Sebelum gue ngereview film ini, gue mau ngingetin baek-baek
aja nih. Yang main film ini bukan mbak Mita dan Dara dari duo The Virgin. Jangan
mentang-mentang judulnya begitu, kalian mikirnya mbak-mbak The Virgin ini udah
putus asa sama hidup dan ngerencanain bunuh diri lalu difilmkan. Okay? Bagus
lah kalo kalian udah punya pengertiannya. Makasih makasih.
Bersetting di Michigan tahun 70an, The Virgin Suicides yang diadaptasi dari novelnya Jeffrey Eugenides ini menceritakan tentang keluarga Ronald Lisbon (James Woods), seorang guru di sebuah SMA yang beristrikan Sara Lisbon (Kathleen Turner). Ronald dan Sara Lisbon memiliki 5 anak yang cantik-cantik, yaitu Lux (Kirsten Dunst), Cecilia (Hanna R. Hall), Bonnie (Chelse Swain), Therese (Leslie Hayman), dan Mary (A. J. Cook). Lux dan saudara-saudaranya adalah adolescents yang hidup dibawah pengaruh orangtuanya yang religius dan konservatif, dan juga terkesan sangat otoriter dan strict. Di neighborhood nya keluarga Lisbon, ada 4 cowok yang suka ngumpul dan diem-diem suka ngomongin tentang Lisbon Sisters ini. Kenapa Lisbon Sisters jadi bahan pembicaraannya para cowok ini? Karena mereka cantik-cantik, ceria, but very mysterious and depressed at the same time.
Bersetting di Michigan tahun 70an, The Virgin Suicides yang diadaptasi dari novelnya Jeffrey Eugenides ini menceritakan tentang keluarga Ronald Lisbon (James Woods), seorang guru di sebuah SMA yang beristrikan Sara Lisbon (Kathleen Turner). Ronald dan Sara Lisbon memiliki 5 anak yang cantik-cantik, yaitu Lux (Kirsten Dunst), Cecilia (Hanna R. Hall), Bonnie (Chelse Swain), Therese (Leslie Hayman), dan Mary (A. J. Cook). Lux dan saudara-saudaranya adalah adolescents yang hidup dibawah pengaruh orangtuanya yang religius dan konservatif, dan juga terkesan sangat otoriter dan strict. Di neighborhood nya keluarga Lisbon, ada 4 cowok yang suka ngumpul dan diem-diem suka ngomongin tentang Lisbon Sisters ini. Kenapa Lisbon Sisters jadi bahan pembicaraannya para cowok ini? Karena mereka cantik-cantik, ceria, but very mysterious and depressed at the same time.
Si bungsu yaitu Cecilia pun sering mencoba untuk bunuh diri,
karena tidak tahan oleh orang tuanya yang sangat mengekang kehidupannya dan
saudara-saudaranya. Akhirnya pun Cecilia *berhasil* bunuh diri setelah kesekian
kalinya ia gagal untuk mencoba bunuh diri. Hal ini pun berdampak pada keharmonisan
keluarga Lisbon. Yang tadinya suram, jadinya tambah suram dan makin depressing
untuk Lisbon Sisters. Puncak klimaks pun terjadi ketika Lux berhubungan seks
dengan Trip Fontaine (Josh Hartnett), si cowok populer di sekolah, setelah prom
night di lapangan sekolah yang akhirnya ditinggalkan oleh Trip tanpa alasan
yang jelas. Semakin hari Ronald dan Sara Lisbon mengekang anak-anaknya, dan
anak-anaknya pun juga makin lama makin memberontak pada orang tuanya.
Selama gue nonton film ini, gue gapernah bosen sama sekali
nonton The Virgin Suicides. Bener-bener thumbs up buat Sofia Coppola yang udah
berhasil bikin film yang punya tone eye candy dan vibrant, namun sama sekali
gak kehilangan sisi suram dari plot film ini sendiri. Gue bener-bener ngerasa
dimanjakan oleh sinematografinya ketika nonton film ini, rasa-rasanya emang
film ini bener-bener ngewakilin jiwa-jiwa adolescents yang bener-bener
vivacious, but also depressed. Dan juga thumbs up buat music scoring nya yang
lagu-lagunya itu bener-bener bagus dan memorable banget. Gak heran sih kalo film-filmnya
mbak Sofia ini banyak diisi lagu-lagu yang memukau.
Ada satu adegan yang menurut gue memorable banget, yaitu ketika Lisbon Sisters udah ngerasa terkekang di dalam rumah mereka sendiri, lalu mereka mengirimkan signals ke 4 cowok yang suka ngomongin mereka. Lewat telepon, mereka mengirimkan signals tentang apa yang mereka rasakan lewat memutarkan lagu di vinyl dan diperdengarkan lewat telepon. Dan gue inget banget, ada lagu Run To Me nya Bee Gees (yang notabene lagu favorit gue sama bokap gue) di adegan itu, spontan aja gue makin ngerasa miris sendiri sama nasib Lisbon Sisters ini.
Pas gue nonton film ini pertama kali, awalnya gue hanya enjoy
nonton film ini karena sisi sinematografinya, dan dengan begonya mengesampingkan
jalan cerita yang disuguhkan film ini dan juga awalnya gue rada gak
ngerti-ngerti amat sama plot ceritanya. Tapi semua itu berubah setelah gue beli
novelnya di toko buku dan ngebaca novel itu hanya dalam waktu sekitar 3 hari. Karena
gue bener-bener terkesima sama novelnya, gue pun berniat untuk revisit film
ini. Walhasil gue yang tadinya cuman pasang tampang datar waktu nonton film ini
untuk pertama kalinya, akhirnya nangis sejadi-jadinya setelah nonton film ini pas
nonton film ini lagi.
Buat gue, film ini
emang sebenernya film adaptasi yang bagus dan cemerlang banget, seandainya para
penontonnya udah pada baca novelnya sebelumnya. Tapi bagi yang nonton film ini dulu
dan baru baca novelnya kayak gue, ya wajar aja kalo lo rada-rada bingung dan
hooh hooh doang reaksinya. Malah banyak juga yang bilang alurnya terlalu slow,
well, but not for me.
Oiya, mau curcol bentar. Awalnya gue tau tentang
film ini karena Tumblr sekitar 2 tahun lalu, maklumlah karena gue emang tiap hari suka main
Tumblr. Tapi ternyata, awal perkenalan gue sama film ini bukan hanya dari
Tumblr semata, melainkan juga dari soundtrack filmnya. Iya, soundtrack filmnya
yang judulnya Playground Love yang dinyanyiin oleh band asal Prancis bernama
Air. Jadi waktu jaman TK sampai SD, gue suka banget nonton MTV, entah kenapa.
Dan ketika gue denger lagu Playground Love di film ini, gue sontak kaget karena
gue pernah dengerin lagu ini di MTV pas gue masih kecil! Gak tau lagunya? Nih
gue kasih video clipnya yang diambil dari film ini juga, sekalian menutup
review ini;
"I'm a high school lover
And you're my favorite flavor
Love is all, all my soul
You're my playground love"
Overall, buat gue pribadi, film ini berhak mendapatkan score yaitu...
Gue malah reaksinya biasa aja pas nonton ini dan ngerasa kurang greget sama plotnya, wkwk
ReplyDeleteIkr, gue juga waktu pertama kali nonton film ini kayak lo juga kok reaksinya. Udah baca novelnya juga?
ReplyDeletebelum...
DeleteCoba deh baca, kata gue sih bagusan novelnya daripada filmnya sebenernya. Tapi kalo lo coba nonton lagi abis lo kelar baca novelnya, bakal lebih ngena sih plotnya menurut gue. :)
Deleteapa cuma gue yg baca ini sambil nonton filmnya?
ReplyDeleteone of the best movie, bagus.......
ReplyDelete