itu sebenarnya siapa, yang sakit sebenarnya siapa, dan yang gila sebenarnya siapa?

Kak Benny yang menatap kamera
Setiap malam minggu saya dan kak Benny selalu berbincang-bincang sambil mempersiapkan keperluan ibadah gereja esok harinya. Suatu hari saya memberitahu kak Benny kalau saya memiliki mimpi untuk menjadi orang yang berkecimpung di dunia film. Begitu saya tanya kak Benny ingin menjadi apa, kak Benny membalas kalau ia iri dengan saya yang memiliki mimpi yang sudah di plan out, sementara ia masih bingung dengan mimpinya sendiri. Sebaliknya, saya malah iri dengan kak Benny. Saya yang memiliki mimpi malah terfokus dengan mimpi saya sendiri sehingga saya tidak bisa kemana-mana lagi. Sementara kak Benny yang tidak memiliki mimpi malah fleksibel karena kak Benny bisa menjadi apapun yang ia mau. Masa depannya begitu luas dan tak terbatas. Beberapa minggu setelah kami membicarakan tentang mimpi, kak Benny memberitahu saya kalau suatu saat nanti ia ingin membeli sebuah rumah di Bekasi.

Gerakan kamera yang kebanyakan statis di film ini ngeberi kesan yang dingin ke penontonnya. Approach yang Haneke lakuin di Benny's Video sama kayak Funny Games dan The Seventh Continent. Bedanya kalau  Funny dan Seventh makin lama filmnya makin gila, Benny's Video awal-awalnya doang yang gila, tensi ceritanya malah kian menurun karena ga ada lagi adegan kampret yang bikin mata gw mau copot. Progress cerita Benny's Video menurun karena Haneke ga ngasih lagi adegan kampret dan ngisi tiap adegan dengan dialog para karakternya yang memicu pertanyaan moral untuk para penonton. Padahal The Seventh Continent bisa mempertanyakan realita dunia kapitalis yang pointless sambil tetep mengikat penontonnnya dengan adegan yang bakal bikin penonton teriak2 (uhmm adegan vinyl uhmmm), Funny Games bisa tetep mempertanyakan "violence as an enterainment" sepanjang durasinya sambil secara konsisten menjaga ketegangan cerita dengan ngasih adegan2 yang sadis nan rupawan (bahkan mindfuck dan diluar nalar, REMOTE TV KAMPRET), tapi Benny's Video? Meskipun gw pengen banget naming Benny's Video as one of my favorite film of all time, tapi tetep aja ga bisa.  Ekspektasi gw ketinggian kali yak.

Kak benny dan temannya.
Tahun ini kak Benny akan lulus dan pergi ke Papua untuk mencari pengalaman baru lagi, dan saya pun sepertinya akan pergi dari Banjarmasin untuk melanjutkan pendidikan ke luar kota. Kesempatan kami untuk bertemu kembali mungkin sangat kecil. Setelah ini saya dan kak Benny hanya akan saling berhubungan lewat situs jaringan sosial, lama-kelamaan malah mungkin akan saling melupakan karena waktu yang terus berjalan dan lingkungan yang selalu berubah. Orang-orang datang dan pergi di kehidupan kita karena sepertinya hidup ini memang seperti itu, tidak ada yang abadi. Yang bisa kita lakukan pada akhirnya hanyalah merangkul setiap orang yang telah mampir di kehidupan kita, menikmati tiap momen yang dialami bersama, kemudian mengenang kalau orang itu pernah ada di hidup kita, dan kita pernah ada di hidup orang itu. Selamat jalan kak Benny, semoga kak Benny menemukan kebahagian, di mana pun kak Benny berada.

Jadi kesimpulannya Benny's Video jelek? Ga juga, bagus kok. Sebagai sebuah film dengan tema yang deket dengan realitas, Benny's Video is pretty damn good. Kita bisa relate film ini dengan kasus anak musisi yang nabrak orang, kita bisa relate film ini dengan kasus anak polisi yang ditangkep karena ga punya SIM, kita bisa relate film ini dengan kasus siapapun yang tidak mengindahkan keadilan hanya karena alasan kedekatan personal semata. Konklusi film ini mungkin terlalu sederhana, ga masuk akal malah. But gw rasa, seandainya aja apa yang terjadi di konklusi film ini terjadi sama seluruh orang di dunia, mungkin dunia akan jadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Apa yang Michael Haneke coba katakan di film ini begitu mengena, tapi ga lebih dari itu.

Tugas menulis untuk remedial Bahasa Indonesia Ibu Guru Beth berhadiah majalah Bobo

Nama: Tarnoto Sumantini
Kelas: XIII B
Umur: 18 Tahun
Alamat: Jl. Susu tumpah No.14, Rt.16, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
No HP: HP saya hilang di angkot, belum beli baru.

PS: Ibu Beth, ini ada beberapa kolesi foto kak Benny, siapa tau Ibu Beth naksir. Silahkan dinikmati:

Saya dan kak Benny


Wait, what? Review-nya ga ada? Coba blok tiap space kosong yang ada di atas, ntar tulisannya nongol hhe. Selamat membaca :D

2 comments:

  1. salam pecinta film.

    permisi, saya mau promosi blog review film juga.

    [ iza-anwar.blogspot.com ]

    mohon tambahkan dalam daftar blogroll Anda dan follow juga blog saya.

    maaf bila review saya masih amatiran dan saya ucapkan terima kasih sebelumnya :).

    ReplyDelete
  2. bagus bagus yah reviewnya, tp ane lg cari review film korea romantis. semoga ke depannya ada di sini

    ReplyDelete