Jauuuuh sebelum Paul Thomas Anderson mendirect film yang menceritakan kisah kerakusan manusia setengah iblis di There Will Be Blood. Jauh sebelum p.t.a membikin Punch-Drunk Love yang menceritakan kisah cinta paling labil sedunia. Dan 2 tahun sebelum Magnolia, film tentang para manusia galau yang mencari arah tujuan hidup yang lagi2 dibikin ama p.t.a, p.t.a pernah membuat film yang bikin gw penasaran karena plot ceritanya yang engga konstan alias bikin dahi gw mengerinyit, p.t.a membuat film yang alur ceritanya bikin anak2 yang demen ke warnet pasti mau nonton film ini, Boogie Nights, sebuah film yang menceritakan biopik seorang bintang film bokep bernama....Dirk Diggler.
Eddie Adams (Mark Wahlberg) mungkin adalah seorang failure dan sepertinya 90% masa depannya pasti diyakini akan menjadi suram dan mungkin paling banter hanya akan menjadi seorang tukang cuci piring, gagal dalam sekolah dan gagal dalam hubungannya sama orang tua, yaah, complete failure, no doubt about it. Tapi sayangnya, Tuhan berkehendak lain, seorang sutradara film porni meilhat muka unyu Eddie (ya jelaslah,di dalam darah Mark Wahlberg mengalir darah para anggota boyband pelantun step by step uhh baby bernama NEW KIDS ON THE BLOCK yang kalo disingkat dan di-indonesiakan namanya jadi A.B.G.S : Anak Baru Gang Sebelah, hehe jayus ya?) Jack Horner (Burt Reynlods) kemudian tertarik dengan Eddie setelah melihat *****-nya yang berukuran JUMBO itu,yaah,mulai dari sini, dimulailah kehidupan Eddie Adams sebagai seorang bintang bokeps yang namanya akan bersinar terang, ah, bukan sebagai Eddie Adams, tapi sebagai Dirk Diggler.....Dick?
Bila kamu menduga 100% isi film ini hanyalah sebuah film eksploitasi seksual yang kedisturbingan seksual-nya bener2 esktrim macam2 film-nya duo om2 cabul Russ Meyer dan Tinto Brass, (Stanley Kubrick engga termasuk ye,dia cukup di A Clockwork orange dan Eyes Wide Shut yang ada gitu2an-nya) maka disini, p.t.a tidaklah memasukan unsur2 pengundang hawa nafsu dunia yang menyesatkan, apa yang dilakukan p.t.a di Boogie Nights adalah, menggali dan menarik unsur dunia perfilman perbokepan dengan cara yang dramatis dan menarik, bicara dunia perbokepan, p.t.a berhasil ngebikin cerita yang bener2 suram namun menyenangkan dan kembali mengangkat aura kediskoan dan kealay-an di tahun 70-an, dan ngomong2 ,Boogie Nights ini entah kenapa berasa seperti film Goodfellas, lebih mudah menjelaskannya gini, ditahun 1970-an, muncul film The Godfather yang menceritakan kehidupan gangster yang kehidupannya bisa gw bilang bener2 epic, yap,Francis Ford Copolla berhasil menarik unsur sisi gelap kemanusiaan dan moralitas para gangster italia itu dengan teknik penceritaan yang memukau, tahun 1980-an,muncul film yang bisa dikatakan sebagai film kejahatan favorit si A.R, Brian De Palma Scarface, film yang menceritakan yang lagi2 biopik seorang gangster, bedanya, di Scarface dengan di The Godfather, Scarface lebih menekankan unsur from zero to hero/hail to the king/rise and fall, film yang menceritakan seseorang yang ingin mencapai puncak. Awal tahun 1990, muncul Goodfellas-nya Martin Scorcese, Goodfellas memiliki unsur kemiripan dengan Scarface, bedanya ,Goodfellas tidak sedramatis Scarface karena Goodfellas menggunakan theme based-on-true-story dengan narasi dewo dari Ray Liotta, sehingga mau tak mau,Goodfellas harus tunduk patuh terhadap novelnya.
Sekarang, kenapa gw nulis sejarah film gangster panjang2 dari The Godfather-nya Copolla, Scarface-nya De Palma, dan Goodfellas-nya Scorcese, well, semuanya film gangster, tapi apa yang menjadikan semua film ini menarik bagi penonton adalah, temanya sendiri yang ngangkat cerita mafia, bicara mafia, ga semua orang bisa jadi mafia, maka sebagai seorang penonton, kamu yang mungkin nonton Godfather atau semacamnya akan terpukau dengan gaya penceritaan yang disajikan disitu, kamu ga bisa jadi gangster, maka kamu penasaran dengan film gangster, kamu bukan jadi dokter ilegal, maka kamu mungkin tertarik untuk nonton film dokter ilegal, kamu bukan tukang ojek, maka kamu akan tertarik nonton film tukang ojek, kamu bukan bintang bokep, maka mungkin kamu akan tertarik nonton Boogie Nights. Di tahun 1997, muncul Boogie Nights, yang mencampurkan unsur 3 film yang gw sebutin dan mereplace tema mafia-nya dengan dunia porn-industry.
I'm seeing something that was always hidden. I'm in the middle of a mystery and it's all secret.
Jeff Beaumont - Blue Velvet (1986)
Boogie Nights memang bukanlah film mafia-gangster-whatsoever, akan tetapi, approach yang dilakukan p.t.a di Boogie Nights bisa dibilang memakai rumusan film2 gangster yang gw jelasin diatas, Boogie Nights itu seperti Goodfellas dengan beberapa adegan softcore. Ah bukan-bukan, gw gak bilang bahwa Boogie Nights adalah rippingan halus Goodfellas, tapi Boogie Nights ini seperti film yang terinspirasi oleh Goodfellas, banyak banget element yang sering diterapkan di film mafia dan diterapkan disini, mulai dari jatuh bangun-nya sang karakter utama (bahasa bulenya Rise And Fall), konflik internal yang lumayan berbelit2, kemelut drama yang membikin galau, keributan antara mentor dan murid, masalah hidup para karakter, sehingga membuat film berdurasi 2 Jam 30 menitan ini berasa kayak film berdurasi 1 jam 30 menitan doang (itu sih kalo kamu ga dikit2 liat jam, gw paling pantang dah nonton film lirik2 jam.)
Paul Thomas Anderson berhasil menjejerkan para ensembled cast dengan hebatnya, durasi 2 Jam 30 Menit itu diisi oleh parade kehadiran para orang2 rusak dengan problematika hidup yang tidak kalah rusaknya, namun kerusakan yang mereka alami justru membuat film ini semakin menarik, megenangkan, dan mengaduk2 emosi, ciyus. Dan harus diakui, Mark Wahlberg bukanlah aktor yang hebat, menurut gw dia itu cuma average actor doang (ada yang udah nonton Max Payne?, baru 10 menit film dimulai udah gw matiin dvdnya, ga kuat gw ngabisinnya),tapi disini Mark Wahlberg berhasil memenuhi perannya sebagai seorang teenage-rebellion yang labilnya kelewat labil, disepanjang film, gw seakan2 melihat sosok pendewasaan diri seorang Dirk Diggler, jatuh bangunnya seorang Dirk Diggler, kemelut kegalauan seorang Dirk Diggler, kebencian Dirk Diggler akan hidupnya sendiri, dan kegedean *****-nya Dirk Diggler (sumpeh,punya Mark Wahlberg gede banget,gw ga tau itu body double apa rubber ****, yang jelas, gw speechless ngeliat punya dia.)
Mungin agak gak nyambung ngejejelin Quote-nya si manusia kepo dari Lynch's Blue Velvet, tapi perkataan Jeffrey itu ada benarnya, saat nonton Boogie Nights, gw ngerasain kehidupan drama industri film itu yang selama ini misterius dengan sudut pandang dan kacamata yang berbeda, dari kacamata seorang Paul Thomas Anderson, sebuah epik biopik seorang kehidupan bintang film porno yang memulai semuanya dari nol, sebuah perjalanan hidup seorang Dirk Diggler yang dikelelilingi oleh para manusia ciyus-miapah, p.t.a membungkus kisah labil Dirk Diggler dengan balutan sinematografi steady cam dan long take yang lumayan lama, yah,mungkin ini signature khas dia ngebikin film dengan adegan Long Take yang berlama2, dan diantara semua film p.t.a yang pernah gw tonton, mungkin Boogie Nights-lah karya dia yang paling Hillarious, Hillarious?, yap, Hillarious karena Paul Thomas Anderson mengakhiri film ini dengan adegan yang membuat gw......membuat gw.....membuat gw.......*brb ganti celana dalam*
PS: Opening Scene-nya keren banget, ada yang tau judul lagunya?
Bila kamu menduga 100% isi film ini hanyalah sebuah film eksploitasi seksual yang kedisturbingan seksual-nya bener2 esktrim macam2 film-nya duo om2 cabul Russ Meyer dan Tinto Brass, (Stanley Kubrick engga termasuk ye,dia cukup di A Clockwork orange dan Eyes Wide Shut yang ada gitu2an-nya) maka disini, p.t.a tidaklah memasukan unsur2 pengundang hawa nafsu dunia yang menyesatkan, apa yang dilakukan p.t.a di Boogie Nights adalah, menggali dan menarik unsur dunia perfilman perbokepan dengan cara yang dramatis dan menarik, bicara dunia perbokepan, p.t.a berhasil ngebikin cerita yang bener2 suram namun menyenangkan dan kembali mengangkat aura kediskoan dan kealay-an di tahun 70-an, dan ngomong2 ,Boogie Nights ini entah kenapa berasa seperti film Goodfellas, lebih mudah menjelaskannya gini, ditahun 1970-an, muncul film The Godfather yang menceritakan kehidupan gangster yang kehidupannya bisa gw bilang bener2 epic, yap,Francis Ford Copolla berhasil menarik unsur sisi gelap kemanusiaan dan moralitas para gangster italia itu dengan teknik penceritaan yang memukau, tahun 1980-an,muncul film yang bisa dikatakan sebagai film kejahatan favorit si A.R, Brian De Palma Scarface, film yang menceritakan yang lagi2 biopik seorang gangster, bedanya, di Scarface dengan di The Godfather, Scarface lebih menekankan unsur from zero to hero/hail to the king/rise and fall, film yang menceritakan seseorang yang ingin mencapai puncak. Awal tahun 1990, muncul Goodfellas-nya Martin Scorcese, Goodfellas memiliki unsur kemiripan dengan Scarface, bedanya ,Goodfellas tidak sedramatis Scarface karena Goodfellas menggunakan theme based-on-true-story dengan narasi dewo dari Ray Liotta, sehingga mau tak mau,Goodfellas harus tunduk patuh terhadap novelnya.
Sekarang, kenapa gw nulis sejarah film gangster panjang2 dari The Godfather-nya Copolla, Scarface-nya De Palma, dan Goodfellas-nya Scorcese, well, semuanya film gangster, tapi apa yang menjadikan semua film ini menarik bagi penonton adalah, temanya sendiri yang ngangkat cerita mafia, bicara mafia, ga semua orang bisa jadi mafia, maka sebagai seorang penonton, kamu yang mungkin nonton Godfather atau semacamnya akan terpukau dengan gaya penceritaan yang disajikan disitu, kamu ga bisa jadi gangster, maka kamu penasaran dengan film gangster, kamu bukan jadi dokter ilegal, maka kamu mungkin tertarik untuk nonton film dokter ilegal, kamu bukan tukang ojek, maka kamu akan tertarik nonton film tukang ojek, kamu bukan bintang bokep, maka mungkin kamu akan tertarik nonton Boogie Nights. Di tahun 1997, muncul Boogie Nights, yang mencampurkan unsur 3 film yang gw sebutin dan mereplace tema mafia-nya dengan dunia porn-industry.
I'm seeing something that was always hidden. I'm in the middle of a mystery and it's all secret.
Jeff Beaumont - Blue Velvet (1986)
Boogie Nights memang bukanlah film mafia-gangster-whatsoever, akan tetapi, approach yang dilakukan p.t.a di Boogie Nights bisa dibilang memakai rumusan film2 gangster yang gw jelasin diatas, Boogie Nights itu seperti Goodfellas dengan beberapa adegan softcore. Ah bukan-bukan, gw gak bilang bahwa Boogie Nights adalah rippingan halus Goodfellas, tapi Boogie Nights ini seperti film yang terinspirasi oleh Goodfellas, banyak banget element yang sering diterapkan di film mafia dan diterapkan disini, mulai dari jatuh bangun-nya sang karakter utama (bahasa bulenya Rise And Fall), konflik internal yang lumayan berbelit2, kemelut drama yang membikin galau, keributan antara mentor dan murid, masalah hidup para karakter, sehingga membuat film berdurasi 2 Jam 30 menitan ini berasa kayak film berdurasi 1 jam 30 menitan doang (itu sih kalo kamu ga dikit2 liat jam, gw paling pantang dah nonton film lirik2 jam.)
Paul Thomas Anderson berhasil menjejerkan para ensembled cast dengan hebatnya, durasi 2 Jam 30 Menit itu diisi oleh parade kehadiran para orang2 rusak dengan problematika hidup yang tidak kalah rusaknya, namun kerusakan yang mereka alami justru membuat film ini semakin menarik, megenangkan, dan mengaduk2 emosi, ciyus. Dan harus diakui, Mark Wahlberg bukanlah aktor yang hebat, menurut gw dia itu cuma average actor doang (ada yang udah nonton Max Payne?, baru 10 menit film dimulai udah gw matiin dvdnya, ga kuat gw ngabisinnya),tapi disini Mark Wahlberg berhasil memenuhi perannya sebagai seorang teenage-rebellion yang labilnya kelewat labil, disepanjang film, gw seakan2 melihat sosok pendewasaan diri seorang Dirk Diggler, jatuh bangunnya seorang Dirk Diggler, kemelut kegalauan seorang Dirk Diggler, kebencian Dirk Diggler akan hidupnya sendiri, dan kegedean *****-nya Dirk Diggler (sumpeh,punya Mark Wahlberg gede banget,gw ga tau itu body double apa rubber ****, yang jelas, gw speechless ngeliat punya dia.)
PS: Opening Scene-nya keren banget, ada yang tau judul lagunya?
0 comments:
Post a Comment